PADA SUATU HARI Karya : ARIFIN C. NOOR
Para Tokoh:
Nenek
Kakek
Pesuruh
Janda, Nyonya Wenas
Arba, Sopir
Novia
Nita
Meli
Feri
SANDIWARA INI DIMULAI DENGAN MENG-EXPOSE LEBIH DULU:
1. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA PACARAN
2. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA KAWIN
3. POTRET KAKEK DAN NENEK DENGAN ANAK-ANAK
4. POTRET KELUARGA BESAR
5. POTRET KAKEK TUA
6. POTRET NENEK TUA
7. MAIN TITLE ETC-ETC
Kakek dan Nenek duduk berhadapan.
Beberapa saat mereka saling memandang, Beberapa saat mereka saling tersenyum. Suatu saat mereka sama-sama menuju ke sofa, duduk berdampingan, seperti sepasang pemuda dan pemudi. Setelah mereka ketawa kembali mereka duduk berhadapan. Lalu beberapa saat saling memandang, tersenyum, lalu ke sofa lagi duduk berdampingan, seperti pepasang pengantin, malu-malu dan sebagainya, demikian seterusnya..
TIGA
Kakek Sekarang kau nyanyi.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Seperti dulu.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Nyanyi seperti dulu.
Nenek (Malu)
Kakek Sejak dulu kau selalu begitu.
Nenek Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah mengejek kau lagi.
Nenek Saya tidak mau menyanyi.
Kakek Kapanpun?
Nenek Kapanpun.
Kakek Juga untuk saya.
Nenek Juga untuk kau.
Kakek Sama sekali?
Nenek Sama sekali.
Kakek Kau kejam. Saya sangat sedih. Saya mati tanpa lebih dulu mendengar kau
ENAM
SEMBILAN
Nenek Selamat datan, nyonya.
Janda Selamat atas….
Kakek Terima kasih. Maaf , nyonya Tampubolon?
Nenek Kau pelupa benar.
Kakek Siapa bilang, Nyonya pasti nyonya Mangandaralam.
Nenek Sayang, ini nyonya Wenas.
Kakek Ya, saya maksud nyonya Wnas. Apa kabar suami nyonya?
Nenek Maaf, Nyonya. Sayang, tuan Wenas telah meninggal sebelas tahun yang lalu.
Kakek Maafkan kau benar sayang. Daya ingat saya jelek sekali. maafkan nyonya.
Janda Tidak apa.
Nenek (Berseru) Joni.!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bawa minuman ini ke dalam.
TUJUH BELAS
Nita Lagu lama?
Novia Tapi kali ini saya kira yang terakhir.
Nita Dulu kau juga bilang begitu.
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
Kakek
Pesuruh
Janda, Nyonya Wenas
Arba, Sopir
Novia
Nita
Meli
Feri
SANDIWARA INI DIMULAI DENGAN MENG-EXPOSE LEBIH DULU:
1. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA PACARAN
2. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA KAWIN
3. POTRET KAKEK DAN NENEK DENGAN ANAK-ANAK
4. POTRET KELUARGA BESAR
5. POTRET KAKEK TUA
6. POTRET NENEK TUA
7. MAIN TITLE ETC-ETC
Kakek dan Nenek duduk berhadapan.
Beberapa saat mereka saling memandang, Beberapa saat mereka saling tersenyum. Suatu saat mereka sama-sama menuju ke sofa, duduk berdampingan, seperti sepasang pemuda dan pemudi. Setelah mereka ketawa kembali mereka duduk berhadapan. Lalu beberapa saat saling memandang, tersenyum, lalu ke sofa lagi duduk berdampingan, seperti pepasang pengantin, malu-malu dan sebagainya, demikian seterusnya..
TIGA
Kakek Sekarang kau nyanyi.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Seperti dulu.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Nyanyi seperti dulu.
Nenek (Malu)
Kakek Sejak dulu kau selalu begitu.
Nenek Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah mengejek kau lagi.
Nenek Saya tidak mau menyanyi.
Kakek Kapanpun?
Nenek Kapanpun.
Kakek Juga untuk saya.
Nenek Juga untuk kau.
Kakek Sama sekali?
Nenek Sama sekali.
Kakek Kau kejam. Saya sangat sedih. Saya mati tanpa lebih dulu mendengar kau
menyanyi.
Nenek Sayang,
kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik, lagi tidak ada gunanya.
Sayang , berhenti kau berfikir tentang hal itu.
Kakek Mati saya tidak bahagia karena kau
tidak maumenyanyi. Ini memang salah saya.
Tetapi kalau sejak
dulu kau cukup mengerti bahwa saya memang sangat memainkan kau, tentu kau bisa
memaafkan segala macam ejekan-ejekan saya. Tuhan, saya kira saya akan
menghembuskan nafas saya yang terakhir tatkala kau sedang menyanyikan sebuah
lagu ditelinga saya.
Nenek Sayang saya mohon berhentilah kau berfikir mengenai hal
itu. Demi segala-galanya berhentilah. Tersenyumlah lagi seperti biasanya.
Kakek Saya akan tersenyum kalau kau mau
mengucapkan janji.
Nenek Tentu, tentu.
Kakek Kau mau menyanyi.
Nenek Tentu, sayang, tentu.
Kakek Kapan?
Nenek Suatu ketika.
Kakek Sebelum saya mati?
Nenek Ya, sayang, ya, sayang.
Kakek Sekarang.
Nenek Tentu, tentu.
Kakek Kau mau menyanyi.
Nenek Tentu, sayang, tentu.
Kakek Kapan?
Nenek Suatu ketika.
Kakek Sebelum saya mati?
Nenek Ya, sayang, ya, sayang.
Kakek Sekarang.
Nenek Tidak mungkin, sayang, kau tahu saya sedikit flu karena
pesta beberapa hari yang lalu?
Kakek (Tertawa)
U, saya baru ingat sekarang.
Nenek Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali saya sakit.
Kakek Kau melebih-lebihkan.
Nenek Tapi acap kali kau begitu. Kalau saya batuk baru setelah satu minggu kau tahu.
Nenek Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali saya sakit.
Kakek Kau melebih-lebihkan.
Nenek Tapi acap kali kau begitu. Kalau saya batuk baru setelah satu minggu kau tahu.
Kakek Ya,
saya akui saya acap kali terlalu asyik dengan diri sendiri. Saya akui. Saya
minta dimaafkan supaya sorga saya tidak tertutup, supaya kubur saya…….
Nenek Sayang, saya tidak mau memberi maaf kalau kau tidak mau
juga berhenti menyebut-nyebut soal kematian.
Kakek Maaf, tidak lagi.
Nenek Sekarang saya akan memaafkan kau dengan satu syarat.
Kakek Apa?
Nenek Kau harus menyanyi.
Kakek (menggelengkan kepalanya)
Nenek Kalu begitu, kau tak saya maafkan.
Kakek Dan sorga saya…?
Nenek Mungkin, tertutup.
Kakek Baik, saya akan menyanyi. Tapi separo. Kalau terlalu lama nanti saya batuk.
Nenek Tidak. Satu lagu.
Kakek Nanti batuk.
Nenek Sekarang saya akan memaafkan kau dengan satu syarat.
Kakek Apa?
Nenek Kau harus menyanyi.
Kakek (menggelengkan kepalanya)
Nenek Kalu begitu, kau tak saya maafkan.
Kakek Dan sorga saya…?
Nenek Mungkin, tertutup.
Kakek Baik, saya akan menyanyi. Tapi separo. Kalau terlalu lama nanti saya batuk.
Nenek Tidak. Satu lagu.
Kakek Nanti batuk.
Nenek Setiap kali kau bilang begitu, padahal kau memang pintar
menyanyi. Dan kau selalu menghabiskan sebuah lagu dengan sempurna tanpa batuk.
Kakek Satu lagu?
Nenek Ayolah, sayang. Penonton sudah tidak sabar lagi menunggu
sang penyanyi.
(Kemudian Kakek menyanyi du tiga baris dari no other love stand – chen Schubert atau lainnya dan selebihnya play back. Begitu lagu berakhir Nenek bertepuk tangan dengan semangat.)
(Kemudian Kakek menyanyi du tiga baris dari no other love stand – chen Schubert atau lainnya dan selebihnya play back. Begitu lagu berakhir Nenek bertepuk tangan dengan semangat.)
Nenek Suara
kau tidak pernah berubah.
Kakek Mana album kesatu? Saya ingin melihat gambar saya ketika
saya menyanyi di depan umum dimana kau juga ikut mendengarkan. Kau ingat kapan
itu.
Nenek Ketika
itu kau baru saja lulus propaedus. Kau sombong betul ketika itu.
Kakek Kau juga. Sepicingpun kau tak pernah membalas pandang saya.
Nenek Habis pandangan kau nakal.
Kakek Habis kau juga suka mencuri pandang.
Nenek Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika pertama kali kau mencium saya.
Kakek Kau juga. Sepicingpun kau tak pernah membalas pandang saya.
Nenek Habis pandangan kau nakal.
Kakek Habis kau juga suka mencuri pandang.
Nenek Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika pertama kali kau mencium saya.
Kakek Saya
memang pintar berkhayal. Setiap kali saya menonton saya selalu mengkhayalkan
adegan ciuman secara amat terperinci.
EMPAT
Pesuruh Ada tamu, nyonya besar.
Nenek Siapa?
Pesuruh Nyonya Wenas, nyonya.
Pesuruh Ada tamu, nyonya besar.
Nenek Siapa?
Pesuruh Nyonya Wenas, nyonya.
Nenek (Melirik pada Kakek ) Nyonya janda itu (kepada pesuruh) Sebentar saya ke depan.
Pesuruh exit.
Nenek Kau
surati dia?
Kakek Tidak.
Nenek Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?
Kakek Saya tidak tahu.
Nenek Kau bohong (Exit) Demam saya mulai kambuh.
LIMA
Kakek Seharusnya dia tidak perlu datang kemari.
Kakek Tidak.
Nenek Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?
Kakek Saya tidak tahu.
Nenek Kau bohong (Exit) Demam saya mulai kambuh.
LIMA
Kakek Seharusnya dia tidak perlu datang kemari.
\ Kemudian Kakek mondar-mandir sambil
bersungut-sungut.
Kakek Saya
takut dia betul-betul demam karena kedatangan janda itu. Ah. Lebih baik saya
menyingkir ke ruang baca. (Exit)
ENAM
Nenek Kami sangat berharap sekali nyonya hadir kemarin. Suami
saya juga heran kenapa nyonya tidak datang kemudian.
Janda Kami sakit.
Nenek Kami? Maksud nyonya….
Nenek Kami? Maksud nyonya….
Janda Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit
anjing saya juga ikut sakit. Saya agak senang karena sekarang saya agak sembuh,
tetapi Bison agak parah sakitnya.
Nenek Kasihan. Sayang. (Heran
suaminya tidak ada). Dimana kau? Dia tadi disini. Sebentar, nyonya (beseru) Onda, dimana kau? (Exit)
TUJUH
Sambil mengamati ruangan tengah itu nyonya
Wenas membenahi dirinya.
Janda Terlaknat
saya, kenapa saya jadi gemetar?
DELAPAN
Pesuruh muncul membawa minuman,
ketika pesuruh itu akan pergi,
Janda Nanti dulu.
Pesuruh Ya, nyonya.
Janda Siapa yang memilih minuman ini?
Pesuruh Saya sendiri, nyonya, kenapa?
Janda Ini memang kesukaan saya.
Pesuruh Menyenangkan sekali. silahkan minum, nyonya.
Janda (Minum) Segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya suka minuman ini?
Pesuruh Ya, nyonya.
Janda Siapa yang memilih minuman ini?
Pesuruh Saya sendiri, nyonya, kenapa?
Janda Ini memang kesukaan saya.
Pesuruh Menyenangkan sekali. silahkan minum, nyonya.
Janda (Minum) Segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya suka minuman ini?
Pesuruh Tuan besar sering menceritakan perihal
nyonya kepada saya. Dan ketika saya tahu nyonya datang, segera saya buatkan
minuman itu. Selamat minum nyonya.
Janda Nanti dulu.
Pesuruh Ya, nyonya?
Janda Tuan besar masih suka…
Pesuruh Menyirami kaktus?
Janda Ya?
Pesuruh Ya, nyonya?
Janda Tuan besar masih suka…
Pesuruh Menyirami kaktus?
Janda Ya?
Pesuruh Tidak, nonya, tapi tuan besar menyirami
seluruh bunga sekarang, setiap pagi dan sore. Memang tengah malam seringkali
diam-diam ia menyirami kaktus yang ditaruh di dalam kakus. Maaf nyonya, saya
harus ke dalam.
SEMBILAN
Nenek Selamat datan, nyonya.
Janda Selamat atas….
Kakek Terima kasih. Maaf , nyonya Tampubolon?
Nenek Kau pelupa benar.
Kakek Siapa bilang, Nyonya pasti nyonya Mangandaralam.
Nenek Sayang, ini nyonya Wenas.
Kakek Ya, saya maksud nyonya Wnas. Apa kabar suami nyonya?
Nenek Maaf, Nyonya. Sayang, tuan Wenas telah meninggal sebelas tahun yang lalu.
Kakek Maafkan kau benar sayang. Daya ingat saya jelek sekali. maafkan nyonya.
Janda Tidak apa.
Nenek (Berseru) Joni.!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bawa minuman ini ke dalam.
Pesuruh membawa minuman tadi ke
dalam.
Kakek Baik-baik nyonya?
Janda Berkat doa tuan dan nyonya. Tuan sendiri?
Kakek Berkat doa nyonya.
Nenek Nyonya suka minum jeruk?
Janda Minuman apa saja saya suka. Tapi es susu saya paling uka.
Kakek Saya sendiritidak begitu, tapi……..
Nenek Kita berdua minum jeruk saja. Kita flue (Berseru) Joni!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bikin es susu dan dua gelas jeruk panas.
Pesuruh Dua es susu dan satu gelas jeruk panas, maksud nyonya?
Nenek Dua es jeruk satu susu panas.
Kakek Bagaimana anak-anak nyonya?
Janda Berkat doa tuan dan nyonya. Tuan sendiri?
Kakek Berkat doa nyonya.
Nenek Nyonya suka minum jeruk?
Janda Minuman apa saja saya suka. Tapi es susu saya paling uka.
Kakek Saya sendiritidak begitu, tapi……..
Nenek Kita berdua minum jeruk saja. Kita flue (Berseru) Joni!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bikin es susu dan dua gelas jeruk panas.
Pesuruh Dua es susu dan satu gelas jeruk panas, maksud nyonya?
Nenek Dua es jeruk satu susu panas.
Kakek Bagaimana anak-anak nyonya?
Nenek Sayang, Nyonya dan tuan Wenas tidak diberkahi putera.
Kenapa kau bertanya begitu?
Kakek Maaf, saya lupa. Maksud saya apa
tujuan nyonya datang kemari?
Nenek Maafkan suami saya, Nyonya. Kadangkala dia amat kaar,
tapi sebenarnya dia lelaki yang amat lembut.
Janda Betul, nyonya. Onda adalah lelaki yang amat lembut,
malah sangat amat lembut. Onda selalu cermat dalam memilih kata-kata dan juga
saya kira ia tidak pernah memakai tanda seru selama hidupnya.
Kakek Kita minum apa? Nyonya suka….
Nenek Onda, kita baru saja memesan minuman (menyeret) Tingkahmu
berlebihan sehingga memuakkan.
Kakek Kausendiri yang menyuruh agar saya berlaku pura-pura
tidak kenal kepada nyonya itu.
Nenek Ya,
tapi kau berlebihan. Kau kurang wajar.
Kakek Susah.
Kalau saya wajar kau marah. Kalau saya berlebihan kau juga marah. Kalau saya
jumput di perpustakaan kau juga marah. Saya tidak tahu bagaimana supaya kau
tidak marah dan saya tidak mau marah agar kau tidak marah.
Nenek Pendeknya
berlakulah sedikit agak sopan.
Kakek Saya coba.
Kakek Saya coba.
Nenek Kendorkan urat wajahmu.
Sementara itu pesuruh telah menyajikan minuman di atas meja dan baru saja akan melangkah pergi.
Sementara itu pesuruh telah menyajikan minuman di atas meja dan baru saja akan melangkah pergi.
Kakek Udara sangat baik akhir-akhir ini, di rumah
nyonya sering turun hujan?
Janda Ya, terutama belakangan ini.
Nenek Memang musim hujan.
JAnda Dan terutama kalau sore.
Kakek Seperti di rumah kita, tidak begitu, sayang?
Janda Ya, terutama belakangan ini.
Nenek Memang musim hujan.
JAnda Dan terutama kalau sore.
Kakek Seperti di rumah kita, tidak begitu, sayang?
Nenek Tentu saja. Kalau di rumah nyonya Wenas jatuh hujan di
rumah kitapun turun hujan, sebab nyonya dan kita satu kota, bahkan satu wilayah
kecamatan.
Kakek memang
satu kota, satu kecamatan. Tidak begitu nyonya eh, siapa? O ya nyonya Wenas?
Tidak begitu?
Janda Ya, kita
satu kota.
Kakek Mari kita minum, satu kota mari.
Nenek Silahkan, nyonya.
Kakek (Setelah minum) Alangkah hangat es jeruk ini.
Nenek Ya, silahkan, nyonya. Nyonya tidak suka?
Janda (Menjerit) Alangkah sejuknya. Terima kasih.
Kakek Sejak kapan nyonya suka es susu yang panas?
Janda Sejak, sejak kemarin. Ya, kemarin.
Kakek Kami sendiri menyukai wedang jeruk yang sejuk baru saja. Tidak begitu sayang?
Nenek Ya.
Kakek Mari kita minum, satu kota mari.
Nenek Silahkan, nyonya.
Kakek (Setelah minum) Alangkah hangat es jeruk ini.
Nenek Ya, silahkan, nyonya. Nyonya tidak suka?
Janda (Menjerit) Alangkah sejuknya. Terima kasih.
Kakek Sejak kapan nyonya suka es susu yang panas?
Janda Sejak, sejak kemarin. Ya, kemarin.
Kakek Kami sendiri menyukai wedang jeruk yang sejuk baru saja. Tidak begitu sayang?
Nenek Ya.
Janda Terus terang saya sangat kagum pada nyonya. Saya tidak
pernah melihat nyonya bertambah tua.
Nenek Nyonya
berlebihan.
Janda Saya sungguh-sungguh, nyonya.
Nenek Kalau begitu saypun berterus terang. Nyonya semakin tua semakin cantik.
Janda Saya sungguh-sungguh, nyonya.
Nenek Kalau begitu saypun berterus terang. Nyonya semakin tua semakin cantik.
Kakek Memang (Nenek
melotot). Maksud saya, maksud saya ketuaan itu hanya timbul apabila kita merasa
tua. Adapun tua itu sendiri hanya hasil dari suatu penjabaran, hanya sayangnya
penjabaran tersebut dilakukan oleh waktu, sehingga menyebabkan kurang enak kita
terima konsekwensinya.
Nenek Saya kira
tidak begitu. Tua adalah konsekwensi dari kesadaran kita.
Kakek Ya,
kalau saja kita punya matematika, kita tidak akan pernah tua. Juga kalau saja
kita tidak punya jam kita tidak akan pernah tua.
Janda Tapi kita
punya matahari.
Nenek Itu susahnya.
Kakek Takdir. Sekarang mari kita minum seakan kita tidak punya matahari.
Janda Alangkah sejuknyausu pana ini.
Kakek Alangkah panasnya es jeruk ini. Tidak begitu, sayang?
Nenek Ya.
Janda Tapi kalau kita tidak punya matahari kitapun tak akan pernah punya bulan.
Nenek Juga kita tidak akan punya iang hari dan rematik kau akan lebih parah lagi.
Janda Kita tidak akan punya siang dan punya malam.
Kakek Kalau begitu?
Nenek Lebih baik punya matahari daripada sama sekali tak punya apa-apa.
Kakek Ya, dan itu berarti tuapun merupakan rahmat.
Janda Tidak, bukan rahmat tapi “apa boleh buat”
Nenek Itu susahnya.
Kakek Takdir. Sekarang mari kita minum seakan kita tidak punya matahari.
Janda Alangkah sejuknyausu pana ini.
Kakek Alangkah panasnya es jeruk ini. Tidak begitu, sayang?
Nenek Ya.
Janda Tapi kalau kita tidak punya matahari kitapun tak akan pernah punya bulan.
Nenek Juga kita tidak akan punya iang hari dan rematik kau akan lebih parah lagi.
Janda Kita tidak akan punya siang dan punya malam.
Kakek Kalau begitu?
Nenek Lebih baik punya matahari daripada sama sekali tak punya apa-apa.
Kakek Ya, dan itu berarti tuapun merupakan rahmat.
Janda Tidak, bukan rahmat tapi “apa boleh buat”
Kakek Apa boleh buat mari kita minum lagi.
Mereka minum dan omong seperti tadi.
Janda Tua dan
tidak tua tetap saja ama, kaktus, misalnya.
Nenek Ya, kaktus memang tetap kaktus kaku dan berduri kapanpun.
Nenek Ya, kaktus memang tetap kaktus kaku dan berduri kapanpun.
Kakek Saya
jadi ingat Old Shatterhand dengan Winnetou, bagaimana keduanya merangkak di
atas padang rumput sambil membaui udara yang mengantarkan bau musuh, atau
bagaimana mereka mendengarkan bentak-bentakan kaki kuda musuh dari jarak
ber-mil-mil. Kaktus-kaktus liar banyak bertumbuhan di Amerika.
Janda Indahnya.
Nenek Apa tidak indah kemeriahan flamboyant, yang mampu
menciptakan jalan selalu diliputi senja?
Kakek Saya
kira lebih indah, juga lebih bermanfaat. Kita bahkan bisa berteduh di bawah
cahaya kuning merahnya.
Janda Tapi
flamboyant saya kira terlalu mewah dan kurang sederhana.
Nenek Kaktus memang selalu kesepian.
Janda Memang ia kurang dihiraukan orang.
Nenek Lantaran berbahaya.
Nenek Kaktus memang selalu kesepian.
Janda Memang ia kurang dihiraukan orang.
Nenek Lantaran berbahaya.
Kakek Bagaimana kalau
kita beralih kepada bunga bank saja. Ini lebih langsung menyangkut kepentingan
ekonomi kita.
Janda Sayang sekali
kita telah sepakat menerima kehadiran matahari, sehingga saya kini telah
ditegurnya. Sudah cukup lama.
Janda ……Saya di jamu di sini. Saya minta diri sekali lagi
saya mengucapkan selamat ata perkawinan emas tuan dan nyonya.
Sayang sekali dia sedang sakit: saya harus segera pulang.
Sayang sekali dia sedang sakit: saya harus segera pulang.
Nenek Terima
kasih banyak ata kunjungan nyonya.
Kakek Terima kasih banyak. Salam pada suami nyonya.
Janda Terima kasih (Sambil pergi) Bisonku.
SEPULUH
Kakek Terima kasih banyak. Salam pada suami nyonya.
Janda Terima kasih (Sambil pergi) Bisonku.
SEPULUH
Perang bisu meletus antara Kakek dan Nenek.
SEBELAS
Kakek Kenapa kau diam begitu?
Nenek diam saja.
Kakek Kenapa kau begitu diam?
Nenek Kau juga begitu.
Kakek Kenapa?
Nenek Kau juga kenapa?
Kakek Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas dengan kata-kata seru.
Kakek Kenapa kau diam begitu?
Nenek diam saja.
Kakek Kenapa kau begitu diam?
Nenek Kau juga begitu.
Kakek Kenapa?
Nenek Kau juga kenapa?
Kakek Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas dengan kata-kata seru.
Nenek Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga-bunga
pesta kita dengan kaktus-kaktu pacar kau.
Kakek Sejak
muda kau begitu yakin seakan saya pernah punya hubungan percintaan dengan
perempuan tadi. Saya heran kenapa kau begitu berhasil menciptakan tokoh yang
fantatis itu menjadi tokoh yang seolah nyata dalam diri kau sehingga tokoh itu
mampu mempermainkan kau sendiri selama hidup kau.
Nenek Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi kau bahkan
sampai saat kau tua (Menangis) Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera minuman
kesukaannya begitu dia datang.
Kakek Siapa? Saya? Menyuruh Joni? Minuman
apa?
Nenek Kau menyuruh Joni membuat es susu begitu nyonya janda itu datang.
Kakek Tidak. Saya tidak menyuruh Joni.
Nenek Kau menyuruh Joni membuat es susu begitu nyonya janda itu datang.
Kakek Tidak. Saya tidak menyuruh Joni.
Nenek Kau lakukan itu ketika saya sedang menemui dia tadi
ketika kau menyingkir dari dari sini tadi dan kemudian kau sembunyi ke kamar
baca.
Kakek Tidak,
sayang, dari sini tadi saya langsung ke kamar baca dan kemudian saya asyik
membaca mengenai para psikologi. Ketika kau datang tepat saya sampai pada
baris-baris mengenai telepati. Saya ingat betul.
Nenek Kau
bohong.
Kakek Kalau tidak percaya kau boleh memanggil Joni (Berseru) J o n i !
DUA BELAS
Pesuruh Ya, tuan besar.
Kakek Siapa yang menyuruh…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Kakek Siapa yang menyuru…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Nenek Sejak tadi pagi sudah berapa kali kau berbohong?
Pesuruh Belum sekalipun nyonya.
Nenek Akui saja toh tidak akan mengurangi penghasilanmu.
Pesuruh Terus terang sudah dua kali, nyonya.
Nenek Nah, begitu lebih jantan. Apa saja?
Pesuruh Pertama kepada istri saya.
Nenek Itu tidak perlu, yang kedua?
Pesuruh Yang kedua kepada istri saya.
Nenek Jadi kau selalu berdusta kepada istrimu sendiri?
Pesuruh Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah lebih tiga kali sehari.
Nenek Kenapa kau lakukan itu?
Pesuruh Karena saya percaya istri sayapun melakukan hal yang sama.
Nenek Mengenai hal apa saja kau berbohong?
Pesuruh hampir segala hal dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Nenek Yang paling ringan misalnya?
Pesuruh Pura-pura sakit.
Nenek Yang paling berat?
Pesuruh Soal sembahyang.
Nenek Tentang perempuan?
Pesuruh Itu taraf tengah-tengah, nyonya.
Nenek Bagaimana?
Kakek Kalau tidak percaya kau boleh memanggil Joni (Berseru) J o n i !
DUA BELAS
Pesuruh Ya, tuan besar.
Kakek Siapa yang menyuruh…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Kakek Siapa yang menyuru…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Nenek Sejak tadi pagi sudah berapa kali kau berbohong?
Pesuruh Belum sekalipun nyonya.
Nenek Akui saja toh tidak akan mengurangi penghasilanmu.
Pesuruh Terus terang sudah dua kali, nyonya.
Nenek Nah, begitu lebih jantan. Apa saja?
Pesuruh Pertama kepada istri saya.
Nenek Itu tidak perlu, yang kedua?
Pesuruh Yang kedua kepada istri saya.
Nenek Jadi kau selalu berdusta kepada istrimu sendiri?
Pesuruh Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah lebih tiga kali sehari.
Nenek Kenapa kau lakukan itu?
Pesuruh Karena saya percaya istri sayapun melakukan hal yang sama.
Nenek Mengenai hal apa saja kau berbohong?
Pesuruh hampir segala hal dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Nenek Yang paling ringan misalnya?
Pesuruh Pura-pura sakit.
Nenek Yang paling berat?
Pesuruh Soal sembahyang.
Nenek Tentang perempuan?
Pesuruh Itu taraf tengah-tengah, nyonya.
Nenek Bagaimana?
Pesuruh Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat sangat amat
pribadi, nyonya dan kurang sopan.
Nenek Kau memang jago silat. Baik. Sekarang kau akui saja siapa
yang menyuruh kau menyiapkan tiga gelas e susu begitu tamu tadi datang?
Pesuruh Saya sendiri
nyonya.
Nenek Kenapa justru es susu?
Nenek Kenapa justru es susu?
Pesuruh Saya tidak tahu. Saya asal saja.
Nyonya, seperti halnya untuk tamu sebelumnya saya buatkan es sirop dan nyonya
diam saja.
S u n y i .
S u n y i .
Pesuruh Ada yang
perlu saya kerjakan lagi, nyonya besar?
Nenek Pergi !
Nenek Pergi !
Joni exit.
TIGA BELAS
S u n y i .
Nenek Berkomplot.
Kakek Tidak baik mengada-ada.
Nenek Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus dalam kakus.
Kakek Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis bunga lainnya, juga……
Nenek tiba-tiba menangis sangat kerasnya.
Kakek Tidak baik mengada-ada.
Nenek Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus dalam kakus.
Kakek Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis bunga lainnya, juga……
Nenek tiba-tiba menangis sangat kerasnya.
Kakek Diamlah,
sayang. Kalau kau diam saya akan menyanyi lagi. Diamlah. Saya akan menyanyi dua
buah lagu sekaligus. Sayang diamlah. Lagi jangan terlalu keras kau menangis
nanti kau batuk kalau batuk tenggorokan bisa luka dan suara bisa serak.
Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka datang. Sayang. Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang bunting, sementara seekor kera sakit enfluensa.
Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka datang. Sayang. Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang bunting, sementara seekor kera sakit enfluensa.
Nenek Biarpun
kau dukung saya dari sini ke kamar saya tidak akan diam.
Kakek Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa tapi kau mau diam.
Nenek Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan menangis lebih keras lagi.
Kakek Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa tapi kau mau diam.
Nenek Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan menangis lebih keras lagi.
Kakek Tuhanku,kepala
saya Cuma satu dan puyeng. Kalau saja saya punya tiga kepala barangkali saya
tahu apa yang harus saya perbuat agar kau diam. Tapi kepala saya Cuma stud an
tangis kau memenuhi kepala saya dengan sejuta lalat hijau. Tuhan-ku.
Nenek Saya
akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap menangis.
Kakek Katakan bidadariku apa yang……..
Nenek Saya bukan bidadari.
Kakek Katakan malaikat ku.
Nenek Saya bukan malaikat!
Kakek Katakan dewiku………..
Nenek Saya bukan dewi.
Kakek Terserah siapa kau tapi katakana………..
Nenek Saya istrimu!
Kakek Ya, katakan istriku apa yang……..
Nenek Saya bukan istrimu!
Kakek Tuhan-ku.
Kakek Katakan bidadariku apa yang……..
Nenek Saya bukan bidadari.
Kakek Katakan malaikat ku.
Nenek Saya bukan malaikat!
Kakek Katakan dewiku………..
Nenek Saya bukan dewi.
Kakek Terserah siapa kau tapi katakana………..
Nenek Saya istrimu!
Kakek Ya, katakan istriku apa yang……..
Nenek Saya bukan istrimu!
Kakek Tuhan-ku.
Nenek Kau kejam. Kau bagaikan patung perunggu dengan hati
terbuat dari timah. Kau tidak punya perasaan. Kau nodai percintaan kita dengan
perempuan berhati kaktus. Hatimu ular cobra. Kejam! Kejam! Tuhan, masukkan dia
ke dalam neraka sampai kukunya hangus.
Kakek (Menangis)
Doamu jahat.
Nenek Biar
Kakek Kau ingin saya masuk neraka?
Nenek Bukan. Kerak neraka. Neraka paling neraka.
Kakek Kau kejam dank au sendiri?
Nenek Ke sorga.
Kakek Kau egoistis.
Nenek Biar.
Kakek Kenapa kita tidak sama-sama satu tempat?
Nenek Tidak sudi.
Kakek Kau rupanya ingin kita pisah.
Nenek Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak mengerti.
Nenek …..Saya ingin kita cerai.
Kakek Cerai?
Nenek Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan. Kita cerai.
Kakek Sayang, kau harus panjang berfikir untuk sampai ke sana.
Nenek Kalau saya panjang fakir saya takut kita nanti tidak jadi cerai.
Kakek Tapi kau harus berfikir…..
Nenek Biar
Kakek Kau ingin saya masuk neraka?
Nenek Bukan. Kerak neraka. Neraka paling neraka.
Kakek Kau kejam dank au sendiri?
Nenek Ke sorga.
Kakek Kau egoistis.
Nenek Biar.
Kakek Kenapa kita tidak sama-sama satu tempat?
Nenek Tidak sudi.
Kakek Kau rupanya ingin kita pisah.
Nenek Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak mengerti.
Nenek …..Saya ingin kita cerai.
Kakek Cerai?
Nenek Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan. Kita cerai.
Kakek Sayang, kau harus panjang berfikir untuk sampai ke sana.
Nenek Kalau saya panjang fakir saya takut kita nanti tidak jadi cerai.
Kakek Tapi kau harus berfikir…..
Nenek Dalam soal perceraian tidak perlu fikiran tapi perasaan
seperti halnya soal percintaan. Pokoknya kita harus cerai.
Hari ini juga kita harus selesaikan surat-suratnya.
Hari ini juga kita harus selesaikan surat-suratnya.
Kakek Sekarang sudah terlalu siang dan saya
kira kantor-kantor………
Nenek Kalau kantor-kantor tutup besokpun jadi, tapi mulai malam
ini saya tidak sudi tidur satu kamar bersama kau.
Kau boleh tidur di kamar baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap-rayapnya.
Kau boleh tidur di kamar baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap-rayapnya.
Suara Nita B u s t a m i
Suara Joni Ya, nyonya!
Kakek Kau dengar? Nita sudah datang.
Suara Joni Ya, nyonya!
Kakek Kau dengar? Nita sudah datang.
Joni lewat.
Kakek Sayang diamlah.
Nenek Saya tidak mau diam.
Kakek Nita datang.
Nenek Tidak perduli.
Nenek Saya tidak mau diam.
Kakek Nita datang.
Nenek Tidak perduli.
Joni lewat membawa banyak bungkusan belanja,
begitu muncul Nita begitu Nenek lari ke dalam.
EMPAT BELAS
Kakek (Mengejar) Sayang.
Nita Ada apa lagi, pak?
Kakek Kaktus dalam kakus (Exit)
Nita Bustam.
Joni Ya, Nyonya.
Nita Ibu dan bapak bertengkar?
Joni Tidak tahu, nyonya, tapi saya dengar mereka tangis tangisan.
LIMA BELAS
Kakek (Mengejar) Sayang.
Nita Ada apa lagi, pak?
Kakek Kaktus dalam kakus (Exit)
Nita Bustam.
Joni Ya, Nyonya.
Nita Ibu dan bapak bertengkar?
Joni Tidak tahu, nyonya, tapi saya dengar mereka tangis tangisan.
LIMA BELAS
Ketika Nita dan kemudian Joni exit, muncul Sopir
Arba membawa beberapa koper dan tas meletakkan di sana, tidak lama kemudian
muncul Novia dengan anak-anaknya, Meli dan Feri.
Arba Di sini,
nyonya?
Novia Ya, letakkan saja di sini dulu.
Arba Yang lainnya, nya?
Novia Biarkan saja di mobil, kau tunggulah disana.
Meli Papa nanti ke sini, Mam?
Novia Ya, sayang (berseru) Pak Arba!
Arba Ya, nyonya?
Novia Tidak, nanti saja.
Arba Baik, nyonya (exit)
Feri Mana bude Ita, Mam?
Novia Sebentar, sayang.
Feri Feri ingin lihat ikan, Mam?
Novia Sebentar, sayang, sebentar.
Meli Meli juga, Mam.
Novia Ya, letakkan saja di sini dulu.
Arba Yang lainnya, nya?
Novia Biarkan saja di mobil, kau tunggulah disana.
Meli Papa nanti ke sini, Mam?
Novia Ya, sayang (berseru) Pak Arba!
Arba Ya, nyonya?
Novia Tidak, nanti saja.
Arba Baik, nyonya (exit)
Feri Mana bude Ita, Mam?
Novia Sebentar, sayang.
Feri Feri ingin lihat ikan, Mam?
Novia Sebentar, sayang, sebentar.
Meli Meli juga, Mam.
Novia Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan dengan janji
tidak main-main air. Nanti ikannya sakit. Kalau ikannya sakit nanti Kakek dan Nenek menangis.
Feri Nenek juga suka menangis, Mam?
ENAM BELAS
ENAM BELAS
Muncul Nita dan terkejut.
Nita (Setelah memainkan Meli dan Feri) Ada
apa lagi Novia?
Novia Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?
Nita Bustam!
Joni Ya, nyonya.
Novia Memet!
Nita Ya, nyonya.
Novia Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?
Nita Bustam!
Joni Ya, nyonya.
Novia Memet!
Nita Ya, nyonya.
Novia Bawa masuk Meli dan Feri (pada anak-anaknya) Siapa yang
mau lihat ikan?
Meli dan Feri mengacungkan tangannya: Saya Mam.
Meli dan Feri mengacungkan tangannya: Saya Mam.
Novia Ikutlah
sama Mang Memet.
Joni Ayo lita nonton ikan.
Joni Ayo lita nonton ikan.
Joni dan Meli dan Feri masuk ke
dalam.
TUJUH BELAS
Nita Lagu lama?
Novia Tapi kali ini saya kira yang terakhir.
Nita Dulu kau juga bilang begitu.
Novia Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang bagaimana
sakitnya perasaan saya melihat tingkah Vita terhadap pasiennya yang pura-pura
sakit itu.
Nita Siapa
lagi?
Novia Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.
Nita Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat kepada suamimu?
Novia Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.
DELAPAN BELAS
Kakek Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal ibumu……
Novia Pak…..
Kakek Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia Anak-anak.
Kakek Mana mereka?
Novia Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Novia Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.
Nita Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat kepada suamimu?
Novia Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.
DELAPAN BELAS
Kakek Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal ibumu……
Novia Pak…..
Kakek Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia Anak-anak.
Kakek Mana mereka?
Novia Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Kakek (Setelah
berfikir) Kebetulan kau datang. Begini. Tidak salah kalau kau juga sebagai anak
tahu. Ini persoalan juga sangat runcing dan bisa mengakibatkan kesedihan
berlarut-larut.
Novia Soal apa
pak?
Nita Ibu Purik. Ibu marah.
Novia Kenapa?
Nita Ibu Purik. Ibu marah.
Novia Kenapa?
Kakek Itulah
dengarkan saya (berfikir). Begini.
Soalnya sepele dan tidak bermutu. Ibumu tidak suka tanaman kaktus. Saya suka
tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman kaktus dalam kakus. Ibumu marah-marah.
Novia Bapak tidak
mau mengalah?
Kakek Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah malah.
Novia Buang saja kaktus itu.
Nita Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan minta cerai.
Novia Minta cerai?
Kakek Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga diselesaikan surat-suratnya.
Novia Ibu?
Nita Ya, seperti kau sekarang.
Kakek Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai? Dari siapa?
Nita Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah malah.
Novia Buang saja kaktus itu.
Nita Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan minta cerai.
Novia Minta cerai?
Kakek Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga diselesaikan surat-suratnya.
Novia Ibu?
Nita Ya, seperti kau sekarang.
Kakek Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai? Dari siapa?
Nita Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek Kau
dan ibumu memang satu jiwa. Alasan apa yang mendorong kau meminta kesedihan
serupa itu? Kebodohan macam apa yang mengotori otakmu? Cerai! Seakan dengan
mendapatkan kata itu kau dapat mengecap hidup inilebih nikmat? Novia, kau
jangan seperti gadis ingusan. Kamu kira rumah tangga itu rumah-rumahan dari
kotak geretan yang dengan mudah dapat kau bongkar-bongkar dank au susun-susun? Novia,
kau sudah waktunya menginsafi bahwa rumah tangga adalah rumah suci yang lain,
seperti masjid, gereja dan kelenteng. Dan rumah suci adalah tempat dimana
firman-firman Tuhan yang agung dan suci dimulyakan, rumah suci adalah tempat
dimana cinta kasih ditumbuh-kembangkan menjadi gairah hidup, untuk meraih maka
hidup yang samara dalam semesta ini.
Tuhanku…
Novia, alasan picisan apa yang menjadikan kau begitu gairah mendapatkan surat talak? Jangan main-main. Ini bukan lagi semata persolan kau, juga bukan persoalan suamimu semata, tetapi persoalan anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)
Tuhanku…
Novia, alasan picisan apa yang menjadikan kau begitu gairah mendapatkan surat talak? Jangan main-main. Ini bukan lagi semata persolan kau, juga bukan persoalan suamimu semata, tetapi persoalan anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)
Meli, Feri…. Ini
sudah menjadi persolan Negara, persoalan dunia, saya tidak boelh membiarkan
rumahmu terbakar hanya disebabkan api mainan yang diminyaki cemburu buta. Saya
harus beritahu segera ibumu. (Exit)
SEMBILAN BELAS
Nita Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan
baik-baik betapa jernih mata anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.
Novia Tapi kau juga bisa menimbang betapa sakitnya hati
saya. Coba saja, icih. Si sundal itu hampir setiap hari ia berobat ke rumah.
Nita Tiap
hari?
Novia Tidak. Maksud saya hampir seminggu sekali.
Nita Seminggu sekali?
Novia Tidak. Maksud saya hampir seminggu sekali.
Nita Seminggu sekali?
Novia Katakanlah sebulan sekali tapi sekalipun begitu
tingkahnya yang kekanak-kanakan cukup membakar seluruh amarah saya.
Nita
Bagaimana kau tahu? Apa kau ikut memeriksa penyakitnya?
Novia Saya terpaksa jadi polisi kalau tahu perempuan itu mau
berobat. Sengaja saya masuk dalam kamar praktek. Pura-pura mencari sesuatu.
Nita Kau juga
dengan apa yang dipercakapkan Icih dengan suamimu?
Novia Dengar.
Nita Apa?
Novia Seperti dokter dan pasien.
Nita Lalu apa yang kau cemburukan?
Novia (Setelah diam) Kalau periksa dalam.
Novia Dengar.
Nita Apa?
Novia Seperti dokter dan pasien.
Nita Lalu apa yang kau cemburukan?
Novia (Setelah diam) Kalau periksa dalam.
Nita Kenapa kau tidak ikut ke dalam dan menyaksikan Vita
memeriksa tubuh perempuan itu.
Novia Gila.
Nita Lalu kau di luar saja.
Novia Tentu saja.
Nita Itulah kesalahanmu.
Novia Lalu apa saya perlu juga membuka kancing roknya? Gila!
Nita Daripada kau di luar dan membayang-bayangkan yang tidak-tidak?
Novia Saya tidak membayang-bayangkan tapi memastikan.
Nita Tapi nanti dulu. Coba jelaskan. Jujur. Icih sudah bersuami?
Nita Lalu kau di luar saja.
Novia Tentu saja.
Nita Itulah kesalahanmu.
Novia Lalu apa saya perlu juga membuka kancing roknya? Gila!
Nita Daripada kau di luar dan membayang-bayangkan yang tidak-tidak?
Novia Saya tidak membayang-bayangkan tapi memastikan.
Nita Tapi nanti dulu. Coba jelaskan. Jujur. Icih sudah bersuami?
Novia Ini bukan masalah bersuami atau belum tapi masalah
watak. Sekalipun perempuan jalang itu sudah mati saya yakin rohnya masih banal.
Nita Betul-betul kau diliputi kemarahan saja. Cobalah
berfikir dengan tenang. Sebegitu banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi tidak
sepatahpun kata yang dapat menjelaskan kenapa kau minta cerai dari suamimu.
Kalau kau mau jujr sebenarnya kau hanya digerakkan oleh prasngka-praangkamu
sendiri saja. Coba. Kalau kau bisa cemburu oleh Icih kenapa oleh puluhan
perempuan-perempuan lain atau bahkan gadis-gadis yang juga berobat kepada
suamimu?
Novia Apa kau kira semua perempuan banal seperti sundal itu?
Kalau ternyata memang demikian sayapun pasti cemburu sebesar-besarnya terhadap
semua perempuan. Tapi saya kira kaupun yakin tidak semua perempuan punya leher
selenggang-lenggok leher Icih yang suka membelit leher suami orang lain.
DUA PULUH
Muncul Nenek dan Kakek .
Nenek (Menubruk Novia
sambil menangis) Novia, sayang, kau jangan suka membaca roman-roman
picisan. Kau bisa bayangkan sendiri apa jadinya isi kepalamu dengan roman-roman
seperti itu. Dengan membaca cerita-cerita cengeng seperti itu kau sama dengan
mengisi usus besarmu dengan minuman keras. Sekali-kali tentu kau boleh, tapi
kalau setiap hari kau minum arak sama dengan memperpendek usiamu sendiri.
Nenek ………….Novia, ibu
yakin kau telah terpengaruh roman-roman sampah itu sehingga hidup bagimu tak
ubahnya seperti mainan peranan belaka. Bacalah Romeo Juliet. Bacalah tentang
kesetiaan cinta, dan singkirkan bacaan yang mengajarkan kebencian dan
perceraian. Kau kira perceraian itu jalan cuci?
Kakek Kau
kira kau akan menjadi betina yang jantan kalau kau berhasil bercerai dengan
suamimu?
Nenek Jangan kau sangka perasaanmu dan kecemburuanmu akan
menuntun hidupmu kea rah kebahagiaan.
Nita Juga
jangan lupakan Meli dan Feri.
Kakek Hanya
karena soal cemburu, soal-soal roman picisan rumah tangga kau bongkar? Kenapa
tidak kandang ayam saja yang kau bongkar yang sudah jelas sudah tapuh itu?
Nenek Novia, sayang, tidak satupun kebaikan yang terselip
dalam niatmu untuk bercerai dari suamimu. Lagi tidakkah kau dapat membayangkan
kembali kebaikan-kebaikan suamimu seperti katamu dulu, ketika kau mendesak ibu
agar menerima lamaran? (Novia akan bicara) tidak perlu kau bicara apa-apa.
Kakek Ya, tidak perlu sebab, kata-kata seru saja
yang kau punya sekarang.
Nenek Kau dalam keadaan marah. Dalam keadaan marah lebih baik
orang diam, dan lebih baiklagi kalau kau mau mendengarkan sayan orang lain.
Kakek Ya,
saya kira begitu. Ibumu sebenarnya juga sedang marah tetapi tak sepatahpun kata
kata yang diucapkan.
Nenek Ban
ini, kopor-kopor iniapa perlu artinya? Main-main kau sudah keterlaluan.
Novia Saya tidak main-main, bu, saya sungguh-sungguh.
Novia Saya tidak main-main, bu, saya sungguh-sungguh.
Nenek Lebih jelek lagi (menangis
lagi) Tuhanku, apa jadinya nanti kalau kau jadi berpisah dengan Vita yang
dulu kau agung-agungkan? Apa jadinya hidupmu?
Nita Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri akan
kehausan cinta sebab mereka tidak akan lengkap menerima keutuhan cinta.
Nenek Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan kegelapan yang
dibenihkan setan cemburu.
Kakek Apa kira surat talak itu cek?
Nenek Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih Mu. Novia,
tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?
Kakek Ayah dan ibumu
berumah tangga selama setengah abad, tanpa sedikitpun membiarkan setan talak
bertelur dalam kamar tidurnya, bahkan tidak dalam dapurnya.
Nenek Kami
bagaikan Adam dan Hawa.
Kakek Apa kau pernah
mendengar Hawa minta talak kepada Adam? Berkacalah kepada ibu dan Ayahmu.
Kamilah pasangan abadi dunia dan akhirat.
Nenek Kami
bagaikan Sam Pek dan Eng Tay.
Kakek Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek Kau
sendiri tahu betapa setianya Layonsari sampai-sampai ia bunuh diri demi
cintanya kepada Jayaprana.
Nenek Bacalah
semua itu, sayang. SEmua itu pusaka Nenek moyang kita yang manjur.
Kakek Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan tenang.
Kakek Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan tenang.
Nita Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu
bahagia dengan Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu mau
memuaskan kebahagiaan itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam-diam saya sebagai
kakakmu selalu merasa iri karena saya dan suami saya tidak pernah diberkahi
anak?
Nenek Belum.
Nita.
Kakek Kau tidak boleh berkata begitu.
Novia Tapi bu.
Nenek Tidak, jangan bicara.
Kakek Sekarang kau tidak akan bicara kecualimarah-marah.
Nenek Marah-marah hanya menghasilkan kerut muka.
Kakek Ibumu juga tidak suka marah.
Kakek Kau tidak boleh berkata begitu.
Novia Tapi bu.
Nenek Tidak, jangan bicara.
Kakek Sekarang kau tidak akan bicara kecualimarah-marah.
Nenek Marah-marah hanya menghasilkan kerut muka.
Kakek Ibumu juga tidak suka marah.
Nenek Sekali-kali tentu saja boleh sekedar olah raga urat muka,
tapi kalau terlalu sering bisa membuatpenyakit.
Nita Dan anak-anakmu, Novia, anak-anakmu? Akan kau
biarkan mereka kehausan cinta hanya demi kepuaan amarahmu? Egoistis?
Novia Saya tidak akan bicara apa-apa, saya hanya akan
menjelakan panjang lebar. Duduk perkaranya.
Nenek Bicaralah.
Kakek Apa persoalannya.
Nita Sudahlah, kita semua sudah mengerti.
Nenek Biarlah dia jelaskan semua, Nita.
Kakek Bagaimana kita bisa mengerti tanpa lebih dulu mendengar penjelasannya?
Novia Vita mau kawin lagi.
Nita Apa kau bilang?
Kakek Dia bilang apa?
Kakek Apa persoalannya.
Nita Sudahlah, kita semua sudah mengerti.
Nenek Biarlah dia jelaskan semua, Nita.
Kakek Bagaimana kita bisa mengerti tanpa lebih dulu mendengar penjelasannya?
Novia Vita mau kawin lagi.
Nita Apa kau bilang?
Kakek Dia bilang apa?
Nenek Apa kau yakin itu kalimatmu? Saya yakin kalimat itu kau
pungut dari salah satu buku picisanmu (berseru)
Joni! (tak ada sahutan)
Nita Bustam !
Novia Memet !
Kakek Joni!
Joni Ya, tuan besar.
Nita Air dingin, Bustam!
Novia Cepat, Met!
Joni Sebentar, nyonya.
Nita Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau teruskan ibu bisa pingsan.
Novia Maksud saya, maksud saya, Vita serong.
Nenek Dari halaman berapa kau pungut kalimat itu? (berseru) Joni!
Novia Met !
Kakek Joni !
Nita Bus !
Novia Memet !
Kakek Joni!
Joni Ya, tuan besar.
Nita Air dingin, Bustam!
Novia Cepat, Met!
Joni Sebentar, nyonya.
Nita Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau teruskan ibu bisa pingsan.
Novia Maksud saya, maksud saya, Vita serong.
Nenek Dari halaman berapa kau pungut kalimat itu? (berseru) Joni!
Novia Met !
Kakek Joni !
Nita Bus !
Joni tergesa membawa empat gelas air dingin,
mereka berempat sama-sama minum
Nita Ganti
kalimatmu, Novia.
Kakek Ya, kalau kau tidak ingin perut kamu kembung oleh air dingin.
Nenek Cari halaman lain yang lebih lembut kata-katanya.
Novia Ibu, saya cemburu.
Nenek Nah, itu baik. Cemburu itu suci. Hanya dengan modal itu kaumampu bercinta.
Novia Tapi vita keterlaluan.
Kakek Barangkali cemburu kau yang keterlaluan.
Nita Novia, cemburu pada salah seorang pasien Vita.
Kakek Ya, kalau kau tidak ingin perut kamu kembung oleh air dingin.
Nenek Cari halaman lain yang lebih lembut kata-katanya.
Novia Ibu, saya cemburu.
Nenek Nah, itu baik. Cemburu itu suci. Hanya dengan modal itu kaumampu bercinta.
Novia Tapi vita keterlaluan.
Kakek Barangkali cemburu kau yang keterlaluan.
Nita Novia, cemburu pada salah seorang pasien Vita.
Nenek Novia, rupanya kau beluim menyadari bahwa usapan tangan
seorang dokter lembut dan suci seperti lembut usapan orang-orang suci atau
bahkan nabi. Dokter-dokter bekerja atas tugas suci. Merekalah yang paling nyata
mengamalkan firman-firman Tuhan. Kalau kau mau mengerti para dokterlah yang
paling banyak tahu tentang penderitaan manusia sepanjang sejarahnya. Merekalah
yang berjuang dengan nyata agar kita bisa mengecap hidup ini bertambah baik.
Kakek Merekalah
menghibur kita, menyembuhkan kita dari segala macam luka yang ditatahkan sang
kala.
Nenek Saya jadi
terharu.
Kakek Kasihan Vita.
Nenek Anak sebaik itu dicurigai.
Kakek Seperti nabi-nabi yang diludahi oleh umatnya sendiri.
Nenek Kau kejam, Novia Abujahal kau.
Kakek Judas kau.
Kakek Kasihan Vita.
Nenek Anak sebaik itu dicurigai.
Kakek Seperti nabi-nabi yang diludahi oleh umatnya sendiri.
Nenek Kau kejam, Novia Abujahal kau.
Kakek Judas kau.
Dengan pucat dan tergesa Joni
muncul.
Nita Ada apa,
Bus?
Nenek Ada apa, Joni?
Novia Ada apa, Met?
Joni Meli, nya.
Keempatnya Meli?
Joni Feri.
Keempatnya Feri?
Joni Meli dan Feri ?
Keempatnya Meli dan Feri?
Joni Ya, nya.
Keempatnya Kenapa?
Joni Hilang.
Keempatnya Apa?
Joni Hilang.
Keempatnya Diculik ?
Joni Hilang.
Novia Kau gila.
Nita Kau taruh dimana mereka?
Kakek Beberapa kali saya bilang, hati-hati.
Nenek Dunia penuh culik.
Nita Kenapa kau bengong begitu?
Keempatnya Cari.
Nita Tidak telpon dulu.
Kakek Polisi.
Nenek Ada apa, Joni?
Novia Ada apa, Met?
Joni Meli, nya.
Keempatnya Meli?
Joni Feri.
Keempatnya Feri?
Joni Meli dan Feri ?
Keempatnya Meli dan Feri?
Joni Ya, nya.
Keempatnya Kenapa?
Joni Hilang.
Keempatnya Apa?
Joni Hilang.
Keempatnya Diculik ?
Joni Hilang.
Novia Kau gila.
Nita Kau taruh dimana mereka?
Kakek Beberapa kali saya bilang, hati-hati.
Nenek Dunia penuh culik.
Nita Kenapa kau bengong begitu?
Keempatnya Cari.
Nita Tidak telpon dulu.
Kakek Polisi.
Kemudian mereka berimprovisasi,
mereka betul-betul cemas, takut dan lain-lain.
Nita Meli !
Feri ! Di mana.
Kakek Cucuku.
Nenek Cucuku.
Novia Met !
Joni Ya, nya.
Novia Panggil Arba.
Arba Saya di sini, nya.
Novia Kenapa kau diam saja?
Arba Saya di sini, nya.
Novia Meli dan Feri hilang.
Arba Mereka diculik, nya.
Novia Diculik?
Kakek Cucuku.
Nenek Cucuku.
Novia Met !
Joni Ya, nya.
Novia Panggil Arba.
Arba Saya di sini, nya.
Novia Kenapa kau diam saja?
Arba Saya di sini, nya.
Novia Meli dan Feri hilang.
Arba Mereka diculik, nya.
Novia Diculik?
Arba Papanya sendiri yang menculik, kira-kira seperempat jam
yang lalu tuan dokter tadi menemui saya dan diam-diam mengajak Meli dan Feri
pulang.
Novia Gila kamu.
Kakek dan Nenek dan Nita muncul.
Nenek Di mana
mereka?
Kakek Sudah ada telpon dari Polisi?
Kakek Sudah ada telpon dari Polisi?
Nita Tukang rokok seberang jalan Cuma bilang bahwa seorang
laki-laki telah membawa lari Meli dan Feri dalam sebuah mobil.
Nenek dan Kakek : Apa?
Nenek (minum) Telpon polisi lagi.
Nenek (minum) Telpon polisi lagi.
Telpon berdering.
Kakek Pasti dari Polisi.
Nenek Cucuku yang malang…. Oh saya sedang membayangkan mereka
menangis karena penculik itu mengeluarkan pisau cukur.
Nita (menyerahkan pesawat telpon) untuk
mamanya Meli.
Kakek Dari Polisi?
Nita Dari Meli.
Kakek Berapapun bayar saja permintaannya.
Nenek Saya yakin pisau cukur itu menyentuh lehernya yang halus.
Nita Meli dan Feri sudah di rumahnya ekarang. Mereka diculik oleh papanya sendiri.
Nenek Dongeng apa ini?
Kakek Dari Polisi?
Nita Dari Meli.
Kakek Berapapun bayar saja permintaannya.
Nenek Saya yakin pisau cukur itu menyentuh lehernya yang halus.
Nita Meli dan Feri sudah di rumahnya ekarang. Mereka diculik oleh papanya sendiri.
Nenek Dongeng apa ini?
Kakek Keterlaluan!
Keterlaluan! Saya tidak bisa memaafkan permainan kasar seperti ini ini.
Nenek Kenapa berang begitu? Seharusnya kita bersyukur bahwa
ini semua Cuma main-main.
Kakek Justru lantaran main-main saya jadi
berang.
Nenek Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-sungguh? Apa
memang kau berharap agar Meli dan Feri diculik?
Kakek Bukan begitu
maksud saya, tapi permainan ini bukan untuk orang-orang tua macam kita. Ini
permainan pemuda dan bukan untuk orang-orang yang rapuh jantungnya.
Setelah Novia telpon, Nita mendekati dan keduanya bercakap tampak Nita membujuk Novia.
Setelah Novia telpon, Nita mendekati dan keduanya bercakap tampak Nita membujuk Novia.
Kakek Betapapun akan
saya marahi Vita. Akan saya katakana bahwa sebagai dokter dia kurang
mempertimbangkan kemungkinan effek psikologis dari permainannya. Apa dia tahu
bahwa setiap kali saya harus mengatur peredaran darah saya sedemikian rupa di
depan aquarium sambil mendengarkan lagu-lagu yang paling lembut agar kesehatan
saya terpelihara? Dengan permainan baru saja, sama dengan dia meledakkan granat
di atas batok kepala saya. Apa dia fakir dia mampu mengobati kalau saya sakit
keras? Barang kali dia lupa bahwa dia dokter muda. Dokter muda jelas baru tahu
tentang ilmu kedokteran seninya. Untuk ia, ia perlu bergaul dengan alam. Banyak
tingkah. Coba……
Novia Pak, Ibu,
saya permisi pulang.
Kakek Tanpa minta maaf?
Kakek Tanpa minta maaf?
Pulanglah dan bilanglah pada suamimu besok dia harus menghadap kemari.
Novia Pulang
dulu, bu.
Nenek Jangan lupa semua nasehat ibu.
Novia Ya, bu.
Joni Polisi, Nyonya.
Nita Sebentar, saya ke muka.
Nenek Jangan lupa semua nasehat ibu.
Novia Ya, bu.
Joni Polisi, Nyonya.
Nita Sebentar, saya ke muka.
TAMAT
0 Komentar