Advertisement

Responsive Advertisement

Naskah Teater ORANG-ORANG GUA Karya: Salim EMDE Punjabhi

ORANG-ORANG GUA

Karya: Salim EMDE Punjabhi

Pelaku:

1. Jendral (umur 50-an), 2. Senat (Umur 60-an), 3. Kopral (Pembantu Jendral, umur 30-an), 4. Penjual Pakaian (setengah baya), 5. Tukang Loak (umur 40-an), 6. Petugas Pasar I (umur 35-an), 7.Petugas Pasar II (umur 35-an), 8. Pendaki Gunung I (umur 23-an), 9. Pendaki Gunung II (umur 23-an), 10. A Hong (Penjual Akik, umur 40-an), 11. Penjual Nasi (umur 30-an), 12. Penjual Sayur (umur 28-an), 13. Bu Renggo (Umur 35-an).14. Penjual Buku (umur 30-an).

 Bismillahirrahmaanirrahiim.

BAG I

Sebuah ruangan yang menyerupai gua. Dengan sinar yang temaram. Sunyi. Lengang. Terlihat tiga sosok yang tergeletak. Yang dua berdekatan dan yang satunya agak terpisah.

Bayangan Qori' masuk dan mengumandangkan Kalam Ilahi, Surat al Kahfi ayat 9-13. Kemudian bayangan Qori' fide out.

Terdengar gonggongan anjing memanjang. Salah satu diantara dua sosok yang berdekatan terbangun, gelagapan dan histeris.

Jendral                   :    A…a..akhirat!  A..akh...khirat!? Aku telah berada di akhirat?! Ha…ha…ha… Aku telah berhasil disembelih. Ya benar! Aku telah dibantai semena-mena, mereka telah berhasil merampas hak hidupku! Hmm, aku telah syahid! Dan aku akan segera merasakan nikmatnya surga ha… ha….ha…. (menyandung sosok yang satunya dan terjatuh). Lho, kamu juga disembelih Sobat?!! Ha…ha..ha... (sambil menggoyang-goyang sosok itu) Ternyata kita memang sahabat dunia ahirat ha…ha..ha…. Nah, Sobat! dimana Tuhan!? Dimana Malaikat!? Aku ingin bertemu Mereka…. (berteriak memanggil) Tuhaaan….. Malaikaaaat… Bidadariiiii……

Senat                       :   Sssst….. diamlah!!! Diamlah Sobat! Jangan engkau berteriak  seperti itu, nanti kedengaran prajurit Tuan Raja.

Jendral                   :   Hei, di akhirat ini Tuan Raja tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau  bertemu dia sekalipun, pasti telah berada di neraka ha…ha…ha…

Senat                       :   Aduh Sobatku… Lihatlah dirimu he..he…

Jendral                   :   Eh, kenapa dengan diriku Sobat?

Senat                       : Di Ahirat tidak ada manusia yang mempunyai nafsu.

Jendral                   :   Apa maksudmu sobat…???

Senat                       :   Kalau kita sudah di ahirat, tentu kamu sudah tidak punya rasa ingin balas dendam seperti itu. Ucapanmu itu menandakan bahwa kamu masih diliputi nafsu. jadi kita masih didunia!

Jendral                   :   Te..tapi… bukankah kita telah dibantai.

Senat                       :   Sadarlah sobat……! Sadarlah!! Kita ini belum mati dan masih ada di dunia.

Jendral                   :   Sobat, kamu yang seharusnya jangan terus bermimpi. Lihatlah! Lihatlah!! Mana ada dunia segelap ini. Dan tidak ada orang selain kita. (Menyandung sosok yang lainnya. Kaget) Heh!! Siapa kamu!!! Kamu pasti Jin Ifrit…!! atau Jin Licikmunafik!…. atau sisa fosil dinosaurus… atau…..

Senat                       :   Heh, dialah pembantu setiamu yang telah menyembunyikan kita di goa ini.

Kopral                    :   Iya tuan Jendral, masak lupa sih… Ah, Tuan pura-pura nih… biasa saja Tuan… biasa saja, jangan didramatisir begitu, saya kan pembantu setia Tuan. Kemarin Tuan datang ke rumah saya dan minta disembunyikan dari kejaran tentara Tuan Raja.

Senat                       :   Apakah goa ini aman Kopral ?

Kopral                     :   Insya Allah aman Tuanku. Sebab letaknya tersembunyi. Tempat ini yang tahu hanya saya dan orang tua saya, karena memang berada di ladang milik keluarga kami. Tapi kan orang tua saya sudah meninggal. Jadi hak patennya hanya ada pada saya Tuanku…..

Jendral                    :   Kopral, dimana anjingmu?..kamu memanggilnya apa? Siapa namanya…?

Kopral                    :   Aslinya sich QITHMIR Tuan. Tapi tetangga sebelah sering memanggilnya Miranda. Dia adalah anjing yang sangat saya sayangi, karena ia selalu setia menemani tugas-tugas saya dan tidak pernah mengecewakan saya. Pokoknya lain dari yang lain deh. Saya suruh berjaga dimulut goa Tuanku, untuk menakut-nakuti orang yang mendekati goa ini

Senat                       :   (Melihat Jendral) Hei Sobat, mau kemana kamu !?

Jendral                   :   Aku sudah tidak betah lagi ditempat ini. Aku mau menghirup udara segar diluar.

Senat                       :   Dan memasang lehermu untuk ditebas pedang prajurit tuan Raja!?

Jendral                   :   Diam!! Akan kuhabisi begundal-begundal Tuan Raja itu.

Senat                       :   He..he..he…. dengan semangatmu ?!

Jendral                   :   Dengan apa saja! Ini perang suci! Jihad!! Aku akan disambut dengan ratusan senyum bidadari dipintu surga. Setelah itu aku akan berenang di sungai susu dan madu sepanjang waktu. Ha..ha… Apa lagi yang lebih indah dari itu Sobat?! Tidak Ada! Dan tak pernah ada dimuka bumi! Apalagi ketika bumi sudah bejat seperti sekarang. Jadi, tentu saja aku lebih baik mati syahid daripada menghabiskan sisa hidupku ditempat ini!

Senat                       :   Sebentar sobat, (tersenyum) kalau aku boleh berpendapat, menurutku jalan yang akan kamu tempuh adalah mati konyol.

Jendral                   :   Tidak bisa! Jangan sembarangan bicara! Kitab Suci jelas-jelas menerangkan tentang itu!

Senat                       :   Iya memang, tapi Tuhan juga sangat membenci bunuh diri. Dan balasan dari perbuatan itu adalah Neraka!

Jendral                   :   Heit! Kamu sudah keterlaluan! Kamu bilang berperang dengan orang kafir dianggap bunuh diri?

Senat                       :   Bukan perang terhadap orang kafir yang aku maksudkan, tapi berbuat sesuatu yang tanpa memikirkan hal-hal yang terkait denganya yang aku persoalkan. Bukankah masih banyak cara lain yang bisa kita tempuh untuk membela kebenaran keyakinan atau agama kita.

Jendral                   :   Tapi aku tidak takut untuk menghadapi kekuatan mereka!

Senat                       :   Aku percaya Sobat, dan orang pemberani sepertimu sangat dibutuhkan agama. Teguh iman, pantang menyerah dan membela dengan total akan agama Tuhan! Tetapi kalau modal yang sangat berharga itu hanya dihambur-hamburkan sangat disayangkan Sobat.

Jendral                   :   Apa maksudmu ?!!

Senat                       :   Semangat keyakinan saja belum cukup untuk menegakkan agama Tuhan. Kita juga harus membalutnya dengan kasih sayang, hati yang besar dan ikhlas, pikiran luas dan kebaikan serta kemaslahatan bersama. Bukan asal main tentang, tumpas, lawan, ganyang, bunuh, serbu, bom, tembak…

Jendral                   :   Tapi yang pasti aku akan mati syahid!

Kopral                    :   Sudahlah tuanku berdua!! Sudahlah! Sekarang lebih baik kita memikirkan langkah selanjutnya, agar kita selamat dari kejaran prajurit Tuan Raja. Dan mencari jalan agar Tuan Raja mengeluarkan SP3 atau membekukan masalah yang menimpa kita.

Senat                       :   Menurutku kita masih tetap disini sambil menunggu perkembangan.

Jendral                   :   (Nyindir) Apakah itu termasuk penafsiran dari Kitab Suci? Terus mengapa kita bisa disini dan dikejar-kejar oleh tentara Tuan Raja!??

Senat                       :   itu karena sikapmu yang terlalu bersemangat itu….

Kopral                    :   Kenapa bisa begitu Tuanku…??

Senat                       :   Yah begitulah…. Dia tidak terima ketika aku usulkan pada Tuan Raja untuk mencopot jabatannya sebagai Jendral perang. Kemudian ia menulis surat kepadaku atas ketidak puasannya terhadap usulku itu dengan diawali kalimat "Aku berlindung kepada Tuhan dan kebenaran Rasul-Nya" Kalian tahu kan, bahwa Tuan Raja sangat tidak suka dengan keyakinan kita??

Jendral & Kopral     : Ya….!!

Jendral                   :   Tapi mengapa kau mengusulkan kepada Tuan Raja untuk mencopot jabatanku…?? Justru dengan kedudukanku sebagai Jendral perang, lebih memungkinkanku untuk membela agama kita!

Senat                       :   Dan karena itulah aku khawatir kalau kau bertindak sembrono.

Jendral                   :   Apa itu ??!

Senat                       :   Sudahlah sobat, diseluruh negeri ini kau mungkin tiada duanya. Tetapi mungkin karena zamannya yang tidak memungkinkan. Kau dikelilingi oleh para pejabat yang bermental penjahat. Lihatlah para senat yang mengatas namakan rakyat untuk kepentingan dan ambisi pribadi. Bahkan diantara mereka ada yang bersekongkol untuk menjatuhkan Tuan Raja dari tahtanya. Dan aku tidak mau kau menjadi bulan-bulanan mereka.

Kopral                    :   Puji Tuhan, puji Tuhan! Tuanku telah diselamatkan Tuhan.

Senat                       :   Kau benar Kopral. Kita semua telah diselamatkan Tuhan dan selalu mendapatkan petunjuk dan kekuatan iman menghadapi kebiadaban Tuan Raja dan para pejabatnya.

Jendral                   :   (Bangkit) Teruslah kalian bicara. Aku akan mencari makanan diluar. Aku sudah sangat lapar.

Senat                       :   Dimana kau akan mencari makanan ?

Jendral                   :   Yang pasti bukan disini, karena disini yang ada hanya batu dan lumut. Aku akan keluar sebentar.

Senat                       :   Dan disambut parang prajurit Tuan Raja?!!

Kopral                    :   Begini saja Tuanku. Saya yang akan mencari makanan untuk kita. Disamping saya paham daerah ini, saya juga tidak terkenal seperti Tuan berdua. Jadi tidak khawatir dicurigai orang.

Senat                       :   Ya, benar sekali Kopral. Baik kalau begitu. (Merogoh kantong dan mengambil uang emas) Ambillah ini dan hati-hatilah. Mumpung hari masih gelap, sebaiknya kamu berangkat sekarang. Oh ya Kopral, biarkan si Qithmir bersama kami untuk berjaga-jaga.

Kopral                    :   Oke deh Tuan…… (mengambil uang yang disodorkan, pergi).

Jendral dan Senat terdiam beberapa saat. Tenang. Mereka mencoba membetulkan posisi badan mereka agar lebih rileks. Musik mengalun diselingi gonggongan ajing yang memanjang.

Senat                       :   (Merenggangkan badan) Aduuuhh, Maha Besar Tuhan… Baru terasa kalau pegal sekali badan ini. Sepertinya kita sudah sebulan di goa ini. (Kaget) Hei…!! Menurutmu, sudah berapa lama kita disini ?

Jendral                   :   Paling sehari. Memangnya kenapa!? (acuh tak acuh).

Senat                       :   Sebentar sobat. (kebingungan dan memegang rambutnya. antusias) Eh sobat, lihatlah! Lihatlah ini!! A.. ak… aku baru sadar…!! Lihatlah! Lihatlah!! Sebelum datang kesini rambutku masih pendek, dan tidak berjenggot. (Sambil memeriksa seluruh badan) Tapi sekarang rambutku melambai-lambai. Sepertinya kita telah tinggal di goa ini setahun…!??

Jendral                   :   Huh sembarangan saja kamu sobat….! Ha..ha…ha… kalau kita setahun disini, niscaya kulit kita sudah lengket pada batu-batu ini….. (tak lama kemudian setelah ia mengamati tubuhnya sendiri mejadi ragu) Tetapi… kalu tidak sehari, mengapa kondisi kita bisa berubah seperti ini??? 

Senat                       :   Sssst….diam !! Ada yang datang….!! (saat itu memang terdengar seperti orang berlari menuju goa tersebut).

Jendral                   :   (Khawatir) Siapa ?

Senat                       :   Tidak tahu!

Jendral                   :   Kita akan binasa…… (merapat ke dinding. Cemas).

Kopral                    :   (Datang sambil berteriak) Tuanku…..! Tuanku…..!!!

Jendral                   :   (Setelah mengetahui yang datang kopral) Heh… Ada apa!? Mengapa kamu berlari sambil berteriak!!? Apa kamu ketahuan tentara Tuan Raja ??

Kopral                    :   (Terengah-engah) Tidak tuanku! Ini aneh sekali. Aneh sekali.

Senat                       :   Tenangkan dirimu Kopral, kemudian bicaralah.

Kopral                    :   Baiklah, Baiklah Tuanku…. Begini Tuanku. Ketika saya baru saja keluar dari goa ini, saya merasakan hawa yang sangat panas! Sesaat kemudian saya tersadar, bahwa hawa itu adalah panas dari matahari yang tidak terhalang oleh apapun. Bukankah ini sangat aneh Tuanku..!? Sedangkan ketika kita kesini, goa ini berada di hutan yang sangat lebat dan tertutup oleh pepohonan yang sangat rapat. Jendral           :           Heh!! Ngomong apa kamu!!?? Mana makananku!?

Kopral                    :   A..a…anu Tuan Jendral….

Jendral                   :   (Tidak sabar) Aku mau makan. Bukan anu !!

Senat                       :   Sabar sedikit sahabatku, biarlah kopral ini bercerita dulu… siapa tahu bisa menjawab keanehan yang kita alami ini. Kopral, lanjutkan ceritamu…

Kopral                    :   Be..begini Tuan Jendral, Saya lanjutkan  cerita saya. Belum jauh saya meninggalkan goa ini, tiba-tiba saya melihat dua orang yang berpakaian sangat aneh dan membawa tas punggung yang sangat besar. Saat saya dekati, mereka kelihatan kaget dan ketakutan. Belum sempat saya sapa, mereka cepat-cepat berlutut dengan gemetaran sambil berkata :"Ampun mbah… ampun mbah penunggu. Kami tidak bermaksud jahat mbah…. Jangan ganggu kami mbah…." Kata-kata yang membingungkan itu terus mereka ucapkan. Kemudian saya tanyakan siapa mereka sebenarnya. Lantas mereka menjawab kalau mereka adalah Pendaki Gunung. Saya jadi bertambah bingung, karena tidak tahu pekerjaan macam apa itu pendaki gunung.

Jendral                   :   Mungkin mereka adalah prajurit Tuan Raja yang menyamar!?

Kopral                    :   Nah, tadinya saya berpikiran seperti itu Tuanku. Setelah mereka agak tenang, saya bertanya: "Hei..!! Apakah kalian adalah begundal Tuan Raja..!?". Salah satu diantara mereka seperti berpikir dan berkata: "Bukankah Tuan Raja adalah seorang Raja puluhan abad yang lalu". Kemudian saya berpikir kalau mereka adalah orang yang tak waras alias edan. Makanya saya tinggalkan mereka, lalu mereka lari terbirit-birit menjauhi saya.

Jendral                   :   Hei, itu kan biasa! Kebanyakan orang kalau takut ketahuan kedoknya, ia akan berpura-pura gila atau sakit.

Senat                       :   Sebentar sobat..! Aku semakin yakin.! semakin yakin! Yakin!!

Jendral                   :   Hei, ada apa lagi denganmu!?

Senat                       :   Seperti yang telah kita bicarakan tadi. Tentang berapa lama kita tinggal di goa ini.

Jendral                   :   Maksudmu kita berada di goa ini lewat dari sehari !?

Senat                       :   Atau setahun….??

Kopral                    :   Atau puluhan abad….??

Jendral                   :   Berapa tahun??

Kopral                    :   Ratusan…..

Senat                       :   Lebih! Ah, sudahlah. Segalanya hanya Tuhan yang tahu, dengan pasti.

Jendral                   :   tidak mungkin…tidak rasional…imposible…!!

Senat                       :   Bagi Tuhan, segalanya adalah mungkin Sobat.

Kopral                    :   Benar tuanku! Saya melihat sendiri keanehan yang timbul dari kekuasaan Tuhan. Ketika keluar dari goa ini, saya melihat panas matahari tidak menimpa goa ini, padahal tidak ada satu pohon pun yang menutupi goa ini. Bukankah kalau dipikir-pikir dengan akal sehat, hal itu sangat tidak mungkin. Mustahil! Muhal!! Imposible! Khayal…!!

Senat                       :   Sesuatu telah terjadi pada diri kita dan kita tidak mengetahuinya. Tuhan Maha Agung!

Jendral                   :   (Bangkit berdiri dan melangkah)

Senat                       :   Mau kemana kau Sobat ?

Jendral                   :   Apakan kamu mau membiarkan segala keanehan ini berlanjut?

Senat                       :   Lantas ?

Jendral                   :   Kita harus segera keluar dari tempat ini untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apalagi aku juga sudah sangat lapar.

Kopral                    :   Apakah itu tidak berbahaya Tuanku?

Senat                       :   Engkau benar Sobat. Kita memang harus segera mencari tahu. Dan aku kira dengan penampilan kita seperti ini tidak akan dikenali orang. Oh ya Kopral, sebaiknya untuk sementara anjingmu, si Miranda, ditinggal saja disini, agar tidak mengundang perhatian orang.

Kopral                    :   Baiklah Tuan Senat, mari…..

Kemudian mereka keluar dan pergi meninggalkan goa, dengan segala kebingungan yang menyelimuti pikiran mereka. Dengan hati-hati dan penuh rasa ingin tahu, mereka siap menghadapi apapun yang akan terjadi di luar sana.

BAG II

Suasana sebuah pasar dengan segala aktifitasnya. Terang, ramai dan semrawut. Tiba-tiba ada orang berlari memasuki pasar dengan ketakutan sambil berteriak minta tolong. Hingga akhirnya ia terjatuh.

Orang-orang          :   (Ribut) Ada apa….? Siapa itu…? Ada apa dengan dia….?

Bu Renggo              :   Ih…jijai deh… Jijai! Jijai!! idih….. Masak ada orang seamburadul itu. Idih.. jijai deh…!! Iiiihhh….. (Terbirit-birit menjauhi orang itu).

Penjual Buku          :   Tolong…! tolong saya….!

Tukang Loak          :   (Mendekat) Heh, kenapa kamu? Oo ya, ya…aku tahu sekarang! Kamu pencopet kan?! Atau pengutil! Pencuri! orang susah yang merugikan orang susah. Ooii… teman-teman… kita habisi saja dia!

Penjual Sayur         :   (Memotong cepat sambil memperhatikan dengan lebih teliti) Sebentar, sebentar, Oh, melihat tampangmu yang imut-imut tapi sangar itu… Bukankah kamu adalah penjual buku di depan Mall itu mas !?

Penjual buku           :   Be…be…benar. To.. tolong saya….!

Bu Renggo              :   (Ikut nimbrung)Aduh… Jijai always deh! Mengapa orang-orang selalu meminta tolong padaku yang cantik dan kaya ini. Huh, boring forever banget deh… iihh!

Orang-orang          :   Huuu…. Ganjen……..

A Hong                   :   Haiyya! Lu olang akan owe tolong ha! Tapi katakan dulu, ada apa dengan lu ha!?

Penjual Nasi           :   (Dengan santai) Eh mas, kok ketakutan sekali sich. Kayak dikejar setan saja ?!

Penjual Pakaian     :   (Menyeruak kerumunan)Tenang saudara-saudara. Biarkan ia menceritakan terlebih dahulu apa yang sesungguhnya terjadi padanya.

Penjual buku           :   (Masih ketakutan) S…ss…sa..saya dipukuli orang…..

Penjual pakaian      :   Lho, mengapa kamu dipukuli ?

Penjual buku           :   Saya tidak tahu. Ketika saya sedang menjual buku-buku dagangan seperti biasanya, tiba-tiba datang sekelompok orang mendatangi saya. Tanpa ngomong apa-apa mereka langsung mengobrak-abrik buku-buku saya dan mengambil beberapa buah, dan tentu saja saya tidak membolehkannya. Lantas mereka langsung marah dan menuduh saya merusak moral, agen komunis, PKI sambil terus memukuli saya sampai akhirnya saya bisa lari kesini.

Penjual nasi            :   (Cuek) Memangnya buku apa yang mereka ambil ?

Penjual buku           :   Tidak tahu. Tapi kayaknya kebanyakan yang menulis tentang komunis dan kekiri-kirian.

Tukang loak           :   Oo, Pantas saja! Paham komunis kan dilarang di negeri ini.

Bu Renggo              :   (menyahut cepat) Iya benar! Aku juga jijai sama laki-laki berkumis.

Orang-orang          :   Huuu….bolot!! Ko Mu Nis!

Penjual sayur         :   (Tanpa dosa) Nah, kalau masalah kumis sich, justru itu yang paling aku kangeni dari mantan suamiku. Tapi kalau komunis, sekedar mengetahuinya saja kan tidak dilarang.

Penjual buku           :   Kalau menurut saya sih lebih baik yang dimusnahkan adalah buku-buku porno dan tabloid-tabloid panas yang kini banyak sekali dijual bebas.

Penjual nasi            :   Juga koran-koran yang memuat berita-berita yang hanya menguntungkan satu kelompok dan menjatuhkan kelompok yang lain.

Penjual sayur         :   Juga, VCD - VCD yang mengarah pada pornografi atau porno aksi, baik yang disengaja ataupun tidak disengaja….… (orang-orang membenarkan) Tetapi, yang saya belum nonton jangan dimusnahkan ya…..!

Orang-Orang         :   Hu… sama penjahatnya ini… nggak jelas!, Nggragas!, Tuwo Libido… (bersahut-sahutan).

Penjual loak            :   (Memecah perkataan orang-orang) Di negeri-negeri maju, yang begituan juga dijual bebas.

Bu Renggo              :   Betul itu…! Kalau yang ini aku tidak jijai! Tabloid-tabloid dan media itu kan bisa memberiku kesempatan untuk mengekspresikan tubuhku.

Penjual pakaian      :   Nah! Ini satu kesalahan fatal kita lagi. Masak kita meniru negara maju dari kebobrokan moralnya saja dan kita tetap bodoh. Apa yang dapat dibanggakan oleh sebuah negeri dengan moral bejat sekaligus otak yang bodoh.

Orang-orang          :   (Ada yang setuju dan ada yang tidak)

Tiba-tiba petugas pasar masuk dan memotong pembicaraan mereka.

Petugas Pasar I       :   Stop! Setop! Setop! Ada apa ini!? Kalian sukanya ribut-ribut melulu. Ayo sekarang adalah batas akhir pembayaran pajak Pasar!

Petugas Pasar II     :   Itulah makanya, tempat ini mau dijadikan Mall. Karena kalian selalu mengganggu ketertiban umum dan selalu telat dalam membayar pajak! (Sambil berkata ia memu8kulkan tongkatnya pada meja penjual pakaian).

Penjual sayur         :   Tapi kan masyarakat masih membutuhkan pasar yang seperti ini. Yang walaupun kotor dan kumuh, tapi kan penjualnya ada yang semlohai bin menor… (action).

Petugas pasar II     :   Heh, heh! Kata siapa!? Masyarakat kota ini sudah tidak butuh lagi pasar yang seperti ini! (sambil terus memukulkan tongkat diahir perkataanya).

Bu Renggo              :   Iya nih, kumuh dan jijai! Aku juga tidak mengerti, kenapa masih ada tempat sejijai ini…!

Penjual nasi            :   (Marah) Heh! Lha wong kamu juga tiap hari belanja disini kok?!!

Bu Renggo              :   Iiih, sorry ya…! Masalahnya kan begini…. Kalau di Mall terus kan boring! Selain itu kalau disini kan murah. Jadi bisa ngirit, biar tambah kaya….. gitu loh!

Orang-orang          :   Wuuu… itu namanya butuh… Pikun!!!!

Petugas pasar I       :   Sudah-sudah! Ribut saja! Mana duitnya! Yang penting duit…. Ayo bayar pajak! Tidak usah banyak bicara!!!

Muncul dua pendaki gunung sambil berlari ketakutan. Gemetaran.

Pendaki Gunung I   :   (Berteriak gemetaran) Aa…a…ada hantu… ada hantu… ada hantu, gondoruwo, setan…..

Orang-orang ribut lagi, karena pendaki gunung yang histeris menabraki mereka tunggang langgang

Petugas pasar I       :   Hei! Ada apalagi ini!? Ribut kok tak ada habisnya! Heh kalian! (sambil menunjuk pendaki gunung) Ada apa sih !!?

Pendaki Gunung II :   Ka..ka..kami bertemu penunggu gunung… kami takut sekali pak….

Penjual pakaian      :   Wah, ini ada-ada lagi. Lalu kalau memang kamu bertemu penunggu gunung, apa yang diperbuatnya pada kalian?

Pendaki gunung I    :   Dia tidak menyakiti kami.

Pendaki gunung II  :   (menambahkan cepat) Dia hanya menanyakan tentang Tuan Raja dan prajuritnya…. Aduh, Ngeri sekali deh pokoknya! Hiiii…….

A Hong                   :   Haiyya, paling elu-elu olang beltemu olang gila yang kesasal ke gunung ha?!

Tukang loak           :   Huh!  Penakut kok naik gunung.

Penjual sayur         :   Mas, naik gunung kok takut sih? Biasanya kan keenakan (cekikian)

Orang-orang          :   Wuuuuuu….saruuuuuu……

Mendadak muncul Jendral, Senat dan Kopral dengan ekspresi yang sangat kebingungan. Orang-orang terperangah melihat penampilan mereka. Dua orang pendaki gunung kaget sampai melompat kemudian buru-buru lari lintang pukang.

Penjual pakaian      :   Sunan Kalijaga… !?

Penjual sayur         :   Syeikh Siti Jenar !? Tapi kok Funky..!?

A Hong                   :   Wong Fei Hung…. ha !?

Penjual buku           :   Karl Mark !?

Petugas Pasar I & II   :           Satrio Piningit !? (bebarengan)

Tukang loak           :   Ha….ha…ha…. kalian ini kenapa!? Mereka paling-paling sedang happening art. Atau orang teater yang sedang work shop! atau…. Orang gila tiga serangkai ha…ha…ha… Ngapain diurusin!

Kopral                    :   Aduh... Bertambah tidak mengerti saja dengan keanehan ini???

Senat                       :   Ya! Semuanya sangat aneh……..

Jendral                   :   Heh, bukankah ini pasarnya ??

Kopral                    :   Benar Tuanku. Ini memang pasarnya! Tetapi bangunannya sangat berbeda dan aneh. Lihatlah disebelah sana (sambil menunjuk) Bangunan apa setinggi itu??! Dan yang lebih aneh lagi pakaian orang-orang itu. (Menunjuk pada orang-orang disekitar).

Tukang loak           :   (Mendekati tiga orang itu) Hei, kalian sedang happening art kan!? Sedang demo. Protes dengan keadaan yang ada!? Mas, mas…. Demo model begitu tidak mengena. Mending sekalian demo yang model represip saja. Biar seru!!.

Petugas pasar I       :   Iya! demo di MPR saja sana. Kalau disini malah mengganggu ketertiban umum! Sampean bisa dituntut!

Bu Renggo              :   Idihhh…. Demo dengan model muka blo'on dan jorok kayak gitu, ya malah diketawain banyak orang… Idih, jijai deh!!

Penjual sayur         :   Ada yang bisa saya bantu mas Funky Abisss….??

Senat                       :   (Berusaha menenangkan diri) Permisi, dimana kami bisa membeli makanan ?

Penjual nasi            :   Oo, Tentu bisa dong… Mari sini, mau dengan lauk apa? Silahkan pilih. (Menunjuk daganganya). 

Penjual sayur         :   Iya tuh, kalau mau beli nasi di sana, tapi kalau mau beli yang selain nasi, beli sama saya saja mas Underground…..

Senat                       :   Tapi sebelumnya, bisakah kami bertanya tentang segala keanehan ini ?

Penjual pakaian      :   Keanehan yang bagaimana maksud Saudara? (ikut menimpali).

Senat                       :   Sebenarnya, ini tahun berapa Tuan-tuan???

Tukang loak           :   Hahaha.. Ternyata mereka adalah orang gila. edan !! Zaman saja tidak tahu ha….. ha…ha….

Penjual sayur         :   Ini tahun 2010 Mas yang maniiiis….

Senat                       :   2010! (Kaget) Sebetar, sebentar…dua..dua ribu sepuluh menurut hitungan???

Penjual sayur         :   Hitungan masehi tentu saja. Masak menurut hitungan tahun Gajah! (Sebal).

Senat, Jendral dan Kopral bareng-bareng teriak karena kaget…. Huuuuaaaaa….

Jendral                   :   Tidak mungkin….! Ini tidak mungkin….!!! Mereka pasti mengada-ada…..

Petugas pasar I       :   Heh! Heh….!! Justru kalian yang mengada-ada. Sudah-sudah!  Lha wong mau beli makanan saja kok brisik! Tidak usah diurusin. Yang penting  ayo mana duit! Buat bayar pajak! (Pada para penjual. Aktifitas kembali berjalan).

Bu Renggo              :   Iihh,  jijai…!! Jijai deh Uh!!!

Kopral                    :   Apakah tuanku percaya dengan semua ini ?

Senat                       :   Mereka mengatakan ini tahun 2001 Masehi…

Jendral                   :   (Tidak percaya) Dan kita tertidur di dalam goa selama ribuan tahun..!!?? Ah, Sudahlah!! Aku sudah lapar sekali. Ayo kita beli makanan di situ. (Tidak mau ambil pusing).

Kemudian mereka mendekati penjual nasi dan membelinya. Tetapi ketika membayarnya, terjadi keributan lagi.

Penjual nasi            :   Mana uangnya ?

Kopral                    :   Ini.

Penjual nasi            :   Hah! Apa ini!!?? Kamu jangan main-main ya! Dasar orang gila. (Orang-orang pada mendekat) Hai saudara-saudara!! Orang-orang gila ini mau membohongiku. Masak mereka mau membayarku dengan ini… (Sambil menunjukkan uang emas kepada orang-orang)

Tukang loak           :   Apa aku bilang. Mereka memang orang gila kan?!

Penjual pakaian      :   Sebentar, sebentar ! (Mengambil uang emas dari tangan penjual nasi) Ini Emas….!!

A Hong                   :   Mana…?? (Merebutnya) Yaa! Ini emas ha.

Petugas pasar II     :   Mana coba…!! (menyambarnya) Benar! Emas kualitas terbaik.

Tukang loak           :   Sini kulihat… (menyautnya) Wouw! Belum pernah aku melihat emas seperti ini……

A Hong                   :   Coba Owe peliksa lagi… (merebutnya) Ini… ini… mata uang zaman libuan tahun yang lalu.

Penjual buku           :   (Merebut lagi) Yah, benar! Aku pernah melihat gambar seperti ini di sebuah buku yang bercerita tentang harta karun.

Penjual sayur         :   (Mau merebutnya, tapi tidak sampai)

Petugas pasar I       :   Hei! Kemarikan benda itu..!! Biar kami amankan di kantor..!!

Penjual buku           :   Tidak bisa..!! Aku yang memegangnya. Jadi akulah pemilik harta karun ini!

Penjual nasi            :   Tidak bisa..!!! Aku yang pertama kali melihat dan memegangnya. Jadi akulah pemilik harta karun itu….

Petugas pasar II     :   Tidak bisa!! Aku kan kepala pasar ini, dan harta karun itu ditemukan di tempat ini. Jadi ini dibawah haku.

Tukang loak           :   Weh! Tidak bisa!! Tidak bisa!! Aku! Aku yang pertama kali menyapa mereka. Jadi haku atas harta karun itu lebih banyak.

Bu Renggo              :   Idiiiih…. Jijai always forever together deh semua orang! Seharusnya kalian kan sadar, saya  yang paling kaya dan cantik! Jadi yang berhak memiliki dan memakai emas itu, saya dong….!!!

Orang-orang ribut memperebutkan emas tersebut. Saling sikut, saling jegal, saling hantam; seperti di DPR saja. Mereka terus memperebutkan benda itu, barang-barang dagangan berhamburan lebih lebih heboh dari pada Sekaten, lebih mengerikan daripada pembantaian di jalur Gazza, lebih sadis dari perang Irak. Sementara Senat, Jendral dan Kopral dalam kebingungan. Mereka bertiga bertambah tidak mengerti dengan keadaan yang ada, mereka lari.. menghindar… lebih takut daripada dikejar para prajurit Tuan Raja….

Kopral                    :   Negeri apa ini Tuanku..!!? Mereka  sadis sekali…., bahkan prajurit tuan raja saja tidak berprilaku seperti itu.

Jendral                   :   Dan lebih jahiliah dari zaman kita!

Senat                       :   Yah, memang demikian adanya. Sepertinya negeri ini dalam kondisi yang sangat kritis. Kalau dizaman kita, yang saling menikam dan menjatuhkan hanyalah para pejabatnya. Tapi, ternyata di negeri ini, rakyatnya juga saling menjatuhkan. Kasihaaan sekali negeri ini..…..

Jendral                   :   Ini lebih mengerikan dari negeri kita..!

Kopral                    :   Tuanku… Yang pasti saya tidak sudi hidup di sini. Setiap orang kejam seperti Tuan Raja. Padahal menghadapi seorang Tuan Raja saja kita kewalahan.

Senat                       :   Ya! lebih baik kita kembali ke goa saja, untuk tidur lagi. Semoga ketika kita terbangun, kita berada di zaman yang lebih bermoral dan beradab…. Atau tidak bangun sama sekali, sampai hari Kiamat……………

Kemudian mereka kembali ke goa. Temaram. Gelap. Sunyi. Baarrr……!!!!!

والله أعلم بالصواب

******** 

Medio awal Juni 2001

salah satu kamar komp. H Krapyak Jogjakarta

 

Posting Komentar

0 Komentar