“ SANDAL JEPIT “
Karya : Herlina Syarifudin
Para pelakon :
- JOKO
- PEGGY
- LALA
- ‘MASKOT’ (tak berwujud, hanya suara saja)
- EMAK
JOKO
- PARA
PENARI/PROPERTY MAN/HEWAN PELIHARAAN
PEMBUKA
(TAMPAK PARA PENARI DENGAN HAND PROP SENDAL JEPIT DI TANGAN DAN KAKI BERGERAK, MEMBENTUK KOREOGRAFI GERAK YANG HARMONIS, DIIRINGI ALUNAN MUSIK GAMELAN - ATAU ALAT MUSIK TRADISIONAL LAIN MENYESUAIKAN DAERAH MASING-MASING, DIPADU ALAT MUSIK MODERN; PIANO, GITAR DAN DRUM. PADA MENIT TERTENTU PARA PENARI BERGULINGAN LALU MEMBENTUK FORMASI PROPERTY PANGGUNG; ADA YANG MENJADI MEJA, KURSI, RAK SENDAL/SEPATU, DAN GANTUNGAN BAJU – FREEZE, LAMPU BLACK OUT; PROP RAK SEPATU DIISI DENGAN SEPATU DAN SENDAL, MEJA DITARUH PESAWAT TELPON – LAMPU FADE IN)
(PAGI, RUANG TENGAH RUMAH JOKO )
(DARI BALIK WING TIBA-TIBA BEBERAPA SENDAL
DAN SEPATU DILEMPAR TAK BERATURAN KE DALAM PANGGUNG, DIIRINGI FADE IN OMELAN
JOKO)
JOKO : Ugh,
ditaruh dimana sih sepatuku. (JOKO MENUJU RAK SEPATU) Walah,
kenapa cuma satu. (HP JOKO BERBUNYI) Aduh, nenek trembel pasti
mau berkicau lagi nih. Males ah. (HP DIBIARKAN TERUS BERBUNYI, SELANG
BEBERAPA DETIK KEMUDIAN, TELPON RUMAH BERDERING) Ugh, gigih juga dia.
Tak ada akar, rotanpun jadi. Bodo ah. (TERIAK) Maakkk ! Joko
berangkat dulu. (JOKO MENGAMBIL SENDAL JEPIT SEADANYA, LANTAS PERGI)
EMAK : Hati-hati,
Nak. Itu angkat dulu sebentar
telponnya. Emak lagi
menggoreng tempe, nanti gosong. (TIDAK ADA SAHUTAN, TELPON RUMAH TETAP BERDERING.)
’MASKOT’ : Aduh, ini apaan
sih. Pagi-pagi sudah berisik. Diam kamu telpon! Kalau tidak, aku banting nanti.
(TELPON LALU BERHENTI BERDERING)
’MASKOT’ : Nah, gitu. Kan
tenang.
(LAMPU BERUBAH, DIIRINGI PROPERTY MAN
BERGULINGAN BERUBAH MENJADI POHON DAN KURSI TAMAN, LAMPU GENERAL SUASANA TAMAN
PAGI HARI)
ADEGAN 2
(PAGI, TAMAN
KAMPUS)
PEGGY : Kemana sih
anak kampung ini? HP tak diangkat, telpon rumahpun tak disentuh. Apa kalo pagi,
rumahnya jadi rumah hantu? Masa tak satupun ada yang ngangkat telpon?
Benar-benar keluarga super ajaib. Tapi, jelek-jelek, sulit bagiku untuk
meninggalkannya. Hatiku sudah pantang berpaling darinya. - FREEZE
’MASKOT’ : Dasar lagunya
Tiffany laku terus sepanjang masa, Love is Blind. Resikonya kamu memang harus
sabar.
LALA : Peggy,
Peggy. Joko kan bukan anak kemarin sore yang setiap detik harus dimonitor detak
jantungya. Tidak bakalan dia mendua. Aku
kenal betul wataknya sejak duduk di bangku SD. Bagiku, dia adalah sobat karib
sepanjang masa. Sampai sekarang, aku belum pernah menemukan orang setulus dia.
Apalagi di kampus kita ini, biyuh... Pokoknya kalau masalah setia mati, Joko is
the best deh. Sayangnya, aku bukan tipe yang mudah jatuh cinta pada sobat
sendiri. Sorry ya, prinsip hidupku tak
seperti cerita-cerita konyol di sinetron.
PEGGY : Ceilee,
segitu idealisnya. Hati-hati tuh omongan bisa jadi bumerang.
LALA : Eh, jangan
sembarangan kamu bicara ya. Ini pernyataan jujur. Ngapain juga mamaku susah
payah melahirkanku kalau ternyata hanya jadi seorang pengkhianat atau bahkan
pecundang. Kalaupun ternyata di muka bumi ini tak terhitung para pengkhianat dan
pecundang yang bertebaran, itu hanya karena faktor x yang datangnya bukan dari
genetik. Dasar manusianya saja yang tidak bisa mengontrol hawa setan.
PEGGY : (TERTAWA)
Busyet. Kamu ternyata berbakat jadi keponakannya da’i kondang Arifin bahkan Aa’
Gym.
LALA : Aku serius
ini. Maaf maaf saja, aku juga bukan tipe plagiat. Aku tahu, gaya hidup negara
kita tanpa disadari memang plagiat total dari seberang. Padahal kalau kita
tidak malas, nusantara ini dengan mottonya gemah ripah loh jinawi bukan
sembarang bualan motto. Itu kenyataan. Aku bisa omong begini, karena salah satu
temanku yang saat ini lagi observasi di beberapa pelosok pedalaman buat studi
akhirnya, selalu memberi informasi perkembangan yang dia dapat selama ini.
Betapa bangganya cowok-cewek gaul masa kini, ketika mereka mengenakan busana
import. Betapa percaya dirinya mereka ketika bisa menggaet pasangan imigran.
Padahal andai mau membuka mata hati lebar-lebar, tak kurang gadis dan perjaka
pedalaman yang aura cantik dan tampannya menyiratkan keunikan zamrud
khatulistiwa yang luar biasa fantastik. Tidak usah jauh-jauh, coba kau
jalan-jalan ke pesisir Banten lalu kau cari desa yang namanya Menes. Disana terkenal dengan paras cantik para gadisnya.
PEGGY : Oh ya? Masa?
Aku jadi penasaran.
LALA : Nah, ini,
ini, salah satu bentuk pengkhianatan terselubung. Ternyata kita semua patut dikasihani.
PEGGY : Pengkhianat
bagaimana? Apa maksudnya? Eh,
bukan berarti itu bisa jadi alasan yang kuat. Butuh proses. Tidak semua orang
sepertimu. Sok idealis. Realistis sajalah.
LALA : Eh Mbakyu, yang aku utarakan tadi itu sudah
sangat realistis. Di depan kita dan akan banyak lagi di sekitar kita. Itu juga
kalau kita mau peduli. Kalau tidak, mungkin hanya akan sebatas angin semilir
saja yang kita nikmati dengan syahwat tanpa sempat kita syukuri dengan hati.
PEGGY : Eits, jangan
salah. Maka itu aku pilih Joko. Karena aku bukan jatuh hati pada sosoknya yang
terlihat, namun lebih kepada sosok tersiratnya yang bagiku nusantara sekali.
Seumur-umur aku pacaran, baru kali ini aku mendapatkan seorang pangeran yang
begitu percaya diri dengan kesederhanaannya. Kejujuran itulah yang membuatku
terpikat sejak pandangan pertama. Dan
yang membuatku salut, dia tak pernah malu menemaniku jalan dengan sendal jepit
kesayangannya. Oh, Joky, (PANGGILAN MESRA PEGGY KEPADA JOKO) I’ll
never stop loving you.
LALA : Picisan!
Sok mendramatisir.
(JOKO MUNCUL – SEMUA PEMAIN FREEZE)
’MASKOT’ : Wow, pangeran
sejati yang telah ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Pasti jantung Peggy
berdegup kencang menahan rasa. Maklum, namanya juga pasangan segar. Pastilah
masih banyak madu dibanding racunnya. Ih.... pengen.
PEGGY : Tuh, tidak
salah kan aku. Apa aku
bilang? Aku rela dimadu dengan sendal jepitnya. Kalau bisa aku akan berusaha
akrab dengannya. Besok aku akan ke kampus dengan memakai sendal jepit pula.
(JOKO BERUSAHA IKUT NIMBRUNG, TAPI LALA MENYELA)
LALA : Plagiat
lagi, plagiat lagi. Cerminan sifat warga negara yang baik dan patuh.
JOKO : Dua burung
pipit sedang adu senandung. Yang satu bernuansa keroncong, sementara yang lain
dengan top forty-nya. Sungguh sebuah paduan yang harmonis dan akur. (TEPUK
TANGAN MENYINDIR)
PEGGY : Bagaimana sih
sayangku ini, dibela koq malah tidak mendukung. Malah sok berlindung sebagai
oposisi. Aku jadi menyesal membelamu.
LALA : Nah, itu
tadi salah lain dari negara ini. Berusaha mengeruk massa dengan bujukan yang murahan. Begitu obralnya harga
kita. Kapan tanah kelahiran kita ini berada pada posisi penawaran harga yang
cukup bernilai sehingga tidak begitu saja cepat laris manis namun tidak mampu
lagi menyediakan stock karena tutup buku.
JOKO : Cintaku,
negeriku, tumpah darahku, bukannya aku tidak mau membelamu sayang .... Be our
self itu penting. Kau tidak perlu beradaptasi denganku dari sisi penampilan
atau gaya hidup. Keanekaragaman dari hubungan kita, itu yang aku nikmati hingga
saat ini. Toh, aku tidak pernah mengeluh dengan keborjuisan kamu. Kau memilih
aku yang hina dina ini saja, aku sudah cukup bahagia dan bersyukur. Tapi aku
mohon, kamu jangan berusaha membuatku terpengaruh atau bahkan merubahku untuk
mengikuti jalurmu itu. Pribadiku akan tetap menjadi Joko seperti yang kau lihat
sekarang ini baik sebelum atau sesudah mengenalmu. Namun aku tidak akan
memintamu untuk berprinsip sama denganku. Kau cerdas, tentu tahu apa yang harus
kau perbuat dalam hidupmu. Ajaran bibit, bobot, bebet itulah pondasi prinsipku
hingga kini. Jangan hanya karena masalah hati, kemudian merubah 180% dari apa
yang ada pada dirimu saat ini dan kemarin atau bahkan esok.
PEGGY : (TERSENYUM
MALU) Maafkan aku sayang. Bukan maksud hati ingin berseimbang diri
denganmu. Namun, itulah caraku untuk sedikit demi sedikit mengurangi
ke-eksklusifan yang sebenarnya cukup menyiksaku. Jangan kau kira aku bangga
dengan status keluargaku saat ini. Mamaku....
(BELUM SELESAI PEGGY BICARA, LALA MENYELA)
LALA : Maaf
interupsi! Sepertinya topiknya sudah mulai sempit lingkup dan quorum berlebih.
Sangat sopan bagiku untuk mengundurkan diri. Tak baik bertamu terlalu lama,
sementara tuan rumah masih banyak keperluan yang lain. Aku ke sekret BEM dulu
ya, siapa tahu teman-teman sudah pada nongol. Silahkan lanjutkan provokasinya. Satu pesanku,
kalau bisa jangan ada yang kalah atau menang. Paling tidak posisi draw itu jauh
lebih baik, ok.
PEGGY : Maaf, La. Tak
seharusnya kita jadi tuan rumah yang semena-mena begitu saja mengusir tamunya.
Maaf, kalau tiba-tiba kemudinya berbelok arah ke jalan makadam. Aku tahu dirimu
paling suka lewat jalan tol. Nanti aku menyusul. Oh, ya hampir lupa. Tolong
sampaikan pada Bo’im, surat perijinan ke rektorat sudah kusiapkan. File-nya aku
simpan di laci bawah meja komputer.
LALA : Siippp.
Beres bos. Titah paduka akan
segera hamba laksanakan. Jok, jaga Peggy ya. Jangan sampai dia lupa jalan
pulang.
JOKO : Ok juga
boss. Hamba siap menjadi abdi sejati bagi tuan putri tercinta.
(LALA PERGI DENGAN SENYUM)
PEGGY : Koq abdi? Selama
ini berarti kau hanya menempatkan dirimu pada posisi bodyguard yang dengan
setia mengawalku kemana-mana demi keamanan? Begitu? Segitu rendahnya kau
menghargai posisimu dihatiku. Berarti selama ini aku terlalu buta untuk
menelusuri bahkan menerjang kabut yang menutupi hatimu. Hingga sekarang aku
sadar ternyata kau membatasi ruangmu untuk kumasuki.
JOKO : Mohon,
cinta. Jangan kau salah mengerti. Dalam perjalanan, kita tidak hanya melalui
dataran. Saat pertama aku membuka pintu hatimu, aku merasa jalan yang harus
kulalui adalah bukit. Saat ini aku masih merasa berputar-putar di lerengnya.
Entah mengapa, setiap kali aku mencoba menanjak menuju badan bukit, tapak kaki
ini agak sulit berkompromi dengan kata hatiku. Maunya tetap saja menapak di
lereng. Apa karena alas kakiku yang hanya sebatas sendal jepit ini yang merasa
tidak mampu menapak di jalan yang mulai terjal dan landai. Namun ketika sendal jepitku ini berjalan
di lereng, aku bisa merasakan nyamannya. Beda ketika aku mencoba mengajak masuk
dan mulai menapak badan bukit, jeritan kesakitannya sanggup menusuk telapak
kakiku. Akhirnya aku urungkan niatku untuk melanjutkan perjalananku. Walau
sebenarnya aku tahu, kau telah cemas menungguku di puncak bukit.
(PEMAIN FREEZE - LAMPU BERUBAH, DIIRINGI
PROPERTY MAN BERGULINGAN BERUBAH POSISI MENJADI SOSOK-SOSOK DENGAN KOMPOSISI
ABSTRAK SIMBOL BUKIT; TELENTANG, TELUNGKUP, MERUNDUK DAN MENGGAPAI – LAMPU
BERUBAH)
PEGGY : (MENANGIS)
Jadi, selama ini .... prasangka yang coba aku pendam bahkan aku tepis ternyata
benar adanya. Cintamu pada sendal
jepitmu ternyata lebih mendalam ketimbang padaku. Lantas kedok perasaan apa
yang selama ini kau pakai sebagai topeng? Abdi sejati? Hanya itu? Dasar
pengecut! Ternyata hatiku selama ini
telah terbuai oleh bualan picisan seorang pecundang sejati. Salut,
salut. Aktingmu melebihi kehebatan para aktor broadway. Aku seorang tolol yang
buta sekaligus kehilangan tongkat. Dan kau telah berhasil menyimpang-siurkan arah mata anginku. Sakit, sakit.
Nafasku kini kian sesak. Sebaiknya kau segera lenyap dari pandangku. Aku tak
sanggup menahan muntah jika kemunafikanmu masih menghadang nafasku.
JOKO : Sayang.... (SEMUA
PEMAIN FREEZE)
’MASKOT’ : Wah, wah. Racunnya sudah mulai
menampakkan diri nih. Bakalan seru. Gejolak tahap berikutnya dimulai.
PEGGY : Cukup! Jangan lagi kau
mempertebal susunan topengmu dengan sebutan munafik itu. Maaf, aku tidak ingin
egois. Harus ada yang mengalah di antara kita.
Selamat tinggal. (PERGI)
JOKO : (TERIAK)
Peggy .... Peggy.... dengar dulu penjelasanku. Jangan kau salah tafsir. Aku
menyesal ternyata kecerdasanmu kalah oleh emosional sesaat.
PEGGY : (BALIK LAGI)
Apa kamu bilang? Licik sekali kamu memvonis aku? Apa selama ini kau telah cukup
mengenal diriku secara mendalam? Puas kamu! (MELOTOT SAMBIL MENAHAN
TANGIS)
JOKO : Janganlah kau semakin
barakan api yang telah menyala. Kalau memang susah mencari air, keruklah tanah
di sekitarmu, itu masih lebih ksatria. Jangan kau salah menilaiku. Masa setiap
saat aku harus memberi laporan padamu sejauh mana aku mempelajari dirimu selama
ini. Proses. Itulah yang saat
ini yang sedang kita jalani. Dan akan terus kita lakukan tanpa henti. Sampai
nafas kita berhentipun, proses itu akan terus bergulir. Tak baik memandang
persoalan hanya pada satu sisi. Semua butuh kematangan. Aku sadar, diriku masih
jauh dari itu. Tapi aku berusaha menelusurinya walau dengan tertatih. Jujur,
hatiku tak berubah. Kau tetap mengisi ruangku saat ini. Tak pernah sedikitpun terbesit
dalam pikirku untuk mengabaikanmu. Dan bahkan laknat bagiku kalau sampai aku
menduakanmu. Masalah telpon tadi pagi, aku mohon maaf. Aku tidak punya pulsa
untuk membalas. Tentu kau sudah paham hal itu.
PEGGY : Klasik! Itulah senjatamu agar tetap bisa
berada pada posisi permakluman. Kau pikir aku bodoh, begitu saja percaya dengan
alasanmu itu! Aku tahu, kau pasti menganggapku terlalu posesif terhadapmu. Tapi
kau tak pernah punya keberanian untuk jujur. Kau takut aku tersinggung jika kau
ungkap keluhanmu itu? Iya kan?! Dan kini kau pasti terkejut karena aku telah
terbangun dari buaian mimpi burukku selama ini. Maaf, kali ini mata hatiku tlah
benar-benar terbelalak lebar. Pantang bagiku mengulang kebodohan. Anggap saja
aku memang tolol. Tapi orang idiotpun tetap punya harga diri. Selamat tinggal
kenangan. Terima kasih atas ‘pengorbanan’mu selama ini. Maaf, saat ini aku
belum dapat membalasnya. Ups,
tapi rasanya tak perlu. Karena cinta sejati tak pernah berharap apapun. Sakit
hatiku ini anggap saja impas sebagai balasan dari pengorbananmu tempo lalu.
Beres kan? (MENGHELA NAFAS PANJANG KEMUDIAN BERGEGAS PERGI MENINGGALKAN
JOKO) – FREEZE
’MASKOT’ : Yach, mengapa
jadi sad ending begini? Nah, nah, lho, air mataku jadi bergulir membasahi
pipiku deh. Ugh, ini tidak adil. Tuhan hadirkan cinta bukan untuk dikhianati.
Cinta terlalu suci untuk dinodai. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Strategi baru akan tiba.
(LAMPU BERUBAH, DIIRINGI PROPERTY MAN YANG
BERGULINGAN BERUBAH MENJADI TANAMAN-TANAMAN LAYU-LAMPU BERUBAH)
JOKO : Puzzle yang
telah kususun dengan penuh sabar dan hampir jadi, telah terkoyak hanya dengan
sentilan jari kelingking. Mengapa salah paham ini harus terjadi pada saat yang
tidak tepat? (MEMANDANG SENDAL JEPITNYA DAN MEMUNGUTNYA DARI TELAPAK
KAKINYA) Mengapa harus kau yang ....? Tak layak kau jadi kambing hitam.
Kau telah menempatkan dirimu pada posisi yang selayaknya.
(LALA MUNCUL)
LALA : Mengapa
kau setega itu sobat? Aku berusaha menutupi tabirmu yang sesungguhnya, karena
aku sayang pada kalian berdua. Walau sesungguhnya itu berarti aku telah menjadi
seorang pecundang dalam perjalanan cinta kalian. Aku ternyata bukan sobat yang
baik. (MEMUNGUT SENDAL JEPIT DARI TANGAN JOKO) Dia hanyalah saksi
bisu. Namun lewat ke-elastisannya, dia mencoba tuk bicara. Masih ada waktu
untuk sebuah ketulusan. Aku yakin, Peggy tak sepicik itu menilaimu
mentah-mentah. Andai kau lihat sorot matanya tadi, tersirat kepedihan yang
cukup dalam. Namun dia berusaha tersenyum. Kebebasan yang dia impikan selama
ini telah ia temukan dari dirimu. Tidakkah kau sadar akan hal itu?
JOKO : Oh, shit! Ternyata selama ini, aku dan dia
telah selisih jalan. Aku berusaha perlahan masuk dalam gaya hidupnya, ternyata
diapun melakukan hal yang sama? Begitu bodohnya aku. Terima kasih sendal, kau tidak
hanya saksi bisu. Kau telah jadi penyelamat. Tidak ada kata terlambat dalam
kamusku. Dimana Peggy sekarang?
PEGGY : Tuh.
(LAMPU BERUBAH FOKUS KE SILUET. TAMPAK
PEGGY SEDANG MENARI DENGAN HAND PROP SENDAL JEPIT DI TANGAN DAN KAKINYA. JOKO
MENYUSUL DAN AKHIRNYA MENARI BERDUA BERSAMA PEGGY DI BALIK SILUET. LALA PERGI
MENINGGALKAN PANGGUNG)
’MASKOT’ : Mmh, ckk, ckk,
ckk. Cinta...cinta.... terkadang
kamu bikin gemes. Terkadang pula kamu menjengkelkan. Dasar badung kamu, Cinta.
(TERTAWA GELI SEPERTI DIGELITIK) Ih, ah, aduh jangan, aku tidak tahan geli nih.
Kamu genit. Sudah-sudah, aku kapok. Sudah ah, capek. Muuaaccchhh...... Cinta
ibarat perang, butuh strategi yang matang. Jika hendak menyerang, jangan ambil
posisi di tempat terang. He..he.. memangnya mau bunuh diri?
(SILUET FADE OUT-LAMPU BERUBAH FADE INI KE
PANGGUNG. SAYUP-SAYUP TERDENGAR SENANDUNG JOKO DAN PEGGY. PARA PROPERTY MAN
TELAH BERUBAH MENJADI PENARI, KEMUDIAN MENARI MENGIKUTI IRAMA)
SYAIR LAGU JOKO DAN PEGGY :
Cinta ibarat perang
Butuh strategi yang matang
Jika posisi telah siap menyerang
Mengendap-endaplah di remang-remang
Liku laku perjalanan cinta
Tak kan lepas dari sorot mata
Entah mata hati, entah mata-mata
Namun jika cinta telah merasuk
Wirid asmara kan terus terngiang khusyuk
(SILUET BLACK IN, TIBA-TIBA PEGGY KELUAR
MENYIBAK KAIN BELAHAN TENGAH SILUET DAN MASUK KE PANGGUNG DENGAN MARAH DIIKUTI
JOKO DARI BELAKANG, PARA PENARI TERKEJUT LALU FREEZE)
PEGGY : Bajingan!
Siapa bilang aku luluh hanya karena sendal jepit? Semana-mena saja hargaku
disamakan dengan sendal jepit. Cuih! Memandang dirimu saja aku ogah, apalagi
sendal jepit bututmu itu!
JOKO :
Lho...lho.... ini koq jadi tidak karuan? Eh, Mbakyu cinta ya cinta. Tidak perlu
bawa-bawa sendal jepit donk. Apa salah dia?
PEGGY : Apa? Cinta?
Siapa yang bilang aku masih memendam cinta padamu? Cuih! Pantang bagi Peggy tuk
berlutut pada sendal jepit butut lagi kotor. Jangan kau berlindung di balik
kepolosan sendal jepitmu itu ya. Dia tak kan mampu berbuat apa-apa. Bahkan
untuk hubungan kita sekalipun. Biar impas, sekarang aku yang mengusirmu dari
hadapku. Silahkan Tuan Joko segera angkat kaki. Banyak pintu yang bisa kau
lalui untuk segera lenyap dari pandangku. Sekarang juga! Atau kalau tidak, hak
sepatuku yang lumayan kokoh ini, akan melayang membabibuta pada tubuhmu.
Silahkan! Satu.... dua.... dua seperempat....
(JOKO SALAH TINGKAH TAK BERDAYA, LANTAS PERGI
TANPA PAMIT)
PEGGY : (KETAWA)
Ternyata sendal jepit takut juga sama sepatu hak. Apalagi sama sepatu boots, bisa-bisa habis nafas
digencet dan diinjak-injak. (MENANGIS) Ugh, kenapa kamu pergi
begitu saja, Cinta? Aku tadi kan Cuma menggertakmu saja. Tapi mengapa kamu jadi
takut beneran? Aku jadi menyesal. Padahal sebenarnya aku kan masih cinta sama
kamu. Joky-ku sayang, honey, cintaku,
negeriku, tumpah darahku.....
’MASKOT’ : Makanya tidak
usah sok jaim. Orang lagi sensitif dikerjain.
(PARA PENARI YANG FREEZE BERUBAH MENJADI AKTOR)
PENARI 1 : Mbak, mbak,
sudah malam.. kita juga sudah
capek dari tadi menemani mbak. Kita juga butuh istirahat. Besok dilanjut lagi
ya?
PEGGY : (BERHENTI
MENANGIS) Oh, eh, iya iya. Yuk kita pulang.
(PEGGY DAN PARA PENARI BERJALAN MELINGKARI
PANGGUNG, SIMBOL PERJALANAN PERGANTIAN WAKTU. PEGGY MENINGGALKAN PANGGUNG, PARA
PENARI ON STAGE DIIRINGI PERLAHAN LAMPU FADE OUT)
(LAMPU BLACK IN DENGAN SETTING HALAMAN
BELAKANG RUMAH JOKO, PARA PENARI BERUBAH MENJADI HEWAN-HEWAN PELIHARAAN. ADA
YANG JADI MONYET, KUCING, ANJING DAN BURUNG KAKAK TUA, SEBAGIAN MENJADI
PEPOHONAN KECIL DAN BANGKU TAMAN)
ADEGAN 3
(SIANG,
TAMAN BELAKANG RUMAH JOKO)
JOKO : (BERDIALOG
DENGAN MONYET) Mony, hayo makan! Ini pisang bukan buat dipelototi saja. Dari pagi kamu belum makan. Nanti
kalau kamu sakit, aku yang repot. Jadi harus merawat kamu, akibatnya aku jadi
bolos ke kampus. Jangan manja begitu donk.
(SI MONYET MONY DIAM SAJA. MATANYA TERTUJU
PADA SANDAL JEPIT YANG DIPAKAI JOKO. LALU MONYET ITU MENARIK-NARIK SANDAL
BERUSAHA MELEPAS DARI KAKI JOKO)
JOKO : Mony, kamu
apa-apaan sih? Ini bukan makanan. Ini racun. Aduh, Mony sudah ah. Kamu jangan
mengajak bercanda donk. Aku kan tidak hanya merawat dirimu. Tuh, teman-temanmu
yang lain masih menunggu giliran buat disuapin.
(MONYET TIDAK MAU TAHU. DIA TETAP MENARIK-NARIK SANDAL JOKO.
SAMPAI AKHIRNYA KARENA KASIHAN JOKO MELEPAS SANDAL JEPITNYA. MONYET MELOMPAT-LOMPAT
TERTAWA KEGIRANGAN. SI MONYET MENCOBA MEMAKAI SANDAL JEPIT PADA KAKINYA.)
JOKO : (TERTAWA
GELI) Astaga Mony, kamu layak jadi anggota sirkus deh. Ada-ada saja
kamu. Nanti aku belikan yang ukuran kecil. Biar kamu tidak merebut sandalku
lagi. Ayo sambil dimakan ini pisangnya, sayang.
(MONY MENYAHUT PISANG DARI TELAPAK
TANGAN JOKO DAN MENGUPAS LANTAS MELAHAPNYA. SI MARCO, KUCING KESAYANGAN JOKO
MENDEKAT DAN MENGELUS-ELUS KAKI JOKO, OPET; BURUNG KAKAK TUA JOKO BERKICAU DAN
ANJINGNYA SI DOGGY MENGGONGGONG TANDA IRI DAN BERUSAHA MENCARI PERHATIAN JOKO)
JOKO : Ssstt,
diam! Tumben sih kalian ini koq jadi pada ramai begini? Iya, iya, nanti semua
pasti dapat giliran. Antri
ya! Tenang!
EMAK : Jok, ini ada
bingkisan buatmu. Emak temukan di depan pintu barusan. Emak tidak berani
membukanya. Hati-hati! Jangan-jangan
jebakan.
JOKO : Ah, emak
ada-ada saja. Perasaan Joko
tak pernah berbuat jahat pada siapapun. Masa ada yang tega mau mencelakakan
Joko.
(JOKO MEMBUKA KOTAK BINGKISAN YANG
DIBUNGKUS RAPI ITU PELAN-PELAN. TERNYATA BUNGKUSAN ITU BERLAPIS-LAPIS SAMPAI
JOKO CAPEK MEMBUKANYA)
JOKO :
Siapa yang iseng ngerjain aku sih? Dasar kurang kerjaan!
(SAMPAI PADA LAPISAN BUNGKUSAN TERAKHIR
TERNYATA ISINYA 1 BUAH SANDAL JEPIT DAN 1 BUAH SEPATU CEWEK, TAK ADA SEPUCUK
SURATPUN DI DALAMNYA)
JOKO : Peggy? Ini
pasti Peggy. Apa maksudnya
mengirimkan ini padaku? (JOKO BERPIKIR KERAS BERUSAHA MENAFSIR MAKSUD
DARI KIRIMAN MISTERIUS ITU)
(PEGGY MUNCUL TIBA-TIBA SAMBIL
BERSENANDUNG, SEMUA PENARI YANG MENJADI HEWAN PELIHARAAN IKUT MENARI DENGAN
GERAKANNYA MASING-MASING)
PEGGY : Romantisme
sandal jepit dan sepatu hak tinggi
Menjadi
kisah unik yang membuat geli
Bekas
tapak sandal jepit akan selalu bergaris
Bekas
tapak sepatu berhak belum tentu bergaris
Perbedaan
adalah pelangi hidup yang harmoni
Kadang
riuh, kadang pula sunyi
Andai
salah satu jadi batu karang
Yang
lain tentu bijak menjadi air yang terus menyerang
Namun
dengan kelembutan
Dan
ketelatenan
JOKO : Di
sudut hatiku kau berpijak
Entah
alas apapun kau buat pijak
Jejakmu
kan selalu membekas
Kan
kugenggam jangan sampai lepas
PEGGY : Sengaja
kukirim sebelah-sebelah
Ku tak
ingin kau terbelah-belah
Karena
aku bakal meledak-ledak
Sampai
dirimu terkapar membelalak
JOKO : Adindaku,
oh sayangku
Prasangka
buruk tak semestinya membuatmu bisu
Ku
tersiksa walau hanya menunggu
Dalam
terpaku aku ragu
PEGGY : Kakandaku,
oh sayangku
Asmara
itu lagu lucu
Jika
engkau merasa ragu
Namun
waktu terus memburu
JOKO : Sekarang
aku siap atas segala titahmu
Kan
kuselipkan setiap waktuku
Tuk
bercanda di sampingmu
Dan kan
terus merayu manjamu
PEGGY : Maafku yang
tak terputus, ku tak ingin kau meragu lagi. Naif dan bodoh jika aku cemburu
pada sandal jepitmu. Padahal, sandal jepitmulah yang telah membantuku keluar
dari penjaraku selama ini. Aku patut berterima kasih padanya. Aku lelah dengan
sepatu hakku. Aku merasa terkekang olehnya. Ruang gerakku sungguh sempit. Aku
iri padamu.
JOKO : Sudahlah
sayang. Sandal jepit tak selamanya bisa bebas kemana saja. Ruang geraknya
sesungguhnya lebih sempit dan hanya di lorong bawah tanah. Kenyamanan kakimupun
belum tentu terjamin hanya dengan sandal jepit. Kita diciptakan memang tidak
selalu sempurna seluruhnya. Pasti ada pincang. Maka itu diciptakan keseimbangan
yang bisa saling melengkapi. Selama ini aku terlalu egois. Terlalu idealis.
Padahal aku sendiri merasa tersiksa dengan itu semua. Namun aku berusaha masa
bodoh. Padahal itupun tak seharusnya kulakukan. Sudah saatnya aku juga butuh
keseimbangan. Maka itu diciptakan sepatu sandal. Biar lebih fleksibel. Aku
terharu niatan tulusmu. Maafkan kalau sebelumnya aku berprasangka melenceng. – FREEZE
’MASKOT’ : Hey begundal,
pintar sekali memutar persoalan. Dasar kadal daratan. Mengapa kau tidak mau
berterus terang masalah hp tempo hari?
PEGGY : Usahlah kau
merasa bersalah. Akulah yang selama ini telah egois padamu. Tak selayaknya aku
meragukan ketulusanmu. Biarlah kesalahpahaman ini hanya sebatas kerikil.
JOKO : Tapi
Peggy...? Sebenarnya aku telah berbohong padamu tentang hal lain. Tapi sama sekali aku tak punya niatan lain
akal hal itu. Aku hanya tidak begitu nyaman.
PEGGY : Aku tahu
maksudmu. Itu juga aku yang salah. Aku terlalu memposisikan diriku layaknya
intel. Aku terlalu mencurigaimu. Aku ternyata belum terlalu dalam mengenalmu.
Kau harus berterima kasih pada Lala. Dialah yang selama ini setia menjaga agar
kita tak terjebak dalam api.
JOKO : Lala?
Ternyata dari dulu dia tak berubah. Ehm, sayang...... aku ..... aku.....
(LAMPU BERUBAH, PARA PENARI YANG TADINYA
MENJADI HEWAN PELIHARAAN BERUBAH MENJADI PENARI MENGELILINGI JOKO DAN PEGGY.
MEREKA MENARI DENGAN MENGGUNAKAN HAND PROPS SANDAL JEPIT. TARIAN YANG DIMAINKAN
ADALAH TARIAN GLIPANG / KUDA LUMPING / TARI COKEK / TARIAN TRADISIONAL
LAIN;MENYESUAIKAN DAERAH TEMPAT PERTUNJUKAN INI DILAKUKAN. JOKO DAN PEGGY JUGA
BERGERAK BERIRAMA LAYAKNYA SEPASANG KEKASIH YANG SEDANG KASMARAN. TARIAN ITU
DIIRINGI ALUNAN SYAIR BERIRAMA RANCAK)
SYAIR SANDAL JEPIT :
Sandal jepit, sandal jepit, sandal jepit
Tampangnya polos, tak bermotif
Bahannya lentur tak bertulang
Tapi lumayan sakit kalau kena tabokannya
Asmara sandal jepit
Kisah unik yang berhimpit-himpit
Kalau rasa sudah terjepit
Apa daya otak pula menyipit
- T A M A T
-
Bintaro-Jakarta,
19 April 2006, 07.34 wib
0 Komentar