Lakon pendek Samuel BeckettRekaman Terakhir Krapp (Krapp’s Last Tape)
Ditulis di Ing gris
tahun 1958. Pertamakan dipublikasikan di Evergreen Riview musim panas
1958. pert amakali di pentaskan di Royal Court Theater London, 28 Oktober 1958.
Hampir tengah malam di
masa depan.[1]
Ruang Kerja kecil Krapp
Tengah depan
Sebuah meja kecil,
kedua lacinya kalau dibuka menghadap penonton.
Duduk di meja, menghadap depan, di seberang
laci, seorang tua letih: Krapp.
Celana hitam murahan
sempit terlalu pendek untuknya. Jas hitam murahan tanpa lengan, muat empat
saku. Arloji perak dan rantainya berat, hem kumal terbuka di leher. Sepasang
sepatu boot putih kotor yang luar biasa, paling sedikit ukuran sepuluh, sangat
sempit dan lancip.
Wajah putih hidung
bungur. Rambut abu-abu awut-awutan tidak cukur.
Mata ayam (tapi tidak
berkacamata, agak tuli.)
Suara parau. Nada suara
tak biasa.
Diatas meja sebuah tape rekorder dengan
microfon dan beberapa kardus berisi gulungan-gulungan pita rekaman. Meja dan
daerah terdekat sekitarnya dalam cahaya putih yang kuat. Panggung selebihnya
dalam gelap.
Krapp sejenak tetap
diam tak bergerak, menghela nafas dalam, melihat arlojinya, merogoh-rogoh
keempat sakunya, mengeluarkan sebuah amplop, mengembalikannya, merogoh-rogoh,
mengeluarkan seikat kecil kunci, mengangkat kearah matanya, memilih sebuah
kunci, berdiri dan bergerak ke depan meja. Ia membungkuk, membuka laci pertama
, mengintai ke dalam, meraba-raba di dalamnya, mengeluarkan segulungan pita
rekaman tape, memandang dekat-dekat[2],
mengembalikannya, mengunci laci, membuka laci kedua, mengintai ke dalam,
meraba-raba di dalamnya, mengeluarkan sebuah pisang besar, memandangnya ,
mengunci laci, mengembalikan kunci ke dalam sakunya.
Ia membalik, maju ke
pinggiran panggung, berhenti, mengelus pisang, mengupasnya, menjatuhkan kulit
diatas kakinya , memasukan ujung pisang kedalam mulutnya dan tetap tak
bergerak, menatap kosong kedepan , akhirnya ia gigit ujungnya, menghadap
kesamping, dan mulai melangkah mondar-mandir di pinggiran panggung, di dalam
cahaya, tidak lebih empat atau lima langkah setiap arah, meditatif, makan
pisang. Ia menginjak kulitnya, tergelincir, hapir jatuh, ia mendapat
keseimbangannya kembali, membungkuk, dan menatap ke kulit dan akhirnya tetap
membungkuk, dengan salah satu kaki, mendorongnya melampaui pinggiran pannggung
ke lubang (bawah panggung)
Ia melanjutkan
langkahnya, menghabiskan pisang, kembali ke meja, duduk, sejenak tetap tak
bergerak, menghela napas dalam, mengambil kunci dari sakunya, mengangkat kea
rah matanya, memilih kunci, berdiri dan berjalan menuju meja bagian depan,
membuka laci kedua, mengambil pisang besar kedua, memandangnya, mengunci laci,
memasukkan kunci kembali ke sakunya, membalik, menuju pinggiran panggung,
berhenti, mengusap pisang, mengupas, membuang kulitnya ke lubang, memasukkan
ujung pisang ke mulutnya dan tetap tak bergerak, menatap kosong ke depan.
Akhirnya ia mempunyai
ide, memasukkan pisang ke dalam saku jasnya, ujung menyembul, dan dengan
kecepatan yang bisa dia capai, dia pergi ke belakang panggung menuju kegelapan.
Sepuluh detik. Letupan keras gabus. Limabelas detik. Ia kembali ke cahaya
membawa sebuah buku besar tua dan duduk di atas meja, mengusap mulutnya,
mengusap kedua tangan pada jas bagian depan, mengatupkan kedua tangannya ke
depan dengan tangkas dan menggosok-gosokkannya.
KRAPP : (Cepat) Ah! (Ia
membungkuk di atas buku, membalik-balik halaman. Menemukan catatan yang dia
inginkan, membacanya.)
Kotak…tiga…kumparan[3]…lima….
(
Ia mengangkap kepalanya
dan memandang depan, dengan suka cita)
Spool! Kumparan! (Diam)
Kumparan! Spoooool!
(Tersenyum gembira.
Diam. Ia membungkuk di atas meja, mulai memandang dan mengaduk-aduk kotak-kotak
karton).
Kotak … tiga … tiga …
empat … dua … (dengan keheranan) Sembilan! Tuhan! … tujuh … Ah! Bangsat
(ia mengangkat
kotak, memandanginya.) Kotak tiga
(ia meletakannya di
atas meja, membukanya dan memandang beberapa kumparan di dalamnya. )
Spool ! Kumparan! (ia
memandang bukunya.) Lima … (ia
memandang kumparan. ) Lima … Lima … Ah! Banjingan Kecil
(ia mengeluarkan
sebuah kumparan, memandangnya.) Spool lima. (ia meletakannya di atas
meja, menutup kotak tiga, mengembalikan
bersama yang lain, memungut kumparan.) Kota tiga Spool lima.
(Ia membungkuk di
atas mesin tape, memandangnnya. Dengan suka cita.) Spooool!
(senyum bahagia.
Membungkuk, memasang kumparan pada mesin, menggosok-gosok tangannya.) Ah!
(ia memangdang
dekat-dekat buku, membaca catatan di halaman kaki.) Akhirnya … Ibu
istirahat … hm … Bola hitam
(ia mengangkat
kepalanya, menatap kosong ke depan. Bingung.)
Bola hitam?
(ia melihat ke buku
lagi dekat-dekat, membaca.)
Perawat hitam …
(ia mengangkat kepala, merenung, melihat ke
buku, membaca.)
Kondisi buang air
besar sedikit membaik … hm … mengesankan
… apa?
(ia menatap lebih
dekat.)
Siang malam mengesankan
…
(ia mengangkat
kepalanya, membelalak kosong ke depan. Bingung)
Siang malam yang
mengesankan?
(Diam, ia mengangkat
bahunya, melihat kembali ke buku, membaca.) perpisahan pada_
(ia membalik halaman)_
cinta
(ia mengangkat
kepalanya, merenung, membungkuk di atas mesin, menyalakan dan mengambil posisi
mendengarkan, yakni bersandar ke depan, siku di atas meja, tangan melekukan
telinga kea rah mesin, wajah kedepan. )
Tape : (suara keras,
agak angkuh, jelas suara Krapp jauh dimasa lampau.)
Hari ini tiga puluh
Sembilan, bunyi seperti_
(menempatkan diri
lebih nyaman, ia menurunkan salah satu kotak dan buku ke bawah, memutar ulang
kembali pita rekaman dari awal menyalakan, kembali pada posisi duduknya.)
Hari ini tiga puluh
Sembilan, bunyi seperti lonceng, selain dari kelemahan lama dan intelektualku
sekarang aku punya alas an curiga pada … (ragu-ragu)… puncak satu_ atau
semacamnya. Menghadiri acara-acara
membosankan, seperti tahun-tahun terakhir, diam-diam ke gudang minum anggur .
sendirian di depan perapian mata tertutup, memisahkan butir-butir padi dari
kulitnya. Membubuhkan beberapa catatan di belakang amplop. Bagus bisa kembali
ke ruang kerjaku lagi , di dalam kain-kain tuaku. Baru saja selesai makan tiga
buah pisang dan dengan menyesal harus kukatakan
hanya dengan susuah payah menahan diri dari yang ke empat. Sangat patal untuk orang dengan kondisiku.
(dengan suara keras)
pantanglah semua! (Diam.) Lampu baru diatas mejaku adalah kemajuan
besar. Sejauh ini dengan kegelapan di sekelilingku aku merasa tak begitu
sendirian. (Diam.) Aku suka sekali bangun dan bergerak-gerak di sekitar,
lalu kembali lagi ke … (ragu-ragu) … ke diriku … (Diam.) Krapp
(Jeda)
Butir padi, sekarang
aku sendiri heran apa yang kumaksud dengan itu,maksudku … (ragu-ragu) Aku rasa
maksudku … hal-hal semacam itu bernilai untuk dimiliki kalau semua debu sudah …
kalau semua debu yang ada dalam diriku sudah mengendap. Kututp mataku dan
berusaha dan membayangkan mereka.
(Jeda. Cepat-cepat
Krapp menutup matanya.) betapa hening malam ini, kupasang telingaku dan tak
mendengar apa pun. Malam-malam begini si nona tua Mc. Glome biasanya selalu
menyanyi. Tapi tidak mala mini. Dia bilang, lagu-lagu masa remaja. sulit
membayangkan dia sebagai seorang gadis. Bagaimana pun dia perempuan hebat. Dari
Counnaught[4],
k ukira . (Diam) Apakah aku akan menyanyi kalau aku sampai seumur dia?. Tidak!
(Diam.) sebagai laki-laki remaja aku menyanyi. Tidak (Diam.)
Pernah aku menyanyi? Tidak!
(Jeda)
Baru saja mendengarkan
masa lalu yang melintas tak sengaja. Aku tidak melihat dalam buku harian, tapi
mestinya paling sedikit sepuluh atau dua belas tahun lalu, kukira pada waktu
itu aku berjuang bertahan hidup dan kadang masih bersama Bianca di jalan Kedar.
Diluar itu semua, ya Tuhan! Bisnis Sia-sia.
(Diam)
Tidak banyak tentang
dia, selain pujian untuk matanya. Sangat hangat. Tiba-tiba aku melihat kembali
(Diam.) Tidak ada duanya!
(Diam.) Ah betul … (Diam.)
Pembongkaran mayat-mayat lama ini memang mengerikan, tapi aku sering
mendapatinya sebagai
_ (krapp mematikan, merenung, menyalakan.)_suatu cara sebelum mulai ke …
(ragu-ragu)… retrospeksi baru. Sulit dipercaya dulu akulah anak bajingan
itu. suaranya! Ya Tuhan! Dan cita-citanya (Tertawa singkat Krapp itu serta.)
khususnya mengurangi
minum. (Diam.) Rencana mengurangi … (Ragu-ragu.) … Seks yang
mengasyikkan. Penyakit terakhir ayahnya, kurang bergairah mencari kesenangan.
Lemah dalam tindakan. Mencibir pada masa muda dan bersyukur pada Tuhan semua
sudah lama berlalu.
(Diam.) Ada dering sumbang disana. (Diam.)
bayang-bayang tentang karya … Besar.
Berakhir dengan sebuah _(Tertawa singkat.)_Lengkingan pada
Tuhan_(Tertawa panjang,Krapp ikut serta.)
Apa yang tersisa dari
semua penderitan itu? seorang gadis bermantel hijau kumal, disebuah peron
stasiun kereta api? Bukan?
(Jeda.)
Ketika kulihat_!
Krapp mematikan,
merenung, melihat arlojinya, berdiri, pergi kebelakang panggung kedalam gelap.
Sepuluh detik letupan gabus. Sepuluh detik. Gabus kedua. Sepuluh detik. Gabus
ketiga. Sepuluh detik. Pecah suara gemetar suara singkat.
Krapp : (Menyanyi.) Kini hari-hariku sudah berlalu
malam mengurat malam baying-bayang_
Serangan batuk. Ia
kembali dalam cahaya, duduk, menyeka mulutnya,menyalakan, mengambil posisi
mendengarkan.
Tape : _ Dengan kembali ke tahun-tahun yang sudah lalu, aku
berharap bisa saja sekilas mata tua yang datang, disana tentu saja ada rumah
diatas kanal dimana ibu terbaring menjelang ajal, dipenghujung musim gugur, after
her long viduity[i]._dan_(Krapp
mematikan memutar ulang sedikit kebelakang, membungkukan telinga lebih dekat
ke tipe, menyalakan.)_Menjelang ajal, diawal musim hujan, after long
viduity, dan_
(Krapp mematikan,
mengangkat kepalanya, membelalak kosong di hadapannya. Mulutnya bergerak Krapp
mematikan, memutar ulang sedikit, membungkuk telinga lebih dekat ke mesin,
menyalakan.) _dalam silabel viduity! Tanpa suara. Ia berdiri, pergi kebelakang
panggung, kedalam gelap, kembali dengan kamus sangat besar, meletakan dimeja,
duduk dan mencari kata-kata tersebut.
Krapp : (Membaca dari kamus.) Viduity … Keadaan_atau
kondisi_menjadi_atau tetap_janda_atau duda_(Mencari-cari. Bingung.)
Menjadi_atau teta? (Diam sejenak. Ia melihat kamus lagi. Membaca.) Deep
weeds of viduity … artinya kerudung duka seorang janda … Burung … vidua_burung
penganyam disebut demikian karena ekornya sangat panjang dan hitam menyerupai
kerudung … terutama yang dimiliki burung jantan (ia memandang dengan suka cita.)
Burung vidua, burung duda atau janda!
(Jeda. Ia menutup
kamus, menyalakan, duduk kembali dalam sikap mendengarkan.)
Tape : _Bangku diatas
kanal dimana aku bisa melihat jendela. Disana aku duduk, dengan angin menusuk,
berharap ibu sudah pergi (Diam.) Hampir tak ada orang, hanya beberapa
yang memang selalu ada, perawat muda, bayi, orang tua, anjing, aku mulai
mengenal mereka cukup baik, oh maksudku dari penampilannya tentu saja! Yang
pertama kuingat kembali kecantikan seorang gadishitam yang serba putih dan
berkanji, dengan sebuah dada luar biasa, dengan kereta besar berkap hitam,
hamper semua hal yang berhubungan dengan kesedihan. (Diam.) Setiap kali
aku menengok kearahnya, matanya tertuju padaku … dan ketika belum pernah
memperkenalkan diri_cukup berani untuk berbicara padanya … ia mengancam
memanggil polisi … seakan aku punya maksud kurang baik diatas diatas
kebaikannya (tertawa. Diam.) Wajahnya! Matanya! Seperti … (Ragu-ragu.) …
permata zaitun! (Diam.) Ahya … (Diam.) aku disana ketika_(Krapp,
mematikan, merenung, menyalakan lagi.)_kerai jendela diturunkan, salah satu
pengurung bingkai coklat kotor itu, melempar bola pada seekor anjing putih,
sebagai kemungkinan bisa memiliki. Aku sempat memandangnya dan disanalah
padaakhirnya semua terjadi dan … (Diam.)… Berlalu. Untuk beberapa saat
aku duduk dengan bola ditanganku dan si anjing mendengking-dengking dan
mencakar-cakar kearahku. Saat-saat. Saat-saatnya, saat-saatku … (Diam.)
Saat-saat si anjing. (Diam.) Pada akhirnya kuulurkan padanya dan ia pun
mengambilnya, memasukan kemulutnya, dengan lemah-lembut, pelan-pelan. Bola
karet tua, padat hitam dank eras. (Diam.) aku akan merasakannya
ditanganku, sampai akhir hayatku. (Diam.) Bisa saja aku memilikinya. (Diam.)
Tapi kuberikan pada si anjing.
(Jeda.)
Naah ya …
(Jeda.)
Setahun dalam muram dan derita batin luar
biasa, sampai pada malam penuh kenangan di bulan Maret di dermaga laut angin menderu, tak pernah
terlupakan, ketika tiba-tiba aku melihat seluruhnya, bayang-bayang teakhir yang aku sukai ini apa yang berhasil kurekam
mala mini. Berbeda siang hari ketika kerja harus diselesaikan dan mungkin tak
ada tempat tersisa untuk ingatanku, hangat atau dingin, untuk keajaiban yang …
(Ragu-ragu.)… untuk api yang membuatnya cahaya. Apa yang tiba-tiba
kulihat kemudian adalah ini, bahwa keyakinan yang telah kujalani sepanjang
hidupku, sebenarnya … (Krapp mematikan tidak sabar, memutar pita maju
kedepan, menyalakan lagi.)_hanya batu granit besar mengguncang busa terbang
keatas dalam cahaya mercusuar dan angin berputar dengan kecepatan
baling-baling, jelas bagiku pada akhirnya bahwa gelap yang selalu kusimpan
dalam-dalam dengan susah payah dalam kenyataannya adalah perasaan-perasaan yang
tidak pernah goyah, sampai terhentinya badai dan pupusnya malamku bersama api
dan cahaya pencerahan_(Krapp menyumpah lebih keras, mematikan, memutar maju
rekaman, menyalakan lagi.)_wajahku didadanya dan tanganku diatasnya. Kami
berbaring disana tak bergerak, dan menggerak- gerakan kami, pelan, ke atas
dank e bawah, dan dari samping ke samping.
(Jeda.)
Lewat tengah malam.
Belum pernah tahu hening demikian. Barang kali bumi tak berpenghuni.
(Jeda.)
Disini kuakhiri_(Krapp mematikan, memutar
ulang kebelakang, menyalakan lagi.)_diatas danau, dengan perahu lebar dan
papar, mandi di pinggiran, lalu terjun kesungai berhanyut-hanyut. Dia berbaring
diatas lantai papan dengan tangannya dibawah kepala dan matanyatertutup.
Matahari terik turun, angin agak sepoi, airnya hidup dan menyenangkan.
Kuperhatikan goresan diatas pahanya dan menanyakan padanya bagaimana bisa
terjadi. Memetik buah frambos, jawabnya. Kujawab lagi kupikir tak ada gunanya
dan tak baik diteruskan, dan tanpa membuka matanya, ia pun setuju. (Diam.)
Kuminta dia memandangku, dan setelah beberapa saat_(Diam.)_setelah
beberapa saat _(Diam.)_setelah beberapa saat dia melakukannya, tapi
matanya hanya menyipit, karena cahaya menyilaukan. Aku membungkuk mendapatinya
dalam bayangan, dan keduan matanya membuka. (diam.)Biarkan aku masuk (Diam.)
Kami berhanyut-hanyut disela tanaman belukar dan terjebak. Caranya tenggelam,
desahnya, di depan haluan! (Diam.) Aku berbaring melintang dengan
wajahku didadanya dan tanganku diatasnya. Kami berbaring disana tanpa bergerak.
Tapi dibawah kami semua bergerak, dan menggerak-gerakkan kami, pelan, keatas,
kebawah, dan dari samping ke samping.
(Jeda.)
Krapp mematikan,
merenung, akhirnya meraba-raba sakuya, menemukan pisang, mengeluarkan,
memandangnya, meletakan kembali, merogoh-rogoh, mengeluarkan amplop,
merogoh-rogoh, mengembalikan amplop, melihat arlojinya, berdiri dan menuju
kebelakang panggung ke dalam gelap. Sepuluh detik, suara botol beradu gelas,
kemudian tuangan singkat, sepuluh detik, hanya botol beradu gelas. Sepuluh
detik. Ia kembali kedalam cahaya, sedikit terhuyung, menuju depan meja,
mengeluarkan kunci, mengangkat kedepan matanya, memilih kunci, membuka laci
pertama, mengintip kedalam, meraba-raba didalamnya, mengeluarkan alat
penggulung, memandanginya, mengunci laci, memasukkan kunci kedalam sakunya,
melangkah dan duduk kembali, melepaskan kumparan dari mesin tape, meletakkannya
diatas kamus, memasang kumparan yang masih baru kemesin, mengambil amplop dari
sakunya, meletakkan diatas meja, menyalakan, menjernihkan kerongkongannya, dan
mulai merekam.
Krapp : baru saja
mendengarkan si bajingan goblok, yang kurekam sendiri tiga puluh tahun lalu,
sulit untuk percaya aku pernah seburuk itu. terima kasih Tuhan bagaimana pun
semua terjadi. (Diam.) Mata yang dia miliki! (Merenung, menyadari ia
merekam keheningan. Mematikan, merenung. Akhirnya…) Segala-galanya disana,
segala-galanya, semua_(Menyadari belum terekam, menyalakan.)
segala-galanya Diana, segala-galanya diatas bola kotor tua ini, semua terang
dan gelap dan kelaparan dan pesta-pesta … (ragu-ragu.) Bertahun-tahun (Dalam
teriakan.) Ya! (Diam.) Biarkan itu pergi! Ya Tuhan! Melepaskan
pikiran dari pekerjaan rumahnya! Tuhan! (Diam, Bosan) Baiklah! Mungkin
ia benar. (Diam.) Mungkin ia benar. (Merenung, menyadari, mematikan,
memeriksa amplop.) Bwuah! (Meremas-remas, membuangnya, merenung,
menyalakan.) tak ada yang diucapkan, tak secicip pun. Tahun berapa
sekarang? Kunyahan basi dan bangku besi. (diam.) Bersuka ria dengan kata
Spool.
(Dengan suka cita.)
Spooool! Masa-masa paling menyenangkan setengah juta masa lalu. (Diam.)
Terjual tujuhbelas Copy, sebelas
diantaranya dengan harga pasar untuk menyebarkan sirkulasi ke pustakaan
keseberang lautan. Mulai dikenal … (Diam.) satu koma enam poin sekian,
delapan aku sedikit bimbang (Diam.) merangkak keluar rumah sekali dua
kali, sebelum musim panas kembali dingin. Duduk ditaman mulai menggigil,
tenggelam dalam mimpi-mimpi dan membakarnya habis. Tak ada orang. (Diam.)
Kesenangan-kesenangan terakhir.
(Dengan semangat.)
Simpan semua dalam-dalam. (Diam.) Mataku mendidih lagi membaca effie,
satu halaman satu hari, dengan air mta lagi … effie … (Diam.) Bisa saja
berbagi bersamanya, di atas sana diatas baltik, dan cemara-cemara, dan
bukit-bukit pasir. (Diam.) Bisakah aku? (Diam.) Dan dia ? (Diam.)
Bwuah! (Diam.) Fanny dating beberapa kali, hantu tua cabo bonny, tak
mampu berbuat banyak, tapi kukira lumayan dari pada tendangan kecil di
selangkangan. Waktu terakhir kali tidak takbbegitu buruk. Bagaimana kau
mengaturnya, tanyanya, diusiamu? Kukatakan padanya telah kusimpan untuknya
sepanjang hidupku. (Diam.) sekali pergi ke gereja, seperti ketika aku
masih bercelana pendek.
(Diam. Menyanyi.)
Kini hari-hariku sudah
berlalu, malam menggurat malam bayang-bayang _(Batuk-batuk hamper tak
terdengar.)_malam menyelinap melintas langit
(Menghela Napas.)
Mengantuk dan terjatuh di bangku gereja. (Diam.) di malam hari kadang
bertanya-tanyakalau-kalau upaya terakhir … tidak_ (Diam) Ah habiskan minuman
kerasmu sekarang dan lekas ke tempat tidur. Lanjutkan omong kosong ini besok
pagi atau tinggalkan begitu saja. (Diam.)
Tinggalkan begitu saja. (Diam.) berbaring bersandar di dalam gelap_dan
mengembara. Kembali lagi kepohon di malam natal, perjamuan suci, buah Frambos
merah. (Diam.) Kembali lagi ke
Croghan di minggu pagi, di dalam kabut bersama si ajning betina, berhenti dan
mendengarkan bunyi lonceng … (Diam.) Seterusnya … (Diam.) kembali
lagi. Kembali lagi … (Diam.) seluruh kesengsaraan lama itu. (Diam.)
Terbaring melintang di atasnya.
(Jeda lama.)
Tiba-tiba ia membungkuk
diatas mesin, mematikan, merenggut rekaman tape dengan kasar, membuangnya,
memasang yang baru, memutar maju kedepan ke bagian yang di inginkan,
menyalakan, menatap kedepan.
Tape : _ Buah prambos, jawabnya. Kujawab lagi, menurutku tak
ada gunanya dan tak baik diteruskan, dan tanpa membuka matanya dia pun setuju.
(Diam.) Kuminta dia mengundangku dan setelah beberapa saat dia melakukannya, tapi matanya hanya menyipit
sebab cahaya menyilaukan. Aku membungkuk mendapatinya dalam bayangan, dan kedua
matanya menatap kedepan. (Diam.) Biarkan aku masuk. (Diam.) kami
berhanyut-hanyut disela tanaman belukar dan terjebak. Caranya tenggelam,
desahnya, di depan haluan! (Diam.) aku berbaring melintang dengan
wajahku di dadanya dan tanganku diatasnya. Kami berbaring disana tak bergerak.
Tapi dibawah kami semua bergerak, dan mengerak-gerakkan kami, pelan, keatas,
kebawah dan dari samping ke samping.
(Jeda. Bibir Krapp
bergerak tanpa suara.)
Lewat tengah malam .
belum pernah mendengar hening demikian. Bumi barangkali tak berpenghuni.
(Jeda.)
Di sini kuakhiri
rekaman ini. Kotak_(Diam.)_tiga, spool_(Diam.)_Lima.(Diam.)
Mungkin tahun-tahun terindahku sudah
berlalu. Ketika disana ada kesempatan untuk bahagia. Tapi aku tak ingin mereka
kembali. Tidak dengan api yang kini ada dalam diriku. Tidak, aku tidak
menginginkan mereka kembali.
(Krapp tidak
bergeral menatap di depannta. Pita
rekaman terus berjalan dalam hening.)
Layar
[1]
Menjelang tengah malam di “masa depan” _ untuk tidak mengundang perdebatan di
antara para kritis. Beket memberikan keterangan waktu itu: di masa depan,
sebagaimana alat magnetic tape recorder relative merupakan penemuan masih baru
pada waktu itu, tidaklah mungkin di tahun 1958 untuk orang setua Krapp di dalam
lakon tersebut untuk mendengarkan hasil rekaman suaranya sendiri yang dalam
cerita di rekam semasa hal. 124). Dalam buku A samuel Beckett Reader, I
can’t go on, I’II go on, Grover Press, New York, 1976 , hal 476.
Antara lain dituliskan Krapp di usia 69 tahun, mendengarkan rekaman yang dibuat
sendiri 30 tahun yang lalu, diusianya yang ke- 39 tahun.
[2]
To peer—menatap(i) dekat-dekat; biasanya dilakukan untuk dapat melihat
dengan jelas—Lexicon Webster Dictionary, The English Language Institut of
America, Inc. 1978, hal. 699. Selanjutnya dalam terjemahan ini, kata
“dekat-dekat” tidak lagi dituliskan menyusul kata “memandang (to peer)”,
meskipun maksud dan pengertiannya tetap sama, mengingat Krapp si pelaku dalam
lakon ini bermata ayam (rabun ayam)
[3]
Spool—kumparan, gelondongan; Kamus Inggris-Indonesia, John M.
Echol dan Hasan Shadily, PT.Gramedia, Jakarta, 1988, first publisdeh by
Cornell University press Ithacha and London, 1975, hal. 547. Kata Spool
tetap dipertahankan seperti aslinya karena merupakan kata yang menjadi
kegemaran si pelaku dalam naskah/lakon ini.
[4]
Connaught : sebuah daerah/ propinsi di daerah barat Irlandia.
Teater Jabal, Sanggar Jabal, Seni Pertunjukan, Seni Teater, Seni Drama, Pentas Produksi, Naskah Teater, Berita Seni

0 Komentar