Advertisement

Responsive Advertisement

Naskah Teater MALA IKAT TERSESAT DAN TERMOS AJAIB (R.J. Mardjuki)


MALA IKAT TERSESAT
DAN TERMOS AJAIB
(R.J. Mardjuki)


Sutradara : Para hadirin yang kami muliakan, cerita yang akan kami pentaskan ini berdasarkan kitab suci orang-orang murtad dan kafir. Jadi kalau terdapat penyimpangan dari versi tradisional, harap dimaklumi sebelumnya. Adegan berikut ini terjadi di Taman Firdaus. Angin bertiup sepoi-sepoi basah dan pohon-pohon bergoyangan. Burung-burung berkicau dan pelaku pertama tampil.

Mikael : saya adalah santu Mikael, panglima segala macam Malaikat yang ada di kawasan surga. (menengok kanan kiri) sepiiiii! (berteriak memanggil) adaaaaamm! Evaaaaa! Di manakah kau?!

Adam : Saya di sini. Saya malu.

Mikael : Pakailah celanamu dan tampillah di pentas. Penonton sudah menunggu.

Adam : Bolehkah saya membawa Eva?

Mikael : Tentu saja, asal berpakaian secara sopan.

Adam : (tampil ke pentas membimbing Eva) Saya dan istri saya sudah datang.

Mikael : Berdasarkan keputusan Tuhan nomor 3579/As/24/Intel/2000 SM. Menimbang a-b-c-d. mengingat a-b-c-d. memperhatikan hasil serangkaian diskusi. Mendengarkan saran-saran pimpinan taman Firdaus, maka kami memutuskan untuk mengusir anda berdua dari taman Firdaus. Dengan catatan: kalau ada kesulitan teknis dan teknologis harap lapor kepada yang berwajib pada setiap hari kerja.

Adam : Terima kasih, Pak Malaikat.

Eva : Aduh, Mas, kita akhirnya digusur dari sini.

Adam : Jangan sedih manisku, ada hari ada harap.

Sutradara : Maka pergilah Adam dam Eva menuju tanah buangan, bumi yang keras dan hari-hari yang penuh kerja dan cucuran keringat. Hari berganti hari dan malapetaka terjadi. Eva melahirkan anaknya yang pertama. (tangis bayi)

Eva : Mas, ia menangis terus.

Adam : Bujuklah, supaya ia diam.

Eva : Diam sayangku, kalau kau menangis terus nanti aku sedih. (menangis terus)

Adam : Repot-repot-repot. Ayo kita lapor pada yang berwajib.

Eva : Diamlah sayang. (terus menangis)

Sutradara : Maka kedua suami-istri itu menghadap yang berwajib di Taman Firdaus.

Adam : (berteriak sambil mengetuk pintu surga) Permisiiiiiii!

Mikael : Ya! (membuka pintu) hai kau yang datang lagi?

Adam : Saya, Pak. Ini ada kesulitan.

Mikael : Kesulitan apa?

Eva : Kesulitan teknis bercampur teknologis. Anak saya menangis terus. Ia haus.

Mikael : Lalu?

Eva : Ia tidak mau minum air biasa. Ia mau minum susu, padahal di dunia tidak ada pohon susu. Mohon kebijaksanaan.

Mikael : Demi perikemanusiaan, Eva saya izinkan memberi minum susu anaknya. Secukupnya, kami juga memerlukannya.

Eva : (Melangkah masuk Taman Firdaus) Aduh, sejuknya. Sejak kapan, pak, dipasangi AC?

Mikael : Jangan bergurau, bicaralah seperlunya. Lakukan tugasmu!

Sutradara : Maka terjadilah yang harus terjadi. Eva memberi minum susu anaknya yang pertama. Jadi pada hari-hari berikutnya, sehari tiga kali Eva datang ke Taman Firdaus untuk menunaikan tugas keibuannya. Dan keributan pun tergambar seperti dalam rapat kabinet darurat Taman Firdaus.

Mikael : Saya sudah mendengar anda semua. Keadaan kacau, kedatangan Eva tiga kali ke Taman Firdaus telah menimbulkan polusi. Bayinya suka ngompol. Ibunya suka tertidur di bawah pohon susu. Kita jadinya tambah kerja: membangunkannya tiap kali.

Malaikat 1 :Memalukan Tahta Suci.

Malaikat 2 :Tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Malaikat 3 :Subversi.

Malaikat 4 :Harus ditindak secara tegas.

Mikael : Saya tahu. Tapi apa ujud tindakan itu?

Malaikat 5 :Saya tahu. Karena saya Malaikat Teknokrat.

Mikael : Apa itu, lekas katakan.

Malaikat 1 :Cepat!

Malaikat 2 :Katakan segera!

Malaikat 3 :Kalau tidak kita akan celaka.

Malaikat 4 :Jaga kelestarian alam di Taman Firdaus ini.

Malaikat 5 :Hindari krisis energi.

Mikael : Diam, diam semua. Biar Teknokrat bicara!

Malaikat 5 :Minuman bayi adalah soal yang vital dan fatal. Lihat desain ini. (membentangkan kertas)

Semua : (merubung kertas itu dan serentak tertawa)

Malaikat 1 :Fantastis.

Malaikat 2 :Praktis.

Malaikat 3 :Ekonomis.

Malaikat 4 :Dan tahan lama.

Malaikat 5 :Yang jadi soal, apakah anda setuju pembiayaannya?

Mikael : Itu kan bisa diatur!

Malaikat 5 :Kapan saya berangkat?

Mikael : Detik ini juga. Ini SK-nya. Ini petanya… jangan sampai hilang. Kalau peta ini hilang kau bisa tersesat.

Malaikat 5 :Beres, pak. Saya berangkat! (terbang melayang membawa tas plastik yang berisi segala macam peralatan)

Sutradara : Maka terbanglah Malaikat 5 turun ke bumi. Mencari Adam dan Eva untuk menunaikan misi yang suci. Tak ada kesukaran sebab pada waktu itu perumahan baru ada satu saja.

Malaikat 5 :Selamat pagi. Apakah di sini rumah keluarga Adam?

Eva : Ya, tak salah lagi. Bapak perlu apa?

Malaikat 5 :Berdasarkan keputusan rapat darurat kebinet Surgawi, maka saya ditugaskan untuk memasang instalasi ini.

Eva : Instalasi? Instalasi untuk apa?

Malaikat 5 :Termos Ajaib.

Eva : Ooooo! Lalu apa gunanya barang itu, Pak?

Malaikat 5 :Kalau termos ajaib ini kupasang, kau tidak perlu hilir mudik ke Taman Firdaus untuk memberi minum anakmu.

Eva : Ooooooo! Praktis.

Malaikat 5 :Ekonomis.

Eva : Eksotis.

Malaikat 5 :Mana Adam?

Eva : Dia pergi berburu, Pak! Ada keperluan?

Malaikat 5 :Instalasi termos ajaib ini harus kupasang satu pAdamu dan satu pada Adam, sehingga lebih efisien. Kalau kau pergi cari kayu, Adam dapat memberi minum anakmu.

Eva : Tetapi Adam sedang pergi, Pak!

Malaikat 5 :Celaka, waktu saya sempit. Jam sebelas saya harus sudah sampai di Surga lagi.

Eva : Begitukah bunyi surat Bapak?

Malaikat 5 :Ya! (merenung lama) Baiklah, saya ada akal. Untuk sementara instalasi ini keduanya kupasang padamu. Kapan-kapan jika cuaca baik dan Adam ada dirumah, saya akan melakukan pemasangan sesuai desain.

Eva : Baik, Pak!

Malaikat 5 :Duduklah. Tahan napas baik-baik dan jangan menjerit kalu terasa geli.

Eva : Baik, Pak!

Malaikat 5 :Semoga dengan dipasangnya instalasi ini kesulitan surga dan bumi dapat diatasi. (Sibuk memasang termos ajaib dengan segala peralatannya). Nah, selesai juga akhirnya. Indah sekali. Taman Firdaus pun tidak mempunyai instalasi semacam ini. Termos ajaib nomor satu di dunia! (merenung) Eva, sayang saya harus pulang detik ini juga.

Sutradara : Maka pulanglah Malaikat 5. Sesaat kemudian datanglah Adam.

Eva : (Berteriak girang) Mas, Termos Ajaib instalasi baru.

Adam : Instalasi apa?

Eva : Instalasi khusus untuk anak kita. Saya tidak perlu lagi mondar-mandir dan hilir mudik ke Surga untuk memberi minum anak kita.

Adam : Ah, tapi kau tampak Wagu dengan instalasi baru itu.

Eva : Memang! Tapi ini darurat, Mas. Sebetulnya yang satu harus dipasang padamu, tetapi kau tidak ada di rumah.

Adam : Jadi termos ajaib yang satu itu milikku?

Eva : Ya! Untuk sementara dititipkan padaku. Kapan-kapan Malaikat akan datang kemari untuk memasangkan termos ajaib itu padamu.

Adam : Kapan?

Eva : Ya kapan-kapan saja.

Adam : Ayo kita coba!

Sutradara : Hadirin, gunting sensor terpaksa bertugas. Waktunya tidak cukup. Singkat cerita, Malaikat 5 tak pernah kembali ke bumi. Ia kehilangan peta dan tersesat entah ke mana. Ia lepas dari orbitnya. Sehingga dengan demikian instalasi termos ajaib itu tetap terpasang di badan Eva. Tentu hal ini menimbulkan kesulita bagi Eva. Instalasi baru lebih banyak mengganggu daripada membantu. Tragika teknologi! Kesimpulan cerita: sampai kini termos ajaib itu tetap dibawa Eva dan anak-anak keturunannya. Maka kalau sekali tempo Adam dan keturunannya ingat akan barang titipan itu, ia ingin melihat barangnya sejenak. Pada saat-saat yang gawat bahkan ia ingin mengambil termos itu….tetapi apa daya buku petunjuk bongkar pasang instalasi termos ajaib itu telah hilang bersama Malaikat 5. Alhasil termos ajaib itu tetap di tempat semula. Adam tahu bahwa termos ajaib itu miliknya juga, tetapi dengan tersesatnya Malaikat 5 maka barang ajaib itu terpaksa terus-menerus parkir di situ. Untunglah bagi kaum Adam, sebab kaum Eva cukup baik hati.ongkos parkir dan biaya pemeliharaan tidak ditarik. Demikianlah kisah termos ajaib kami akhiri. Terima kasih dan selamat malam.

TAMAT

Posting Komentar

0 Komentar