Advertisement

Responsive Advertisement

Naskah Teater Lakon JIWA BUMI SUCI “Sketsa Negeri Terjajah” Karya Maman Bayzury (Teater Eska)

JIWA BUMI SUCI
“Sketsa Negeri Terjajah”
Karya Maman Bayzury (Teater Eska)

 

SEGALA MACAM ADEGAN BERAWAL DARI SELURUH PEMAIN DAN PEMUSIK TELAH BERADA DI DALAM PANGGUNG. CAHAYA LAMPU MENYALA, SETELAH SINOPSIS TERBACAKAN OLEH PEMBAWA ACARA.

AKTIFITAS ADEGAN BERAWAL DARI PENYANYI.

 

Asal-Asalnya Cerita ini didasarkan kehendak tulusnya hati

Mementaskan kesenian tradisional

Ulah Poho ulah ngalamun, kudu pikir ulah ngalamun

Hormat urang Ka para pamirsa

Semoga

Terhibur dalam segenap hati para saudara para bapak para ibu

Mangga hayu dihaturken sadayana ngumbar panon, hate sareng ngupingken

Hiji, dua, tilu, tos eta opat, lima genep, tujuh, salapan, tos eta mesti sambilan

Ntong poho iyeu cerita panjang nemen

 

ADEGAN I

1.   BAYAN

Inilah hari yang aku tunggu-tunggu Sep, bayangkan untuk menanti pagi ini tiba, semalam aku tidak bisa tidur, mataku hanya perem-benta, perem-benta, pikiranku hanya tertuju di tempat ini.

2.   ASEP

Nyaris sama, bahkan bisa dibilang dalam seminggu ini, tak ada yang lain selain ayam yang berkokok di otakku.

3.   NGAT

Aku juga lebih ngeri Sep, segala yang terlihat di mataku bagaikan ayam, aku melihat orang menggiring bebek berubah jadi menggiring ayam. Aku lihat orang membajak sawah bukan lembu yang menariknya, kau tahu Yan, ayam !. Dan yang terbaru sebelum aku berangkat kemari, aku berpamitan dengan istriku, juga seperti berpamitan dengan......

4.   ASEP

AYAM ……  ! ! Te Kira-Kiiiiiiiraaaaaa . Wajar….Wajar  kalau otakmu sampai heleng, itu wajar Ngat, bukan apa-apa karena pertarungan ini jarang terjadi.

5.   NGAT

Betul Sep, dari sepanjang hobiku menyaksikan pertarungan ayam, inilah yang paling aku tunggu-tunggu.

6.   BAYAN

Tapi aku ada informasi penting tentang kondisi ayam jagonya sarip. Bahwa ayam jagonya Sarip itu masih perjaka, istilah manusianya. Karena memang dilarang bergaul dengan babon-babon yang sering berkeliaran bebas di kebun-kebun. Pernah Suatu ketika dia mencoba lari mengejar ayam babon, seketika itu juga Sarip mengejar ayam jagonya yang bermaksud menjinainya. Semenjak peristiwa itu sarip mengurungnya setiap saat di kandangnya.

7.   ASEP & NGAT

Lho memangnya kenapa ?

8.   BAYAN

Bukan apa-apa sekali ia menggauli babon, maka akan mengurangi stamina dan daya terjangnya. Buktinya dari empat ayam yang Sarip punyai, inilah yang paling sportif.

 

Kemudian para petaruh yang menjagokan ayamnya Sarip berdatangan

 

9.   PETARUH

Masak ayam kok sportif. Kalau lincah setahuku itu keunggulannya. Lalu apa yang kau maksud dengan sportif ?

10. BAYAN

Dari 16 kali pertarungan yang sudah pernah dia langsungkan, belum pernah yang namanya ayam Sarip tinggal gelanggang lumpat kabungburitan. Namun sebaliknya suatu ketika dia pernah akan keok. Lalu dia ambil ancang-ancang seribu langkah, dia berkokok 12 kali

11. PETARUH

Apa itu tarungnya subuh-subuh. Kok berkokok. Sempat ngitung 12 kali lagi !

12. BAYAN

Kamu pernah ngerti ayam berkokok apa ? Ya disitu letak kelebihan jagonya Sarip. Tidak mengenal waktu untuk mengekspresikan kokokannya. Suatu kelebihan yang lain dia akan berkokok 12 kali saat sudah terdesak lalu akan mengabruk lawan terakhir kalinya dalam pertarungan itu. Apa yang akan terjadi ? musuhnya akan keok dan lari !

13. DADANG

Ngomong-ngomong soal jago, kemarin saya mendapat bocoran informasi. Bakal calon lawan jagonya sarip itu, juga punya jam terbang tinggi. Jalunya ….. jalunya saja ni, panjangnya sejari tengah. Kuripan mendapat ayam jago dari kampung Way Jero. Kampung tempatnya ayam-ayam jago yang jagoan, yang dia beli dengan harga yang sangat tinggi. Yang lebih ngeri lagi lawannya pasti tidak sempat lari dan pasti mati bersimbah darah di lokasi.

14. PETARUH

Kamu jangan asal bicara, celi, ye celi jangan dipakai asal untuk mendengarkan, Sembarangan kamu.

15. DADANG

Sumpah. Sumpah ! saya tidak bohong. Ini bukan hanya sekedar berita burung, bahkan para Petaruh yang menjagokan ayamnya Sarim, sempat terpengaruh dan khawatir dengan berita tersebut, jadi bukan saya saja yang mendengarkannya.

Kemudian Sarip datang

16. PETARUH I

He Rip! Saya telah menjual kambing kesayangan saya satu-satunya untuk taruhan kali ini.

17. PETARUH II

Kalau kambing mah, saya tidak punya. Hiji-hijina yang saya punya Cuma pare hasil panen tahun ini. Apa boleh buat!  Karena saya yakin jagonya Sarip pasti menang.

18. SARIP

sebenarnya saya tidak suka dengan tindakan kalian, tidak lain tidak bukan, kali ini saya punya persoalan dengan Kuripan. Bukan  dengan ayam jago ataupun judi. Kalau mau judi itu urusan kalian.

19. PETARUH III

Lha ! Benar kan isu kemarin, kalau jagonya Kuripan kali ini memang jagonya jago, dari hasil pendengaran saya dari mulut ke mulut, Sarip sudah tahu itu. maka aku urungkan niat ngutang untuk taruhan kali ini, dan saya tidak menjagokan jagonya Sarip maupun jagonya Kuripan.

20. SARIP

Itu urusanmu ! urusanku itu sama Kuripan. Perkara kamu tidak pasang taruhan itu lebih bagus, tapi ada yang harus lebih kamu tahu, kamu jual padi, kamu jual kambing. Tandanya kamu itu miskin, malas bekerja dan hanya menerima kenyataan sebagai orang terjajah.

21. PETARUH I

Dalam hal ini setahuku ya Cuma taruhan, masalah kaya miskin dan penjajahan saya tidak mau terlibat. Buktinya kita semua tidak bisa apa-apa melihat tingkah laku kompeni dan antek-anteknya itu.

22. SARIP

Ya itu yang aku maksud, hanya mau berurusan dengan Kuripan! Bukan dengan taruhan. Saya muak dengan tingkah laku Kuripan sewenang-wenang sama rakyatnya, padahal dia itu hanya anak seorang lurah, dan dia bukan siapa-siapa, tapi apa peduli kalian melihat keadaan seperti ini. yang kamu pikir cuma taruhan jago.

23. ASEP

Tapi ini bukan isu lagi, kalau Kuripan dan orang tuanya, memang sebagai kaki tangan penjajah. Lantas kita mau berbuat apa, mau melawan bisa ketembak  eta moncong.

24. SARIP

Kamu lelaki apa banci! Kamu punya kaki, kamu punya tangan, punya mata untuk melihat, punya kuping untuk mendengar, punya tubuh lengkap, bisa dikatan sehat jasmani. Tapi untuk apa itu semua ?

25.  ASEP

Ya, untuk kegiatan seperti  biasa.

26. PETARUH I

Sekarang yang masuk akal saja, target adu ayamnya diselesaikan dulu. Masalah penjajahan dan lain-lain itu urusan belakangan.

Musik disertai lagu mengiringi kedatangan rombongan Kuripan

27. KURIPAN

Hai Sarip! Mana ayam jagomu, yang kau banggakan itu? Mana mungkin ayam yang makannya hanya nasi kering bisa menang bertarung dengan ayam jagoku yang makanannya jagung, dan itu seharusnya makananmu.

28. SARIP

Kamu boleh menghina ayamku semaumu. Dasarnya dia Cuma ayam. Tapi aku manusia yang membutuhkan angin yang sama untuk bernafas, walaupun aku hanya makan jagung, namun itu jagung hasil aku menanam sendiri, bukan nasi yang kau dapatkan dari hasil menipu dan merampok rakyat.

29. KURIPAN

Ha….ha…ha…Itu karena kamu memang miskin dan tak mampu membeli beras. Tapi memang sepertinya kamu ingin miskin terus dengan cara tidak mau mengikuti aturan tuan Gubernur bahkan aturan dari lurah yang juga bapakku sendiri itu.

30. SARIP

Saya lebih baik mati daripada harus menjadi antek-antek penjajah keparat itu. Laporkan pada bapakmu  juga, di desa Tambakyasa ada seorang warganya yang memberontak terhadap aturan tuan Gubernur.

31. KURIPAN

Kamu itu siapa ? Dengan kekuatan apa kamu akan melawan aturan yang sudah ada, apa kamu sudah tidak mempan kena peluru, apalagi melawan tentara sebanyak itu, melawan aku saja kamu itu tidak mungkin menang.

32. SARIP

Kuripan…Kuripan, Cuma melawan kamu kok tidak mampu, dibasmi dengan  mikorek saja kamu pasti hancur.

 

Kuripan tersinggung marah dan Sarip pun maju dilerai oleh Ngat dan Bayan.

 

33. PETARUH I

Sudah…sudah yang bertarung itu biar ayam-ayam ini bukannya  kalian, kok malah terbalik, terus bagaimana kalau kalian berantem sendiri. Lha kambingku ?

34. PETARUH II

Lha Pare Kula….. kumaha……

35. KURIPAN

Kalian Tombok Ya ? A makanannya dedeg kok dijagokan, Sarip kok dipercaya.

36. SARIP

Dasar Kurapan. Hidup sekali kok gebleg.

 

Sarip dan Kuripan bersitegang, orang-orang mencoba melerai. Keadaan semakin panas dan panik. Akhirnya mereka bubar.

ADEGAN II

 

Musik dan lagu mengiringi ke adegan II. Setting di kerumunan orang-orang.

 Masing-masing orang melakukan kegiatan seperti layaknya disebuah perkampungan.

Beberapa lama kemudian datanglah rombongan Kuripan bersama kompeni

menanyakan keberadaan Sarip. Karena penduduk Tambakyasa mencoba melindungi Sarip maka mereka tidak mau mengatakan.

Dan akihirnya tempat tersebut diobrak-abrik oleh Kuripan dan Kompeni.

ADEGAN III

37. BOLENG

Pokoknya sekarang kita harus kompak. Sekali nggak berangkat lembur, nggak  berangkat semua. Kalu perlu kita membakar asrama kompeni itu, seperti mereka telah membakar lumbung padi kita kemarin dan mengobrak-abrik desa kita ini.

38. JUMIRAT

Ulah balaga, entong hayang kealem. Kompeni itu punya pistol. Kalau kamu lari, pelurunya bisa mengejarmu, kalo kamu sembunyi dia punya teropong yang bisa menemukanmu. Ayo bagaimana itu ?

39. BOLENG

Kita harus punya Trik, belanda itu matanya Biru kalo malam hari tidak tahu lor kidul.

40. MARMAK

Tapi dia punya lampu sorot yang terangnya seperti siang hari, jadi dia pasti bisa melihatmu.

41. BOLENG

Pokoknya kita harus kompak, dalam menghadapi kompeni dan anteknya.

42. KASIMAT

Yang kamu maksud dengan anteknya Kompeni itu siapa ?

43. BOLENG

Siapa lagi kalau bukan Kuripan dan anak buahnya.

 

44. JUMIRAT

Kamu jangan ngawur. Selain dia anaknya pak lurah, dia juga antek kompeni. Apalagi kemana saja dia pergi selalu dengan pengawal yang bergajul kelakuannya.

45. BOLENG

Asal kita kompak! Kita bisa melawannya.

46. KASIMAT

Kita itu sudah banyak persoalan lho, kemarain saja keenam anakku saling berantem karena rebutan makan, istriku menagis karena tidak  tega melihatnya.

47. MARMAK

Iya…ya. Mana mungkin kita melawan kompeni dalam keadaan lapar kurus seperti ini.

48. BOLENG

Pokoknya kita harus kompak !

49. KASIMAT

Awas kamu kalo bilang kompak sekali lagi, tak masupin peciringan kamu, ini maslah makan anak istri.

50. JUMIRAT

Tenang-tenang…. kita jangan bertengkar sendiri, masalah ini terletak pada hasil panen ! pembagian hasil yang tidak seimbang, dan pembagian pengairan air yang diatur sepihak oleh kompeni dan antek-anteknya.

51. KASIMAT

Aku ingin menggantung para pengikut kompeni itu di pohon rangdu.

52. BOLENG

Untuk mengantung dia, kita harus kompak.

53. KASIMAT.

Ooooo.. dasar miskin kosa kata, bisanya hanya ngomong kompak, biar aku sendiri yang melawannya, tak banting…., tak jejeg, tak toktrok, aku tarik lehernya, aku cekek, tak seret-seret…….

 

Musik masuk mengiringi kedatangan Kuripan dan anak buahnya.

 

54. KURIPAN

Ada apa kalian kumpul-kumpul, kamu tadi membicarakan apa? Saya lihat dari jauh kalian tadi membicarakan sesuatu dengan semangat, sekarang ada aku kalian pucat muka. Jangan-jangan kalian tadi membicarakan aku, lalu bersekongkol untuk melawan kompeni.

55. KASIMAT

Eeeeee…. Tidak tuan, kami tadi hanya membicarakan bagaimana caranya sawah semakin subur dan banyak panen.

56. KURIPAN

Kamu jangan bohong. He kamu sini ! apakah benar kalian tadi membicarakan tanaman subur! Awas kalau bohong tak sobek mulutmu.

57. MARMAK

Benar tuan Kuripan, kami tadi membicarakan bagaimana bisa mengairi persawahan agar panen kali ini lebih baik hasilnya dan kami bisa mendapatkan jatah lebih banyak dari hasil-hasil sebelumnya. Soalnya jatah yang kami terima selama ini, tidak cukup untuk menghidupi anak istri kami.

58. KURIPAN.

Apa kamu bilang ! jadi jatah yang aku berikan selama ini belum mencukupi kebutuhan keluargamu. Hmm…..  benar, jadi tadi kalian kumpul kumpul di sini membicarakan aku, lalu kalian mau melawanku karena merasa jatah yang selama ini aku berikan kurang.

59. JUMIRAT

Bukan maksud saya begitu tua, tapi memang begitulah keadaannya tuan.

60. KURIPAN

Keadaan apa yang kamu maksud ?

61. BOLENG

Maksud kami begini tuan, kami tadi memang membicarakan masalah, tapi bukan maslah jatah yang selama ini kurang, melainkan hasil panen yang bagus tuan.

62. KURIPAN

Ha…ha…ha… dasar rakyat goblok, sudah ketahuan kok saling menutupi. Pengawal beri mereka pelajaran.

(pengawal memukuli mayarakat, dan Hesti datang bersama sarip)

63. SARIP

Kuripan ! Hentikan moral bejatmu itu, hadapi aku kalau benar kamu jagoan. Jangan kamu siksa mereka.

64. KURIPAN

Oooo.. kamu Rip, mau jadi pahlawan di depan Hesti dan di depan mereka. Kamu itu pengecut, habis sembunyi dari mana ? Pengawal pukuli terus mereka.

65. SARIP

Kuripan ! Aku peringatkan Sekali lagi, hentikan perbuatan anak buahmu atau aku yang akan menghentikannya.

Terjadi keributan diantara mereka, masyarakat on stage Hesti mencoba melerai pertengkaran antara Sarip vs Kuripan.

66. HESTI

Sudah-sudah, hentikan pertengkaran ini. kamu sudah sangat keterlaluan Kuripan, setelah kamu paksa mereka bekerja kau siksa juga mereka.

67. KURIPAN

Oooo… jadi begitu Hesti ! setelah sekian lama kau menolak jadi pendamping hidupku, kau malah ikut-ikutan Sarip melawanku.

68. SARIP

Kalu Hesti pun tak mau  denganmu itu adalah keputusan yang benar. Mana mungkin Hesti yang wajahnya cantik ini, mau dengan orang sepertimu yang tindakannya lebih buruk dari binatang.

69. KURIPAN

Kamu jangan mengumbar omongan di depan Hesti. Kamu bukan siapa-siapa. Untuk hidup dengan ibumu saja susah. Apa yang kau banggakan.

70. SARIP

Dasar sombong kepala binatang, antek kompeni, sudah hidup di atas penderitaan rakyat kau masih berbangga hati.

71. KURIPAN

Tutup Mulutmu. Masih saja kau berlagak jagoan di depanku dan Hesti. Kamu laki-laki saya laki-laki, jangan libatkan perempuan dalam hal ini.

72. SARIP

Memang kamu telah kalah dan tidak mampu mendapatkan Hesti (Hesti menangis dan bersungut-sungut, kuripan membisiki pengawalnya untuk memanggil kompeni)

73. KURIPAN

Cecurut ! Jaga Ragamu ! Jaga nyawamu sarip ! Sehebat-hebatnya dan setinggi-tingginya ilmumu, saya sudah tahu dimana kelemahanmu.

74. HESTI

Sudah cukup, saya tidak ingin gara-gara saya kalian terluka dan saling membunuh. Bahkan hal ini tidak penting untuk diperdebatkan.

75. KURIPAN

Dasar perempuan tak tahu diri ! Ini bukan masalah perempuan apalagi perempuan seperti kamu.

76. SARIP

Hai penjilat, kamu tidak akan pernah berani melawanku satu persatu. Bahkan saya tidak gentar dan mundur sekalipun kompeni berada di belakangmu.

Tiba – tiba terdengar suara tembakan, Sarip terkena peluru dan terkapar, kompeni bersama pengawal Kuripan masuk.Mereka tertawa.

77. KURIPAN

Hesti, apalagi yang kau banggakan dari bangkai sarip ini. dia itu bukan siapa-siapa. Sekeras-kerasnya kamu menangis, dia tidak akan dapat hidup lagi.

78. HESTI

Dasar pengecut ! Penghianat. Antek Kompeni !

79. MENIR

OH… Inikah orang yang namanya Sarip, si pemberontak yang jagoan itu, ternyata tidak sehebat yang pernah Ai dengar.

80. KURIPAN

Menir, sekarang dia telah berubah menjadi bangkai, mana mungkin bisa memberontak.

81. HESTI

Dasar binatang, sayalah yang akan memberontak. (Hesti dipukul kuripan lalu terkapar)

82. MENIR

Ayo Kuripan, ini insiden kita laporkan pada tuan Gubernur, bahwa kita punya pemberontak sudah menjadi bangkai.

83. PENGAWAL

Lalu kita apakan bangkai ini tuan Menir ?

84. MENIR

Ini bangkai biarkan di sini supaya tau itu penduduk, itu jagoan telah mampus.

 

ADEGAN IV

Musik kesedihan mengiringi perubahan adegan, setting panggung berganti di rumah pak Lurah. Anggaraini dan Mbok Turah sudah berada di dalam adegan.

85. ANGGARAINI

Kuripan …. Kuripan….. ! Kuripan kemana Mbok rah ?

86. MBOK TURAH

Saya tidak tahu Bu lurah, di rumah tidak ada siapa-siapa, mungkin ikut bapak pergi

87. ANGGARAINI

Ya sudah tolong dipersiapkan jamu seperti biasaya, sudah tahukan seperti bisanya.

88. MBOK TURAH

Ya bu Lurah…. Tamunya juga seperti biasanya to, kalau  untuk dia saya sangat hapal racikannya, pokoknya   Hot… Top…. dan Teng….

89. ANGGARAINI

Kamu emang Mbok Turah yang turah kerjaanya, turah kepintarannya, turah akalnya, tapi jangan sampe turah mulutmu, lalu kamu bocorkan rahasia ini. Oke !

 

90. MBOK TURAH

Tenang Bu… tenang. Untuk masalah ini saya akan menyimpan rapat-rapat, asal ibu tahu saja harga tutup mulut.

91. ANGGARAINI

Ya, aku tahu maksudmu itu, ini kan

Anggaraini memberi uang bonus pada Mbok Turah, Musik masuk mengiringi kedatangan tuan Gubernur

92. GUBERNUR

Wel…..wel ….wel end kamu masih punya itu wajah tetap cantik

93. ANGGARAINI

Ah.. tuan Gubernur bisa saja, silahkan duduk dulu.

94. GUBERNUR

Ooo… kenapa Ai harus duduk dulu. Kenapa tidak langsung saja kamu punya kamar kita memakainya.

95. ANGGARAINI

Sabar tuan Gubernur, masak tuan lupa akan kebiasaan minum jamu, sebelum kita……..

96. GUBERNUR

Oooo..mana itu babumu yang pandai membuat itu minuman kuat.

Mbok Turah dipanggil, dan keluar menyuguhkan minuman jamu

97. ANGGARAINI

Mbok rah cepat sedikit buat jamunya. Ini lho tuan Gubernur sudah tidak sabar.

98. GUBERNUR

Ya bu… Oke bu…silahkan diminum tuan. Saya buatkan yang spesial untuk permainan tuan hari ini.

99. GUBERNUR

Good…Good…. End kamu babu memang babu.

100.    ANGGARAINI

Silahkan diminum tuan, aku segera ingin menikmati hasil kerjanya.

Anggarini dan gubernur keluar. Babu menyingkirkan gelas sambil mendengarkan adegan dalam kamar. Pak Lurah datang gelas terjatuh.

101.    MBOK TURAH

Pagi tuan…. Siang tuan…. Kucing tuan….. eh…. Sory pak Lurah

102.    PAK LURAH

Kamu ini kenapa ? Ngomong gedebag gedubug kaya dikejar setan.

103.    MBOK TURAH

Emm..maaf pak, ada setan pak Lurah.

104.    PAK LURAH

Ada setan ?! apa maksudmu dasar turah mulut. Mana Ibu ? tolong ambilkan sabuk dompet di kamar.

105.    MBOK TURAH

Iya pak Lurah

106.    PAK LURAH

Cepat ! malah bingung

107.    MBOK TURAH

Ada setan pak Lurah

108.    PAK LURAH

Setan-setan. Kamu itu yang seperti setan.

Pak Lurah masuk kamar tapi dilarang oleh mbok Turah.

109.    MBOK TURAH

Jangan pak Lurah, jangan ! ada setan.

110.    PAK LURAH

Setan setan, kepalamu itu !

Pak Lurah masuk kamar

111.     PAK LURAH

Dasar perempuan keparat, kompeni bangsat, istri orangpun dijajah juga.

112.    MBOK TURAH

Maaf pak lurah bukan maksud saya……

113.    PAK LURAH

Dasar setan !

Pak Lurah pergi, Anggaraini  dan Gubernur keluar kamar.

114.    GUBERNUR

End kamu tidak usah takut itu kamu punya suami, end ini terimalah hadiah dari saya.

Musik dan lagu mengiringi perubahan adegan

seting berubah di lokasi kantor tuan gubernur

ADEGAN V

115.    MENIR

Kamu Kuripan, komandan pasti bangga dengan terbunuhnya itu sarip, dan kamu orang akan mendapatkan pangkat yang sangat-sangat istimewa.

116.    KURIPAN

Sebenarnya saya tidak mengharapkan hadiah itu tuan menir. Tapi saya sudah cukup puas dengan tindakan tuan menir menembak mati si Sarip yang malang itu.

117.    MENIR

Ruapanya kamu sangat menaruh dendam sama itu Sarip

118.    KURIPAN

Ya tuan Menir, sudah sejak lama saya ingin membunuhnya baru kali ini ia bisa mati.

119.    MENIR

Kamu orang memang pantas diajak kerjasama, dan itu Sarip memang pantas untuk mati. Ha..ha..ha..

Ceteng Masuk membawa kabar hidupnya kembali Sarip.

120.    CENTENG

Berita buruk tuan…. Berita baru tuan.

121.    MENIR

Hai ada apa kamu orang datang tergesa-gesa

122.    CENTENG

Sarip tuan…. sarip

123.    KURIPAN

Ada apa dengan Sarip ? apakah bangkainya sudah dimakan anjing ?

124.     CENTENG

Sarip tuan….. hidup sarip…. Hidup…. Hi…hi…hi….

125.    MENIR

End kamu punya mulut untuk bicara yang bagus

126.    CENTENG

Mulut tuan….. mulut tuan…. Hidup lagi tuan

127.    KURIPAN

Bicara yang benar kenapa dengan Sarip ?

128.    CENTENG

Sarip hidup lagi tuan, hidup lagi.

129.    MENIR

Mana mungkin itu berita si Sarip hidup lagi, betul-betul akal tidak masuk

130.    KURIPAN

Kamu jangan ngelantur ! dari mana berita itu kamu dapat ?!

131.    CENTENG

Betul tuan. orang-orang ribut dan saya melihat sendiri

132.    MENIR

Kuripan apa kamu percaya itu berita

133.    CENTENG

Benar tuan… benar, dia hidup lagi setelah datang ibunya menagis

134.    KURIPAN

Bangsat !

135.    MENIR

Mana mungkin itu sarip sudah dia punya mati, hidup lagi. 

136.    KURIPAN

Itu bisa jadi

137.    MENIR

Kamu yakin itu, overdomsekh vendebrug !

138.    CENTENG

Yakin tuan

Gubernur Jenderal Datang

139.    GUBERNUR

Ada apa kalian ini orang ribut-ribut di kantorku. O…. saya mengerti kalian pasti lama menunggu. Rupanya ada kamu juga Kuripan. Silahkan, end kamu bisa laporkan itu berita kepada saya bagaimana si pemberontak itu, aku yakin and kamu Kuripan bawa berita bagus. 

140.    MENIR

Saya tadi kesini membawa berita tentang telah tertembaknya si pemberontak

141.    GUBERNUR

Good…good kamu orang memang bisa diandalkan 

142.    MENIR

Tapi baru saja ada berita buruk. Sini kowe ! tolong ceritakan itu sarip ada apa ?

143.    CENTENG

Tadi sudah kulihat sarip memang mati, tapi hidup kembali ….

144.    GUBERNUR

Kamu pribumi suka menghayal, apakah itu si Centeng punya berita benar, Kuripan ?

145.    KURIPAN

Itu bisa terjadi tuan. Tapi jangan takut, karena saya jadi ingat akan kelemahannya.

146.    GUBERNUR

sudah kamu orang jangan bertele-tele cepat ceritaklan apa itu sarip punya kelemahan

Kuripan menyuruh pergi centeng

147.    KURIPAN

Ada satu hal yang saya ingat, sarip punya satu kelemahan. Sarip tidak akan pernah mati selama ibunya masih hidup

148.    GUBERNUR

End apa hubungannya kematian sarip dengan ibunya. ?

149.    KURIPAN

Karena tangisan ibunyalah yang membuat kematian sarip hidup kembali.

150.    MENIR

Jadi harus bagaimana kita bisa membunuh itu  sarip

151.    KURIPAN

Kita harus membunuh ibunya.

152.    GUBERNUR

Kuripan apa itu omonganmu kali ini bisa dipercaya ?

153.   KURIPAN

Kali ini jangan ragukan saya lagi tuan Gubernur

154.    GUBERNUR

Kamu menir, kamu bisa siapkan itu kamu punya pasukan untuk mencari itu Sarip dan membunuh itu ibunya.

155.    MENIR

Siap Jenderal !

156.    GUBERNUR

End kamu Kuripan, beritahu itu menir dimana itu bermukim si Sarip dan ibunya, saya tidak mau lagi mendengar itu berita si pemberontak hidup. Laksanakan !

 

ADEGAN VI

Musik masuk mengiringi kepergian Jenderal, Kuripan dan Menir dan setting berubah di rumah Sarip

157.     IBU SARIP

Kalau dalam hal ini pak Lurah bisa memahami kesengsaraan rakyatmu. Beban pak lurah tidak akan seberat ini.

158.    PAK LURAH

Saya tahu, semua ini kerena saya  telah menuruti keinginan anakku dan istriku

159.    IBU SARIP

Kepuasan harta tidak bisa menjamin  kebahagiaan dalam hidup, bukan ?

160.    PAK LURAH

Benar, andai saja telah kusadari sejak dulu, pasti keadaanku tidak serumit ini. istriku telah menghianati hidupku menjadi pelayan nafsu kompeni, dan anakku Kuripan telah merusak hidupnya sendiri dan aku telah memberinya kebebasan.

161.    IBU SARIP

Kamu laki-laki pak Lurah, kenapa mengumbar tangis. Yang sudah biarlah terjadi sekarang bagaimana memperbaiki keadaan ini.

Musik mengiringi masuknaya rombongan Menir dan Kuripan.

162.    KURIPAN

Kematianmu kali ini tak mungkin kau hindari lagi Sarip. Kematian ibumu adalah kematianmu ! Mana Sarip !

163.    PAK LURAH

Jangan biarkan nafsu setan mengusai dirimu. Kau selama ini telah salah anakku …..

164.    KURIPAN

Bapak jangan ikut campur dalam masalah ini.

 

165.    MENIR

E… Kenapa kamu Lurah ada di sini ? kamu telah berubah pikiran menjadi pembangkang dan membantu itu Sarip

166.    PAK LURAH

Kamu kompeni biadab ! setelah kau perbudak penduduk Tambakyasa sekarang kau perbudak anaku, kali ini aku yang akan melindungi dari kebiadabanmu.

167.    KURIPAN

Bapak telah salah langkah berani melawan Kompeni.

168.    IBU SARIP

Sarip tidak ada yang ada hanya saya ! Ibunya !

169.    MENIR

End saya mau membunuh itu sarip, tapi menurut Kuripan end kamu ibunya harus terbunuh dulu.

170.    PAK LURAH

Sayalah yang bertanggung jawab di sini.

171.    MENIR

Pasukan Tembak itu perempuan !

 

Pak Lurah melindungi ibunya Sarip dan terkena tembak, tebakan kedua mengenai ibunya Sarip dan meninggal.

Kuripan tertunduk lesu di samping ayahnya/pak Lurah yang juga meninggal.

Terdengar dari luar panggung suara Sarip

172.    SARIP

TANGIS BUMI SUCI IBU PERTIWI AKAN MENGHIDUPKAN……..

Musik penutup mengakhiri drama Sarip Tambakyasa

Posting Komentar

0 Komentar