ORANG-ORANG GUA
Karya: Salim EMDE PunjabhiPelaku:
1. Jendral (umur 50-an), 2. Senat (Umur 60-an), 3.
Kopral (Pembantu Jendral, umur 30-an), 4. Penjual Pakaian (setengah
baya), 5. Tukang Loak (umur 40-an), 6. Petugas Pasar I (umur
35-an), 7.Petugas Pasar II (umur 35-an), 8. Pendaki Gunung I
(umur 23-an), 9. Pendaki Gunung II (umur 23-an), 10. A Hong
(Penjual Akik, umur 40-an), 11. Penjual Nasi (umur 30-an), 12.
Penjual Sayur (umur 28-an), 13. Bu Renggo (Umur 35-an).14. Penjual Buku (umur 30-an).
BAG
I
Sebuah ruangan yang
menyerupai gua. Dengan sinar yang temaram. Sunyi. Lengang. Terlihat tiga sosok
yang tergeletak. Yang dua berdekatan dan yang satunya agak terpisah.
Bayangan
Qori' masuk dan mengumandangkan Kalam Ilahi,
Terdengar gonggongan
anjing memanjang. Salah satu diantara dua sosok yang berdekatan terbangun,
gelagapan dan histeris.
Jendral : A…a..akhirat! A..akh...khirat!? Aku telah berada di
akhirat?! Ha…ha…ha… Aku telah berhasil disembelih. Ya benar! Aku telah dibantai
semena-mena, mereka telah berhasil merampas hak hidupku! Hmm, aku telah
syahid! Dan aku akan segera merasakan nikmatnya surga ha… ha….ha…. (menyandung
sosok yang satunya dan terjatuh). Lho, kamu juga disembelih Sobat?!!
Ha…ha..ha... (sambil menggoyang-goyang sosok itu) Ternyata kita memang
sahabat dunia ahirat ha…ha..ha…. Nah, Sobat! dimana Tuhan!? Dimana Malaikat!?
Aku ingin bertemu Mereka…. (berteriak memanggil) Tuhaaan….. Malaikaaaat…
Bidadariiiii……
Senat : Sssst….. diamlah!!! Diamlah Sobat! Jangan engkau berteriak seperti itu, nanti kedengaran prajurit Tuan
Raja.
Jendral : Hei,
di akhirat ini Tuan Raja tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau bertemu dia sekalipun, pasti telah berada di
neraka ha…ha…ha…
Senat : Aduh Sobatku… Lihatlah dirimu he..he…
Jendral : Eh,
kenapa dengan diriku Sobat?
Senat : Di Ahirat tidak ada
manusia yang mempunyai nafsu.
Jendral : Apa maksudmu sobat…???
Senat : Kalau kita sudah di ahirat, tentu kamu sudah tidak punya rasa ingin balas
dendam seperti itu. Ucapanmu itu menandakan bahwa kamu masih diliputi nafsu.
jadi kita masih didunia!
Jendral : Te..tapi…
bukankah kita telah dibantai.
Senat : Sadarlah sobat……! Sadarlah!! Kita ini belum mati dan masih ada di
dunia.
Jendral : Sobat, kamu yang seharusnya jangan terus bermimpi. Lihatlah! Lihatlah!!
Mana ada dunia segelap ini. Dan tidak ada orang selain kita. (Menyandung
sosok yang lainnya. Kaget) Heh!! Siapa kamu!!! Kamu pasti Jin Ifrit…!! atau
Jin Licikmunafik!…. atau sisa fosil dinosaurus… atau…..
Senat : Heh, dialah pembantu setiamu yang telah menyembunyikan kita di goa
ini.
Kopral : Iya tuan Jendral, masak lupa sih… Ah, Tuan pura-pura nih…
biasa saja Tuan… biasa saja, jangan didramatisir begitu, saya
Senat : Apakah goa ini aman Kopral ?
Kopral : Insya Allah aman Tuanku. Sebab letaknya tersembunyi. Tempat ini
yang tahu hanya saya dan orang tua saya, karena memang berada di ladang milik
keluarga kami. Tapi
Jendral : Kopral, dimana anjingmu?..kamu memanggilnya apa? Siapa namanya…?
Kopral : Aslinya sich QITHMIR Tuan. Tapi tetangga sebelah sering
memanggilnya Miranda. Dia adalah anjing yang sangat saya sayangi, karena ia
selalu setia menemani tugas-tugas saya dan tidak pernah mengecewakan saya.
Pokoknya lain dari yang lain deh. Saya suruh berjaga dimulut goa Tuanku,
untuk menakut-nakuti orang yang mendekati goa ini
Senat : (Melihat Jendral) Hei Sobat, mau kemana kamu !?
Jendral : Aku
sudah tidak betah lagi ditempat ini. Aku mau menghirup udara segar diluar.
Senat : Dan memasang lehermu untuk ditebas pedang prajurit tuan Raja!?
Jendral : Diam!!
Akan kuhabisi begundal-begundal Tuan Raja itu.
Senat : He..he..he…. dengan semangatmu ?!
Jendral : Dengan
apa saja! Ini perang suci! Jihad!! Aku akan disambut dengan ratusan senyum
bidadari dipintu surga. Setelah itu aku akan berenang di sungai susu dan madu
sepanjang waktu. Ha..ha… Apa lagi yang lebih indah dari itu Sobat?! Tidak Ada!
Dan tak pernah ada dimuka bumi! Apalagi ketika bumi sudah bejat seperti
sekarang. Jadi, tentu saja aku lebih baik mati syahid daripada menghabiskan
sisa hidupku ditempat ini!
Senat : Sebentar sobat, (tersenyum) kalau aku boleh berpendapat, menurutku
jalan yang akan kamu tempuh adalah mati konyol.
Jendral : Tidak
bisa! Jangan sembarangan bicara! Kitab Suci jelas-jelas menerangkan tentang
itu!
Senat : Iya memang, tapi Tuhan juga sangat membenci bunuh diri. Dan
balasan dari perbuatan itu adalah Neraka!
Jendral : Heit!
Kamu sudah keterlaluan! Kamu bilang berperang dengan orang kafir dianggap bunuh
diri?
Senat : Bukan perang terhadap orang kafir yang aku maksudkan, tapi berbuat
sesuatu yang tanpa memikirkan hal-hal yang terkait denganya yang aku
persoalkan. Bukankah masih banyak cara lain yang bisa kita tempuh untuk membela
kebenaran keyakinan atau agama kita.
Jendral : Tapi
aku tidak takut untuk menghadapi kekuatan mereka!
Senat : Aku percaya Sobat, dan orang pemberani sepertimu sangat dibutuhkan
agama. Teguh iman, pantang menyerah dan membela dengan total akan agama Tuhan!
Tetapi kalau modal yang sangat berharga itu hanya dihambur-hamburkan sangat
disayangkan Sobat.
Jendral : Apa
maksudmu ?!!
Senat : Semangat keyakinan saja belum cukup untuk menegakkan agama Tuhan.
Kita juga harus membalutnya dengan kasih sayang, hati yang besar dan ikhlas,
pikiran luas dan kebaikan serta kemaslahatan bersama. Bukan asal main tentang,
tumpas, lawan, ganyang, bunuh, serbu, bom, tembak…
Jendral : Tapi
yang pasti aku akan mati syahid!
Kopral : Sudahlah tuanku berdua!! Sudahlah! Sekarang lebih baik kita memikirkan
langkah selanjutnya, agar kita selamat dari kejaran prajurit Tuan Raja. Dan
mencari jalan agar Tuan Raja mengeluarkan SP3 atau membekukan masalah yang
menimpa kita.
Senat : Menurutku kita masih tetap disini sambil menunggu perkembangan.
Jendral : (Nyindir)
Apakah itu termasuk penafsiran dari Kitab Suci? Terus mengapa kita bisa disini
dan dikejar-kejar oleh tentara Tuan Raja!??
Senat : itu karena sikapmu yang terlalu bersemangat itu….
Kopral : Kenapa bisa begitu Tuanku…??
Senat : Yah begitulah…. Dia tidak terima ketika aku usulkan pada Tuan Raja
untuk mencopot jabatannya sebagai Jendral perang. Kemudian ia menulis
Jendral & Kopral : Ya….!!
Jendral : Tapi
mengapa kau mengusulkan kepada Tuan Raja untuk mencopot jabatanku…?? Justru
dengan kedudukanku sebagai Jendral perang, lebih memungkinkanku untuk membela
agama kita!
Senat : Dan karena itulah aku khawatir kalau kau bertindak sembrono.
Jendral : Apa
itu ??!
Senat : Sudahlah sobat, diseluruh negeri ini kau mungkin tiada duanya. Tetapi
mungkin karena zamannya yang tidak memungkinkan. Kau dikelilingi oleh para
pejabat yang bermental penjahat. Lihatlah para senat yang mengatas namakan
rakyat untuk kepentingan dan ambisi pribadi. Bahkan diantara mereka ada yang
bersekongkol untuk menjatuhkan Tuan Raja dari tahtanya. Dan aku tidak mau kau
menjadi bulan-bulanan mereka.
Kopral : Puji Tuhan, puji Tuhan! Tuanku telah diselamatkan Tuhan.
Senat : Kau benar Kopral. Kita semua telah diselamatkan Tuhan dan selalu
mendapatkan petunjuk dan kekuatan iman menghadapi kebiadaban Tuan Raja dan para
pejabatnya.
Jendral : (Bangkit) Teruslah kalian bicara. Aku akan mencari makanan diluar. Aku sudah
sangat lapar.
Senat : Dimana kau akan mencari makanan ?
Jendral : Yang
pasti bukan disini, karena disini yang ada hanya batu dan lumut. Aku akan
keluar sebentar.
Senat : Dan disambut parang prajurit Tuan Raja?!!
Kopral : Begini saja Tuanku. Saya yang akan mencari makanan untuk kita.
Disamping saya paham daerah ini, saya juga tidak terkenal seperti Tuan berdua.
Jadi tidak khawatir dicurigai orang.
Senat : Ya, benar sekali Kopral. Baik kalau begitu. (Merogoh kantong
dan mengambil uang emas) Ambillah ini dan hati-hatilah. Mumpung hari masih
gelap, sebaiknya kamu berangkat sekarang. Oh ya Kopral, biarkan si Qithmir
bersama kami untuk berjaga-jaga.
Kopral : Oke deh Tuan…… (mengambil uang yang disodorkan, pergi).
Jendral dan Senat terdiam beberapa saat. Tenang. Mereka mencoba membetulkan
posisi badan mereka agar lebih rileks. Musik mengalun diselingi gonggongan
ajing yang memanjang.
Senat : (Merenggangkan badan) Aduuuhh, Maha Besar Tuhan… Baru
terasa kalau pegal sekali badan ini. Sepertinya kita sudah sebulan di goa ini. (Kaget)
Hei…!! Menurutmu, sudah berapa lama kita disini ?
Jendral : Paling
sehari. Memangnya kenapa!? (acuh tak acuh).
Senat : Sebentar sobat. (kebingungan dan memegang rambutnya. antusias)
Eh sobat, lihatlah! Lihatlah ini!! A.. ak… aku baru sadar…!! Lihatlah!
Lihatlah!! Sebelum datang kesini rambutku masih pendek, dan tidak berjenggot. (Sambil
memeriksa seluruh badan) Tapi sekarang rambutku melambai-lambai. Sepertinya
kita telah tinggal di goa ini setahun…!??
Jendral : Huh
sembarangan saja kamu sobat….! Ha..ha…ha… kalau kita setahun disini, niscaya
kulit kita sudah lengket pada batu-batu ini….. (tak lama kemudian setelah ia
mengamati tubuhnya sendiri mejadi ragu) Tetapi… kalu tidak sehari, mengapa
kondisi kita bisa berubah seperti ini???
Senat : Sssst….diam !!
Jendral : (Khawatir)
Siapa ?
Senat : Tidak tahu!
Jendral : Kita
akan binasa…… (merapat ke dinding. Cemas).
Kopral : (Datang sambil berteriak) Tuanku…..! Tuanku…..!!!
Jendral : (Setelah
mengetahui yang datang kopral) Heh…
Kopral : (Terengah-engah) Tidak tuanku! Ini aneh sekali. Aneh sekali.
Senat : Tenangkan dirimu Kopral, kemudian bicaralah.
Kopral : Baiklah, Baiklah Tuanku…. Begini Tuanku. Ketika saya baru saja
keluar dari goa ini, saya merasakan hawa yang sangat panas! Sesaat kemudian
saya tersadar, bahwa hawa itu adalah panas dari matahari yang tidak terhalang
oleh apapun. Bukankah ini sangat aneh Tuanku..!? Sedangkan ketika kita kesini,
goa ini berada di hutan yang sangat lebat dan tertutup oleh pepohonan yang
sangat rapat. Jendral : Heh!! Ngomong apa kamu!!?? Mana
makananku!?
Kopral : A..a…anu Tuan Jendral….
Jendral : (Tidak
sabar) Aku mau makan. Bukan anu !!
Senat : Sabar sedikit sahabatku, biarlah kopral ini bercerita dulu… siapa
tahu bisa menjawab keanehan yang kita alami ini. Kopral, lanjutkan ceritamu…
Kopral : Be..begini Tuan Jendral, Saya lanjutkan cerita saya. Belum jauh saya meninggalkan goa
ini, tiba-tiba saya melihat dua orang yang berpakaian sangat aneh dan membawa
tas punggung yang sangat besar. Saat saya dekati, mereka kelihatan kaget dan
ketakutan. Belum sempat saya sapa, mereka cepat-cepat berlutut dengan gemetaran
sambil berkata :"Ampun mbah… ampun mbah penunggu. Kami tidak bermaksud
jahat mbah…. Jangan ganggu kami mbah…." Kata-kata yang membingungkan
itu terus mereka ucapkan. Kemudian saya tanyakan siapa mereka sebenarnya.
Lantas mereka menjawab kalau mereka adalah Pendaki Gunung. Saya jadi bertambah
bingung, karena tidak tahu pekerjaan macam apa itu pendaki gunung.
Jendral : Mungkin
mereka adalah prajurit Tuan Raja yang menyamar!?
Kopral : Nah, tadinya saya berpikiran seperti itu Tuanku. Setelah mereka
agak tenang, saya bertanya: "Hei..!! Apakah kalian adalah begundal Tuan
Raja..!?". Salah satu diantara mereka seperti berpikir dan berkata: "Bukankah
Tuan Raja adalah seorang Raja puluhan abad yang lalu". Kemudian saya
berpikir kalau mereka adalah orang yang tak waras alias edan. Makanya saya
tinggalkan mereka, lalu mereka lari terbirit-birit menjauhi saya.
Jendral : Hei,
itu
Senat : Sebentar sobat..! Aku semakin yakin.! semakin yakin! Yakin!!
Jendral : Hei,
ada apa lagi denganmu!?
Senat : Seperti yang telah kita bicarakan tadi. Tentang berapa lama kita
tinggal di goa ini.
Jendral : Maksudmu
kita berada di goa ini lewat dari sehari !?
Senat : Atau setahun….??
Kopral : Atau puluhan abad….??
Jendral : Berapa
tahun??
Kopral : Ratusan…..
Senat : Lebih! Ah, sudahlah. Segalanya hanya Tuhan yang tahu, dengan
pasti.
Jendral : tidak mungkin…tidak rasional…imposible…!!
Senat : Bagi Tuhan, segalanya adalah mungkin Sobat.
Kopral : Benar tuanku! Saya melihat sendiri keanehan yang timbul dari kekuasaan
Tuhan. Ketika keluar dari goa ini, saya melihat panas matahari tidak menimpa
goa ini, padahal tidak ada satu pohon pun yang menutupi goa ini. Bukankah kalau
dipikir-pikir dengan akal sehat, hal itu sangat tidak mungkin. Mustahil!
Muhal!! Imposible! Khayal…!!
Senat : Sesuatu telah terjadi pada diri kita dan kita tidak mengetahuinya.
Tuhan Maha Agung!
Jendral : (Bangkit
berdiri dan melangkah)
Senat : Mau kemana kau Sobat ?
Jendral : Apakan
kamu mau membiarkan segala keanehan ini berlanjut?
Senat : Lantas ?
Jendral : Kita
harus segera keluar dari tempat ini untuk mencari tahu apa yang sebenarnya
terjadi. Apalagi aku juga sudah sangat lapar.
Kopral : Apakah itu tidak berbahaya Tuanku?
Senat : Engkau benar Sobat. Kita memang harus segera mencari tahu. Dan aku
kira dengan penampilan kita seperti ini tidak akan dikenali orang. Oh ya
Kopral, sebaiknya untuk sementara anjingmu, si Miranda, ditinggal saja disini,
agar tidak mengundang perhatian orang.
Kopral : Baiklah Tuan Senat, mari…..
Kemudian
mereka keluar dan pergi meninggalkan goa, dengan segala kebingungan yang
menyelimuti pikiran mereka. Dengan hati-hati dan penuh rasa ingin tahu, mereka
siap menghadapi apapun yang akan terjadi di luar
BAG
II
Suasana sebuah pasar
dengan segala aktifitasnya. Terang, ramai dan semrawut. Tiba-tiba ada orang
berlari memasuki pasar dengan ketakutan sambil berteriak minta tolong. Hingga
akhirnya ia terjatuh.
Orang-orang : (Ribut)
Bu Renggo : Ih…jijai
deh… Jijai! Jijai!! idih….. Masak ada orang
seamburadul itu. Idih.. jijai deh…!! Iiiihhh….. (Terbirit-birit
menjauhi orang itu).
Penjual Buku : Tolong…!
tolong saya….!
Tukang Loak : (Mendekat)
Heh, kenapa kamu? Oo ya, ya…aku tahu sekarang! Kamu pencopet
Penjual Sayur : (Memotong
cepat sambil memperhatikan dengan lebih teliti) Sebentar, sebentar, Oh,
melihat tampangmu yang imut-imut tapi sangar itu… Bukankah kamu adalah penjual
buku di depan Mall itu mas !?
Penjual buku : Be…be…benar.
To.. tolong saya….!
Bu Renggo : (Ikut
nimbrung)Aduh… Jijai always deh! Mengapa orang-orang selalu
meminta tolong padaku yang cantik dan kaya ini. Huh, boring forever
banget deh… iihh!
Orang-orang : Huuu….
Ganjen……..
A Hong : Haiyya!
Lu olang akan owe tolong ha! Tapi katakan dulu, ada apa dengan lu
ha!?
Penjual Nasi : (Dengan
santai) Eh mas, kok ketakutan sekali sich. Kayak dikejar setan saja ?!
Penjual Pakaian : (Menyeruak
kerumunan)Tenang saudara-saudara. Biarkan ia menceritakan terlebih dahulu
apa yang sesungguhnya terjadi padanya.
Penjual buku : (Masih
ketakutan) S…ss…sa..saya dipukuli orang…..
Penjual pakaian : Lho,
mengapa kamu dipukuli ?
Penjual buku : Saya tidak tahu. Ketika
saya sedang menjual buku-buku dagangan seperti biasanya, tiba-tiba datang
sekelompok orang mendatangi saya. Tanpa ngomong apa-apa mereka langsung
mengobrak-abrik buku-buku saya dan mengambil beberapa buah, dan tentu saja saya
tidak membolehkannya. Lantas mereka langsung marah dan menuduh saya merusak
moral, agen komunis, PKI sambil terus memukuli saya sampai akhirnya saya bisa
lari kesini.
Penjual nasi : (Cuek) Memangnya buku apa yang
mereka ambil ?
Penjual buku : Tidak
tahu. Tapi kayaknya kebanyakan yang menulis tentang komunis dan kekiri-kirian.
Tukang loak : Oo,
Pantas saja! Paham komunis
Bu Renggo : (menyahut cepat) Iya benar! Aku juga jijai
sama laki-laki berkumis.
Orang-orang : Huuu….bolot!!
Ko Mu
Penjual sayur : (Tanpa
dosa) Nah, kalau masalah kumis sich, justru itu yang paling aku kangeni
dari mantan suamiku. Tapi kalau komunis, sekedar mengetahuinya saja
Penjual buku : Kalau
menurut saya sih lebih baik yang dimusnahkan adalah buku-buku porno dan
tabloid-tabloid panas yang kini banyak sekali dijual bebas.
Penjual nasi : Juga
koran-koran yang memuat berita-berita yang hanya menguntungkan satu kelompok
dan menjatuhkan kelompok yang lain.
Penjual sayur : Juga,
VCD - VCD yang mengarah pada pornografi atau porno aksi, baik yang disengaja
ataupun tidak disengaja….… (orang-orang membenarkan) Tetapi, yang saya
belum nonton jangan dimusnahkan ya…..!
Orang-Orang : Hu…
sama penjahatnya ini… nggak jelas!, Nggragas!, Tuwo Libido…
(bersahut-sahutan).
Penjual loak : (Memecah
perkataan orang-orang) Di negeri-negeri maju, yang begituan juga dijual
bebas.
Bu Renggo : Betul
itu…! Kalau yang ini aku tidak jijai! Tabloid-tabloid dan media itu
Penjual pakaian : Nah!
Ini satu kesalahan fatal kita lagi. Masak kita meniru negara maju dari
kebobrokan moralnya saja dan kita tetap bodoh. Apa yang dapat dibanggakan oleh
sebuah negeri dengan moral bejat sekaligus otak yang bodoh.
Orang-orang : (
Tiba-tiba
petugas pasar masuk dan memotong pembicaraan mereka.
Petugas Pasar I : Stop!
Setop! Setop!
Petugas Pasar II : Itulah
makanya, tempat ini mau dijadikan Mall. Karena kalian selalu mengganggu
ketertiban umum dan selalu telat dalam membayar pajak! (Sambil berkata ia
memu8kulkan tongkatnya pada meja penjual pakaian).
Penjual sayur : Tapi
Petugas pasar II : Heh, heh! Kata siapa!?
Masyarakat
Bu Renggo : Iya nih, kumuh dan jijai!
Aku juga tidak mengerti, kenapa masih ada tempat sejijai ini…!
Penjual nasi : (Marah) Heh! Lha wong
kamu juga tiap hari belanja disini kok?!!
Bu Renggo : Iiih, sorry ya…! Masalahnya
Orang-orang : Wuuu… itu namanya butuh…
Pikun!!!!
Petugas pasar I : Sudah-sudah! Ribut saja!
Mana duitnya! Yang penting duit…. Ayo bayar pajak! Tidak usah banyak bicara!!!
Muncul dua pendaki gunung
sambil berlari ketakutan. Gemetaran.
Pendaki Gunung I : (Berteriak gemetaran) Aa…a…ada hantu… ada
hantu… ada hantu, gondoruwo, setan…..
Orang-orang
ribut lagi, karena pendaki gunung yang histeris menabraki mereka tunggang
langgang
Petugas pasar I : Hei!
Pendaki Gunung II : Ka..ka..kami bertemu
penunggu gunung… kami takut sekali pak….
Penjual pakaian : Wah, ini ada-ada lagi.
Lalu kalau memang kamu bertemu penunggu gunung, apa yang diperbuatnya pada
kalian?
Pendaki gunung I : Dia tidak menyakiti kami.
Pendaki gunung II : (menambahkan cepat) Dia hanya menanyakan
tentang Tuan Raja dan prajuritnya…. Aduh, Ngeri sekali deh pokoknya!
Hiiii…….
A Hong : Haiyya,
paling elu-elu olang beltemu olang gila yang kesasal ke gunung ha?!
Tukang loak : Huh! Penakut kok naik gunung.
Penjual sayur : Mas,
naik gunung kok takut sih? Biasanya
Orang-orang : Wuuuuuu….saruuuuuu……
Mendadak
muncul Jendral, Senat dan Kopral dengan ekspresi yang sangat kebingungan.
Orang-orang terperangah melihat penampilan mereka. Dua orang pendaki gunung
kaget sampai melompat kemudian buru-buru lari lintang pukang.
Penjual pakaian : Sunan Kalijaga… !?
Penjual sayur : Syeikh
Siti Jenar !? Tapi kok Funky..!?
A Hong : Wong
Fei Hung…. ha !?
Penjual buku : Karl
Mark !?
Petugas Pasar I & II : Satrio
Piningit !? (bebarengan)
Tukang loak : Ha….ha…ha….
kalian ini kenapa!? Mereka paling-paling sedang happening art. Atau orang
teater yang sedang work shop! atau…. Orang gila tiga serangkai ha…ha…ha… Ngapain
diurusin!
Kopral : Aduh... Bertambah tidak mengerti saja dengan keanehan ini???
Senat : Ya! Semuanya sangat aneh……..
Jendral : Heh, bukankah ini pasarnya ??
Kopral : Benar Tuanku. Ini memang pasarnya! Tetapi bangunannya sangat
berbeda dan aneh. Lihatlah disebelah
Tukang loak : (Mendekati
tiga orang itu) Hei, kalian sedang happening art
Petugas pasar I : Iya! demo di MPR saja
Bu Renggo : Idihhh…. Demo dengan model
muka blo'on dan jorok kayak gitu, ya malah diketawain banyak orang…
Idih, jijai deh!!
Penjual sayur :
Senat : (Berusaha menenangkan diri) Permisi, dimana kami bisa
membeli makanan ?
Penjual nasi : Oo, Tentu bisa dong…
Mari sini, mau dengan lauk apa? Silahkan pilih. (Menunjuk daganganya).
Penjual sayur : Iya
tuh, kalau mau beli nasi di
Senat : Tapi sebelumnya, bisakah kami bertanya tentang segala keanehan ini
?
Penjual pakaian : Keanehan
yang bagaimana maksud Saudara? (ikut menimpali).
Senat : Sebenarnya, ini tahun berapa Tuan-tuan???
Tukang loak : Hahaha..
Ternyata mereka adalah orang gila. edan !! Zaman saja tidak tahu ha…..
ha…ha….
Penjual sayur : Ini
tahun 2010 Mas yang maniiiis….
Senat : 2010! (Kaget) Sebetar, sebentar…dua..dua ribu sepuluh
menurut hitungan???
Penjual sayur : Hitungan
masehi tentu saja. Masak menurut hitungan tahun Gajah! (Sebal).
Senat,
Jendral dan Kopral bareng-bareng teriak karena kaget…. Huuuuaaaaa….
Jendral : Tidak
mungkin….! Ini tidak mungkin….!!! Mereka pasti mengada-ada…..
Petugas pasar I : Heh!
Heh….!! Justru kalian yang mengada-ada. Sudah-sudah! Lha wong mau beli makanan saja kok
brisik! Tidak usah diurusin. Yang penting
ayo mana duit! Buat bayar pajak! (Pada para penjual. Aktifitas
kembali berjalan).
Bu Renggo : Iihh, jijai…!! Jijai deh Uh!!!
Kopral : Apakah tuanku percaya dengan semua ini ?
Senat : Mereka mengatakan ini tahun 2001 Masehi…
Jendral : (Tidak percaya) Dan kita tertidur di dalam goa selama ribuan tahun..!!?? Ah,
Sudahlah!! Aku sudah lapar sekali. Ayo kita beli makanan di situ. (Tidak mau
ambil pusing).
Kemudian
mereka mendekati penjual nasi dan membelinya. Tetapi ketika membayarnya,
terjadi keributan lagi.
Penjual nasi : Mana
uangnya ?
Kopral : Ini.
Penjual nasi : Hah!
Apa ini!!?? Kamu jangan main-main ya! Dasar orang gila. (Orang-orang pada
mendekat) Hai saudara-saudara!! Orang-orang gila ini mau membohongiku. Masak
mereka mau membayarku dengan ini… (Sambil menunjukkan uang emas kepada
orang-orang)
Tukang loak : Apa
aku bilang. Mereka memang orang gila
Penjual pakaian : Sebentar,
sebentar ! (Mengambil uang emas dari tangan penjual nasi) Ini Emas….!!
A Hong : Mana…??
(Merebutnya) Yaa! Ini emas ha.
Petugas pasar II : Mana
coba…!! (menyambarnya) Benar! Emas kualitas terbaik.
Tukang loak : Sini
kulihat… (menyautnya) Wouw! Belum pernah aku melihat emas seperti
ini……
A Hong : Coba
Owe peliksa lagi… (merebutnya) Ini… ini… mata uang zaman libuan
tahun yang lalu.
Penjual buku : (Merebut
lagi) Yah, benar! Aku pernah melihat gambar seperti ini di sebuah buku yang
bercerita tentang harta karun.
Penjual sayur : (Mau
merebutnya, tapi tidak sampai)
Petugas pasar I : Hei!
Kemarikan benda itu..!! Biar kami amankan di kantor..!!
Penjual buku : Tidak bisa..!! Aku yang
memegangnya. Jadi akulah pemilik harta karun ini!
Penjual nasi : Tidak
bisa..!!! Aku yang pertama kali melihat dan memegangnya. Jadi akulah pemilik
harta karun itu….
Petugas pasar II : Tidak
bisa!! Aku
Tukang loak : Weh!
Tidak bisa!! Tidak bisa!! Aku! Aku yang pertama kali menyapa mereka. Jadi haku
atas harta karun itu lebih banyak.
Bu Renggo : Idiiiih….
Jijai always forever together deh semua orang! Seharusnya kalian
Orang-orang
ribut memperebutkan emas tersebut. Saling sikut, saling jegal, saling hantam;
seperti di DPR saja. Mereka terus memperebutkan benda itu, barang-barang
dagangan berhamburan lebih lebih heboh dari pada Sekaten, lebih mengerikan
daripada pembantaian di jalur Gazza, lebih sadis dari perang Irak. Sementara
Senat, Jendral dan Kopral dalam kebingungan. Mereka bertiga bertambah tidak
mengerti dengan keadaan yang ada, mereka lari.. menghindar… lebih takut
daripada dikejar para prajurit Tuan Raja….
Kopral : Negeri apa ini Tuanku..!!? Mereka
sadis sekali…., bahkan prajurit tuan raja saja tidak berprilaku seperti
itu.
Jendral : Dan
lebih jahiliah dari zaman kita!
Senat : Yah,
memang demikian adanya. Sepertinya negeri ini dalam kondisi yang sangat kritis.
Kalau dizaman kita, yang saling menikam dan menjatuhkan hanyalah para
pejabatnya. Tapi, ternyata di negeri ini, rakyatnya juga saling menjatuhkan.
Kasihaaan sekali negeri ini..…..
Jendral : Ini
lebih mengerikan dari negeri kita..!
Kopral : Tuanku… Yang pasti saya tidak sudi hidup di sini. Setiap orang
kejam seperti Tuan Raja. Padahal menghadapi seorang Tuan Raja saja kita kewalahan.
Senat : Ya! lebih baik kita kembali ke goa saja, untuk tidur lagi. Semoga
ketika kita terbangun, kita berada di zaman yang lebih bermoral dan beradab….
Atau tidak bangun sama sekali, sampai hari Kiamat……………
Kemudian mereka kembali ke goa. Temaram. Gelap. Sunyi. Baarrr……!!!!!
والله أعلم بالصواب
********
Medio awal Juni 2001
salah satu kamar komp. H Krapyak
Jogjakarta
0 Komentar